Chapter 5
"Nona Muda Itu, Kabur"∞
Britania, 5 March 1889
Peraduan antara alas sepatu dengan permukaan keramik terdengar menggema di sepanjang lorong sepi, walau begitu ia sudah mencoba untuk tidak membuat suara keras agar tidak ada seorang pun penghuni mansion itu menyadarinya. Seorang gadis muda tengah bermain petak umpet tak resmi dengan pelayan-pelayan di mansion itu. Begitu para pelayan sedang disibukkan dengan pekerjaan masing-masing, gadis itu akan sembunyi lalu keluar dan kembali bersembunyi seperti pencuri cilik dengan kemampuan menyusup yang pantas. Tenang saja. Ia tak mencoba untuk mencuri sungguhan, melainkan mencoba sebuah cara bagaimana terbang bebas dari dalam sangkar raksasa itu.
Kini gadis itu berada di tempat persembunyiannya yang selanjutnya, di bawah tangga yang terletak di aula masuk. Kepalanya ia julurkan sedikit untuk memantau keadaan aula. Didapatinya seorang butler sedang melihat ke arah jam saku vintagenya dengan sebuah nampan terhimpit di antara tubuh dan lengannya. Setelah butler itu menutup penutup jamnya, ia bergegas pergi menuju arah dapur. Gadis itu menghela nafas lega begitu tahu butler itu sudah pergi. Sekali lagi ia mengawasi sekitarnya. Tidak ada seorang pun lagi. Bagus! Begitu pikirnya.
Kemudian, ia keluar dari tempat ia bersembunyi dan berlari ke arah pintu keluar yang sudah ada di depan mata. Gadis itu meraih kenop pintu dan memutarnya, lalu membuka pintu itu perlahan agar decitan pada engsel tidak menarik perhatian. Pintu mahoni tersebut kembali ia tutup begitu gadis itu keluar.
"Aku... berhasil?" gumam gadis itu dengan bahu gemetar dan genggamannya pada kenop pintu mengerat.
Sampai sebuah kurva manis terukir di wajahnya, genggamannya pada kenop pintu pun ikut melonggar. Terdengar suara kekehan kecil lolos dari mulut si gadis muda. Kemudian, ia merentangkan kedua tangannya ke atas sembari melompat riang. Air mukanya nampak berseri-seri.
"Aku berhasil!" seru si gadis muda.
"Akhirnya aku bisa pergi menemui kakakku!"
Begitu gadis itu mendarat kembali ke tanah, tiba-tiba ia kehilangan keseimbangannya, tubuhnya terhuyung ke belakang dan iris merah mudanya membelalak. Kemudian, ia menutup mata, ia merasa punggungnya telah mendarat di atas sesuatu, tapi sensasi yang dirasakan agak berbeda untuknya setelah jatuh. Memang rasa sakit akan menjadi hal pertama yang akan menyetrum, namun merasakan permukaan lembut pada bagian tubuh yang lebih dulu terhantam menjadikannya penasaran.
Gadis itu mulai kembali membuka kelopak matanya. Penglihatannya yang sempat memburam perlahan kembali jelas. Hal pertama yang ia lihat adalah figur seorang wanita berumur duapuluh-an dengan rambut hitam dengan satu set pakaian maid yang dikenakannya sekarang. Suara wanita itu kian terdengar memanggil-manggil si gadis muda.
"Nona Muda! Nona Muda! Anda tidak apa-apa?" Begitu yang gadis itu dengar, dan secara bersamaan gadis itu sadar ia amat mengenali figur itu.
Segera saja si gadis muda bangkit dan sedikit menjauh dari wanita itu. Keadaan terasa hening untuk beberapa saat, sampai suara helaan nafas dengan kalimat gerutu terlontar dari si gadis muda.
"Yah, artinya aku gagal lagi, ya?" ucapnya.
Si pelayan wanita mengeryit bingung. "Apanya yang gagal, Nona Muda? Saya bergegas membantu anda agar terhindar dari terjatuh. Lagipula, apa yang anda lakukan di luar mansion?" tanyanya.
"Alasanku masih sama. Aku ingin menemui kakakku setelah dua tahun tidak melihatnya," jawab gadis itu.
Si pelayan wanita mengerjap. "Jadi anda tadi melakukan percobaan kabur lagi?" tanyanya lagi, lalu diangguki oleh di gadis muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misery Feu
Teen Fiction(Akan dialihkan ke akun lain) Sebagai Earl, sudah menjadi tugas Diandra Middleton Windsor setelah merangkap gelar sebagai Queen's Watchdog untuk mengusir kegundahan Ratu Inggris meski harus terjun menuju gelapnya dunia bawah. Kisah ini tidak hanya m...