Chapter 7
"Kakak Yang Terbaik"∞
Air mengalir keluar begitu penutup yang menyumbat pipanya dilepas. Peralatan makan yang baru saja dibaluri sabun kini tengah dibilas. Marcel yang baru saja kembali dari gudang sembari membawa tiga kotak berisi bahan makanan pun masuk ke ruang dapur. Kotak-kotak tersebut ia taruh sementara di atas meja untuk mengelap dahinya yang berkeringat. Kemudian, perhatiannya terkunci pada Irene yang sedang mencuci peralatan makan. Marcel menghela nafas sembari berkacak pinggang.
"Ayolah Irene, tinggalkan peralatan kotor itu padaku! Gaunmu jadi kotor, tuh," tukas Marcel.
Irene menghentikan kegiatannya sejenak untuk menoleh ke arah Marcel, lalu ia terkekeh.
"Jangan jadikan gaunku sebagai masalah! Aku sudah memakai celemek, lihat?" katanya.
"Lagipula aku yang akan mencucinya nanti, bukan kau."
Marcel mendegus. "Kau hanya gila kerja."
"Tidak, ya. Aku hanya ingin melakukan sesuatu setelah makan," cerocos Irene, dan Marcel dibuat terkekeh sambil melanjutkan kegiatannya merapikan kotak persediaan ke tempatnya.
Kemudian, Adorjan datang turut bergabung dengan aktivitas di dapur. Ia membawakan taplak meja dan seprai kotor yang ia ambil usai merapikan meja makan dan tempat tidur di kamar Andra dan Irene. Kain-kain kotor tersebut ia taruh ke dalam keranjang dengan kain kotor lainnya. Setelah itu, Adorjan menghampiri Irene dan menepuk bahunya sehingga Irene menoleh kembali.
"Selama adikmu masih ada di sini, aku yang akan mengerjakan pekerjaanmu. Sekarang hampirilah dia, dia menunggumu di kamarmu," ujar Adorjan.
Kedua alis Irene mengerut. Ayolah, ia hanya ingin punya aktivitas lain juga membantu Marcel yang sudah menggantikannya menyiapkan makan malam. Ia menghela nafas pasrah, lalu mencuci tangannya dari sabun yang menempel dan melepaskan celemeknya.
"Baiklah, aku percayakan semuanya padamu, juga maaf aku tidak bisa membantu banyak, Adorjan, Marcel," kata Irene.
Marcel melambaikan tangan kanannya seraya menggeleng. "Kau pikir untuk apa kami direkrut bekerja di mansion ini? Santai saja dan nikmati peranmu sebagai Lady di sini." Ia berujar.
Irene mendengus geli, sedangkan Adorjan tergeleng-geleng. Kemudian Irene berlalu pergi meninggalkan ruang dapur. Omong-omong, ia jadi teringat dengan yang dikatakan Marcel sebelumnya. Di sepanjang lorong menuju kamarnya, ia memeriksa pakaiannya jikalau benar ada kotoran yang menempel. Irene menghela nafas lega, bersyukur hanya basah di bagian ujung lengan pakaiannya saja, hanya dengan itu Elvina tidak akan mencurigainya telah melakukan pekerjaan pelayan.
Sesampainya Irene di depan pintu kamarnya, Irene pun membuka pintu. Elvina yang sedang duduk sambil memeluk bonekanya di ranjang kecil dekat jendela menjadi objek pertama yang dilihat Irene. Raut wajah sang Adik nampak sendu. Irene pun menghampirinya.
"Tidak baik untukmu tidur larut malam, Elvy." Irene berujar sehingga perhatian Elvina teralih padanya.
Irene mendudukkan diri di depan Elvina. Sang Adik memerhatikan wajah kakaknya sejenak sebelum ia membenamkan separuh wajahnya di kepala belakang boneka beruangnya. Belum ada yang memulai pembicaraan kembali. Pernak-pernik langit malam hari menjadi saksi kebisuan mereka. Irene berpikir, entah ia hanya menebak atau tahu benar apa yang sedang dipikirkan Elvina.
Sejak setelah acara makan malam tadi, Elvina nampak bingung dengan apa yang terlontar dari Irene. Irene tersenyum teduh, kemudian tangannya ia ulurkan untuk menepuk bahu Elvina. Yang tertepuk bahunya pun mendongak kembali menatap sang Kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misery Feu
Teen Fiction(Akan dialihkan ke akun lain) Sebagai Earl, sudah menjadi tugas Diandra Middleton Windsor setelah merangkap gelar sebagai Queen's Watchdog untuk mengusir kegundahan Ratu Inggris meski harus terjun menuju gelapnya dunia bawah. Kisah ini tidak hanya m...