Chapter 18

24 12 11
                                    

Chapter 18
"Seorang Eisyosha"

Risa dan Chandra nampak selalu bersama belakangan ini, bahkan sampai saat ini mereka masih berdekatan.

Kali ini mereka sedang berada di lorong menuju kamar Chandra. Anak laki-laki itu meminta Risa menemaninya karena ia masih belum bisa mengingat letak kamarnya. Sampai mereka melihat pintu sebuah kamar tidak tertutup dengan suara ramai anak-anak terdengar dari dalam. Untuk memastikan keadaan, Risa dan Chandra pun menghampiri kamar tersebut lalu membuka pintunya semakin lebar.

Benar saja. Di dalam sana, mereka mendapati anak-anak sedang menenangkan seorang anak laki-laki yang sedang menangis, walau beberapa dari mereka juga ada yang ikut menangis karenanya. Risa dan Chandra pun masuk ke dalam kamar tersebut. Risa mulai menginterogasi sambil berkacak pinggang.

"Ada apa ini? Kalian berkelahi?"

Lalu gelengan kepala dari anak-anak pun menjawabnya.

"Kita hanya sedih, Kak," jawab salah seorang anak.

"Sedih?" beo Chandra.

Anak-anak menanggapi mereka dengan mengangguk bersamaan. Risa menghela nafas, lalu ia merubah posisi tangannya menjadi bersedekap.

"Coba kalian jelaskan lebih jelas lagi apa yang membuat kalian jadi sedih begini!" titahnya.

Isakan dari anak laki-laki yang sedang menangis itu kembali terdengar. Semula suaranya mengecil, sampai tiba-tiba menggelegar seisi ruangan.

"RUMAH KITA AKAN DIAMBIL ORANG!"

Setelah itu hanya ada keheningan. Anak laki-laki tadi pun melanjutkan tangisannya. Kedua tangan Risa jatuh dari sedekapnya. Raut wajahnya sempat berubah terkejut, sampai ia menunduk untuk meredam keterkejutannya tersebut dan berganti dengan tawa geli.

"Hahaha! Hey, aku kenal kau itu anak nakal yang suka membual. Jadi jangan pikir aku akan tertipu lagi, ya," ujar Risa.

Sampai suara salah seorang anak lainnya menginterupsi. "Tapi, Kak, kita tidak akan merasa sedih bersama-sama begini jika saja itu benar bualannya yang lain," lanjutnya.

Seketika itu juga pupil malam milik Risa mengecil. Ketika kedua tangannya mengepal. Chandra pun menyadari perubahan tingkah Risa. Ia menoleh ke arah anak tertua itu dan mendapati wajahnya yang terlihat syok.

"Risa?" panggil Chandra, namun bukannya mendapatkan respon, ia malah mendengar suara gigi gemertak.

Dengan langkah dihentak-hentak, Risa mendekati anak laki-laki itu lalu menggenggam kedua bahunya erat dengan wajah seram dibuat-buat.

"Oi, berhenti membual! Memangnya kau tahu darimana tentang itu, huh?" gertak Risa masih tidak mau percaya.

Sejenak tangisan itu kembali memenuhi keheningan. Chandra masih mengunci perhatiannya pada punggung dan bahu Risa yang terlihat gemetar sangat pelan hingga hanya Chandra saja yang menyadarinya. Tubuh kecilnya itu pun berbalik sambil berjalan keluar dari kamar tersebut, baik Risa dan anak-anak lainnya tidak ada yang menyadari kepergian Chandra.

Tangisan anak itu kian lama semakin mereda, walau masih ada gurat takut dengan ekspresi intimidasi yang ditunjukkan Risa padanya.

Anak laki-laki itu pun mulai bercerita, "tadi itu, saat Kakak memintaku untuk mencari Madam Laven...,"

Saat itu, setelah nyonya Fosmith mengajak Nisa masuk ke dalam rumah, anak-anak sibuk menarik-narik tuan Fosmith untuk mereka ajak bermain. Tentu saja tuan Fosmith tidak menolaknya. Ketika mereka berada di halaman samping, tiba-tiba dentingan bel terdengar padahal mereka belum lama memulai permainan. Sudah waktunya anak-anak untuk belajar.

Misery FeuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang