Chapter 6

18 15 4
                                    

Chapter 6
"Aku tidak bisa pulang"

Kini Andra tengah duduk berhadapan dengan seorang gadis muda yang mengaku merupakan putri bungsu dari keluarga Randevon. Marga Randevon sendiri juga dimiliki oleh Irene, dan gadis itu mengatakan ia datang kemari ingin bertemu dengan kakaknya. Apa gadis ini adalah adiknya Irene? Sepertinya begitu. Jika diingat kembali, Irene pernah bilang memiliki seorang adik perempuan yang tak pernah Andra lihat wajahnya.

"Um, maaf...," ucap gadis itu telah membuat Andra kembali sadar dari lamunannya.

"Kenapa kau terus menatapku begitu? Itu membuatku takut," lanjutnya.

"Oh, maaf aku melamun di saat seperti ini," ucap Andra, lalu diangguki mengerti oleh si gadis.

"Jadi, bisa aku bertemu dengannya sekarang?" tanya gadis itu.

Andra kembali terdiam, namun bukan melamun. Ia pikir tak mungkin menghadirkan Irene dengan penampilan maidnya ke hadapan anggota keluarganya sendiri.

Andra menghela nafas gusar. Ia memanggil Adorjan untuk mendekat dan berbisik memintanya untuk memanggil Irene ke ruang makan. Adorjan mengangguk mengerti, lalu ia memohon izin untuk undur diri dari ruangan. Kini hanya tertinggal Andra dan putri bungsu Randevon dengan pelayannya. Kalau dipikir-pikir, Andra belum memperkenalkan diri dan begitu pula dengan gadis itu.

"Selagi menunggu kakakmu datang, izinkan aku memperkenalkan diri terlebih dahulu." Andra berujar, lalu ia beranjak berdiri sambil menaruh tangannya ke dada.

"Aku kepala keluarga Windsor, Diandra Middleton Windsor. Aku menyambut kunjunganmu dengan hangat di kediamanku," ucap Andra.

Gadis itu mengerjap setelah mendengarnya. Raut wajah yang semula kaku perlahan berubah melega. Gadis itu pun ikut beranjak berdiri dan membungkuk anggun.

"Aku putri bungsu keluarga Randevon, Elvina Ophelia Randevon. Senang bisa mengenal calon kakak iparku," ucap gadis itu sedikit berteriak girang.

Gadis itu, Elvina, kembali menegakkan tubuhnya setelah itu. Kemudian ia mengambil salah satu lengan bonekanya dan mengayunkannya seperti sedang melambai.

"Ini temanku bernama Kuma, dan ini Daela," kata Elvina juga menunjuk ke arah pelayannya.

Daela terkejut. "A-ah Nona Muda! Anda tidak perlu repot memperkenalkan saya juga," gelagapnya.

Elvina menoleh ke arah Daela dan menggeleng. "Kenapa tidak? Aku hanya mengenalkan teman-temanku," katanya masih setia dengan senyumnya yang terpatri.

Sedangkan Andra hanya tersenyum kecil melihat interaksi dua perempuan di hadapannya, sampai suara decitan engsel pintu terbuka menginterupsi sehingga menarik atensi yang ada untuk tertuju ke sumber suara tersebut. Adorjan menjadi orang pertama yang memasuki kembali ruang makan itu, lalu ia membungkuk ke arah luar ruangan. Tepat saat itu juga, Irene turut memasuki ruangan itu dengan mengenakan gaun putih dan selendang hitam yang disampirkan di lipatan tangannya, juga sedikit helai rambutnya dikepang lalu dilingkarkan di belakang kepala.

Andra, Elvina, Daela dibuat mengerjap bersamaan. Kemudian, Andra menginterupsi keheningan tersebut dengan dehaman. Elvina dan Daela pun tersadar.

Dengan senyum karisma yang Andra ukir dan tangan yang terulur ke arah Irene. Ia berkata, "kemari dan bergabunglah, Irene!"

Irene menanggapinya dengan membungkuk anggun. Setelah itu, ia pun menghampiri Andra. Baru saja ia akan menyambut uluran tangan Andra jika saja tidak ada dorongan kuat yang membuat tubuhnya terhuyung ke belakang. Andra pun dibuat terbelalak kaget. Pelaku pendorong itu tidak lain ialah Elvina. Inginnya memeluk sang Kakak malah membuat keduanya terjatuh dengan tak elit.

Misery FeuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang