Chapter 22

10 11 0
                                    

Chapter 22
"Lawan dan Lindungi"

"Bertarunglah dengan indah. Kalian ingin mulai dengan tarian tango, atau waltz?"

Dua pria bertubuh besar itu menggeram seperti anjing yang siap menyerang orang yang dicurigainya. Keheningan pun menyelimuti atmosfer di sekitar mereka. Setelah cukup lama mereka terdiam, salah seorang dari dua pria itu melangkah maju lebih dulu lalu mengayunkan pedangnya menyamping. Akan tetapi, reflek Dietmar yang tajam telah membantunya untuk menghindari serangan tersebut.

"Hati-hati. Salah langkah sedikit saja, kakimu akan terkilir dan jatuh," ujar Dietmar seraya berbisik.

Iris biru Dietmar bergulir cepat begitu indera pendengarannya menangkap suara desisan pedang. Seorang pria yang lain melesat cepat ke arahnya dengan mengarahkan sisi pipih pedangnya pada wajah Dietmar. Beruntung Dietmar cekatan, besi pipih itu nyaris akan menyayat pipinya jika saja Dietmar tidak menahan itu dengan pedangnya.

Kemudian, perhatiannya beralih ke bawah, dan melihat bagaimana kaki pria tersebut berjarak dekat dengan kaki Dietmar.

"Perhatikan langkahmu..." Dietmar berujar, lalu menggeser dirinya ke samping sehingga pria tersebut terhuyung ke depan.

Dalam kesempatan itu, tangan Dietmar yang memegang pedang pun ia angkat dengan ekor matanya menilik tajam punggung pria itu.

"... nanti sepatu baumu menginjakku," ketus Dietmar, lalu ia memukul punggung pria itu dengan ujung gagang pedangnya.

Satu orang tumbang. Disusul pria bertubuh besar lainnya kembali mengayunkan pedangnya pada Dietmar. Lagi-lagi Dietmar dapat menghindarinya berkat cara langkah kakinya yang lihai seperti sedang menari sungguhan. Ketika ia mendapat celah, Dietmar pun mengambil kesempatan itu untuk menyerang balik.

Di tempat lain, Mansa yang masih berada di dalam kamar tuan dan nyonya Fosmith terlihat sedang mengawasi situasi di luar dari balik jendela. Laci dari meja kecil di tepi ranjang ditarik buka oleh tuan Fosmith. Isi dari laci tersebut sedikit diacaknya, lalu diambilnya sebuah map coklat. Tuan Fosmith menghela nafas lega. Kemudian, ia berbalik menghadap sang Istri.

"Tuan Rudolf itu aneh. Padahal ayahnya, Viscount Jovanka, menyerahkan hak milik tanah ini untuk kita. Beliau bahkan menandatangani dokumen ini di hadapan para penegak hukum."

Mansa menoleh ke arah tuan Fosmith setelah mendengar celetukkan itu. Lalu, perhatiannya tertuju pada map coklat yang dipegangnya.

"Tuan, apa tidak ada yang salah dengan isi dokumen itu?" tanyanya memastikan.

Tuan Fosmith pun melihat ke arah Mansa dan menjawab, "selalunya aku akan memeriksa ulang isi dokumen ini ketika akan merapikannya dengan berkas lain di ruang kerjaku setiap bulannya. Sudah sesering itu kulakukan dan tidak ada syarat dan ketentuan tertera yang mengatakan tentang pengembalian hak milik."

"Begitu," ucap Mansa, lalu ia kembali melihat ke arah jendela.

Kelopak matanya menyipit, pertarungan sengit Dietmar masih berlangsung, tetapi dirasakannya ada yang hilang dari medan itu. Belum saja ia menyadari cepat hal tersebut, tiba-tiba suara keras yang berasal dari pintu yang dibanting ketika dibuka paksa dengan ditendang telah menarik perhatian Mansa dan pasangan Fosmith.

Mereka melebarkan mata. Figur Rudolf menampakkan diri di ambang pintu sambil menodongkan tongkatnya.

Mansa terhenyak. Sejenak ia kembali melihat Dietmar yang masih sibuk melawan dua pria bertubuh besar di luar sana. Lalu, ia menilik ke arah Rudolf, sepertinya bangsawan rakus itu mengambil kesempatan menyusup masuk ke dalam Rumah Ibu di tengah pertarungan.

Misery FeuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang