sudah berjalan lima hari yeri melakukan serangkaian perawatan di rumah sakit XX, tentunya di rawat oleh suster irene serta perawat lainnya. yeri sedang di masa dimana semua badannya drop dan lemas, menurut dokter itu efek obat dan juga karena kurangnya pergerakan yeri selama berada di rumah sakit. perut yeri rasanya sangat tidak nyaman, dan dia selalu merasa mual, sehingga kehilangan nafsu makannya.
hari sudah menjelang sore dan yeri baru makan sedikit, dan itu hanya pada saat sarapan, saat jam makan siang dirinya tidak menyentuh sedikitpun dari makanannya. yeri mulai berpikir buruk lagi mengenai kondisinya. walaupun semua keluarga, teman, maupun nakes mengatakan kalau yeri harus selalu berpikiran positif, tetapi tetap saja yeri tidak bisa. bagaimana kalau 'hal itu' benar-benar terjadi?
karena sudah tidak kuat bergelut dengan pikirannya sendiri, tangisan yeri pun akhirnya pecah juga. di dalam unitnya ia menangis dalam dia sambil sesenggukan. rasa sakit ini menyiksa, sangat menyiksa yeri. bagi yang masih berpikir bahwa covid19 ini hanyalah flu batuk biasa, kalian benar benar salah. nyatanya sekarang yeri benar benar merasa menderita.
sudah sepuluh menit berlalu yeri masih menangis. salah satu perawat pria yang baru saja dari unit sebelah yeri, yaitu bruder jaemin mendengar suara sesenggukan dari unit yeri. dalam pikiran bruder jaemin pasti yeri sedang menangis. tanpa berpikir panjang, perawat pria itu bergegas memberi tau suster irene tentang yeri. "sus kayanya pasien yang lu pegang itu lagi nangis deh, coba lu sa-" mendengar kata 'nangis', irene bergegas lari menuju unit yeri tanpa mendengarkan sisa kalimat dari bruder jaemin.
saat membuka tirai dari unit yeri, benar saja ia sedang menangis menghadap ke tembok. irene menghampiri yeri yang sedang meringkuk diatas tempat tidur sambil sesenggukan itu. terlihat spreinya basah akibat air mata yang tidak berhenti mengalir. "hey kamu kenapa?" irene menyentuh pundak yeri. tidak ada jawaban dari yeri, ia lanjut menangis dan sekarang badannya bergetar. terang saja dia sudah menangis selama berjalan lima belas menit. irene mulai mengelus pundak yeri lalu pindah ke kepala yeri. akhirnya yeri berbalik badan menghadap irene. wajahnya sangat sembab, matanya merah berlumuran air mata. mereka bertatapan mata satu sama lain.
tanpa aba aba yeri bangun dari posisi sebelumnya dan langsung memeluk tubuh irene. yeri terus merintih "sus, sakit. aku gakuat banget". mendengar itu irene tertegun. memang berdasarkan pengalamannya yang sudah pernah survive dari penyakit itu, memang begitu menyiksa, gejala yang dialami memang persis seperti yang dialami oleh yeri. irene membalas pelukan yeri yang kepalanya berada di dada irene. tanpa mengatakan apapun irene hanya menenangkan yeri dengan usapan lembut di kepala yeri. perlahan badan yeri berhenti bergetar, dan juga ia mulai berhenti menangis. yeri sepertinya tidak ingin melepaskan pelukan irene, melihat perlakuan yeri, irene mengerti dan masih dalam posisi yang sama, memeluk pasien mudanya itu.
tiba tiba ada seseorang yang membuka tirai unit yeri, dan melihat adegan yeri dan irene sekarang yang sedang nyaman memeluk satu sama lain. ternyata itu adalah suster mina yang membawakan makan malam untuk yeri. dibalik maskernya suster mina tersenyum. dua orang didepannya itu tidak terusik sedikitpun dengan keberadaannya disitu, mungkin mereka tidak dengar karena sedang nyaman. sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya, suster mina meletakan makanan yeri diatas meja dan langung meninggalkan unit yeri, tak lupa menutup tirainya juga agar mereka masih bisa merasa nyaman.
sudah sekitar sepuluh menit mereka berada di posisi 'nyaman' itu, akhirnya yeri melepaskan pelukan mereka. sebenarnya irene masih ingin memeluk yeri lebih lama tidak tau kenapa. "kamu yang sabar ya, emang virusnya kaya gini. aku juga kemarin kaya kamu kok, bener bener gaenak. yang kuat ya sayang, gaboleh nangis biar virusnya cepet pergi". yeri mendengar setiap kata kata yang diucapkan oleh irene, tapi ada satu kata yang membuatnya sedikit terkejut, 'sayang'?, apakah dia tidak salah dengar? ternyata tidak. yeri menatap irene dengan mata sembab nya. "sus ini pasti sembuh kan?" suara yeri bergetar karena ia sangat takut. takut meninggal, haha. terdengar konyol tapi sungguh yeri benar benar takut. "ya iya dong pasti sembuh, kan aku yang rawat kamu. aku bisa jamin kamu pasti sembuh karena aku pernah ngerasain apa yang kamu alamin saat ini, jadi aku udah tau harus gimana. udah kamu tenang aja ya, ini biasa kok" tangan yeri dielus oleh irene dengan lembut. "oh iya kamu aku liat belum makan dari siang, tadi pagi juga cuman sedikit makannya. makan yaa? sedikit ajaa" kata irene lembut. "gabisa sus liat makanan aja rasanya udah mau muntah" yeri menolak. "aku coba kasih obat lambungnya ya? perut kamu gaboleh kosong karena obat masuk terus, yer" irene mencoba menjelaskan kepada yeri, dan akhirnya yeri mengangguk setuju. "oke sebentar ya aku ambil dulu obatnya". irene langsung meninggalkan unit yeri.
"aku suapin mau?" tanya irene yang ingin mengambil makanan yeri. yeri tersontak mendengar tawaran dari irene. dia sebenarnya ingin karena saat ini dia merasa sangat lemas, tapi lagi lagi gengsinya masih jadi nomor satu. "gausah sus gapapa, aku malu". jujur yeri, karena untuk bicara aja dia tidak punya tenaga. "sekarang bukan masalah malu atau apa, tapi kamu harus pikirin kesehatan kamu ya. udah aku suapin ya" irene langsung mengambil makanan yeri dan bersiap untuk menyuapi pasien mudanya itu. irene sangat tulus dan senang ketika mengurus yeri. begitupun dengan yeri yang sudah sangat merasa nyaman dengan irene, tetapi setiap berada dekat irene, ia merasa nervous, tidak seperti biasanya. tapi kehadiran irene selalu ia harapkan.
tetapi tiba tiba yeri berpikir lagi, semua yang irene lakukan kepada yeri, apakah ia lakukan juga ke orang lain? apakah ini biasa bila seorang perawat seperhatian ini kepada pasien? apakah bukan hanya yeri yang irene perlakukan seperti ini? tidak tau kenapa karena pikirannya itu, timbul rasa cemburu dalam hati yeri. seperti yeri hanya ingin memiliki irene untuk dirinya sendiri. tapi lagi lagi ia sadar kalau ia BUKAN siapa siap dan TIDAK memiliki hak atas itu. apalagi mereka baru lima hari saling kenal. yeri terus memandangi wajah irene yang sedang menyuapi dirinya dengan telaten. tanpa sadar rasa mualnya hilang dan yeri dapat menghabiskan makanannya. tidak tau apakah ini karena disuapi oleh irene atau efek obat lambung yang ia minum sebelum makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
IN BLOOM
Fanfiction"Kalau tau begini, rasanya jadi ingin sakit terus" -Yerene fanfiction (gxg) Just for fun.