semenjak panggilan telefon malam itu, irene tidak mendapat kabar apapun lagi dari mantan pasien muda tersayangnya itu. irene bingung, kali ini apalagi yang terjadi. mereka baik baik saja sebelum ini, malah makin akrab.
dipisahkan dengan jarak lagi dengan yeri membuat irene sedih. irene sangat merindukan yeri. sudah berjalan lima hari mereka tidak berbicara, atau bahkan bertukar pesan. irene bergelut dengan pikirannya, "apakah ia harus menghubungi yeri, atau jangan? apakah yeri akan terganggu?", karena biasanya yeri lah yang rajin untuk membuka percakapan.
Irene POV
aku dikagetkan dengan tepukan lembut di pundakku dari seseorang. ya itu adalah bogum, kekasihku. kalau dibilang sayang, ya aku sangat menyayangi dirinya. sungguh. karena saat itu aku kesusahan saat belajar untuk ujian beasiswa di kampusku, tiba-tiba ada bogum yang datang entah darimana, membantuku dalam belajar beberapa materi sulit. dia begitu berjasa bagiku.
"hey kok ngelamun sih? mikirin apa", bogum adalah pria yang lembut tetapi kadang suka memaksakan kehendaknya kepadaku. itu salah satu red flag darinya. bogum menggoyang-goyangkan pundakku pelan. aku sebenarnya sadar, tapi bingung harus merespon bagaimana.
"sayang?", bogum sekali lagi memecah lamunanku. "eh iya, kenapa?", aku menjawab dirinya. "kamu kenapa sih? lagi mikirin apa?" dia bertanya. "engga kok gaada, aku cuman laper aja hehe", bohongku karena sebenarnya ada banyak sekali yang memenuhi kepalaku saat ini.
bogum langsung mengajakku ke sebuah restoran chinese food, padahal aku belum bilang ingin makan apa, tapi inisiatif bogum berjalan lebih cepat.
tiba-tiba dikepalaku muncul bayangan wajah yeri lagi. aku merindukannya. jujur aku pun bingung tentang perasaanku akan dirinya. untuk dibilang sekedar teman, aku tidak yakin karena aku selalu menginginkan kehadirannya dihidupku. bahkan untuk bilang ke yeri bahwa aku memiliki kekasih pun rasanya berat sekali. masa aku memiliki perasaan kepada dua orang? sungguh egois.
saat makanan datang, aku sebenarnya tidak berselera. aku memikirkan yeri. aku ingin menemuinya. aku merindukannya. aku coba makan saja untuk menghargai usaha bogum yang telah membawaku kesini.
bogum. bila melihat dirinya, aku merasa senang, tetapi tidak sesenang dulu, sebelum aku mengenal yeri. saat melihat dirinya aku jadi terbayang akan yeri. tetapi kadang aku membutuhkan dia, karena tidak ada yang bisa menenangkan ku saat sedih, seperti dia. kali ini aku merasa begitu egois. rasanya aku ingin memiliki semuanya.
lagi-lagi aku teringat bahwa gender ku yang sama dengan yeri. itu salah satu sebab mengapa aku ragu akan perasaanku padanya. aku tidak pernah menyukai perempuan sebelumnya, dan tidak akan mungkin.
Irene POV end
~
Disisi lain yeri menjalani harinya dengan rasa sedih, rasanya energy untuk bersosialisasi nya telah habis.Di kampus yeri menjadi pendiam, tidak heboh dan ceria seperti biasanya. Ya, biasanya ia bercerita tentang irene kepada sahabatnya, saeron. Tetapi akhir akhir ini yeri seperti memberi jarak kepada semua orang termasuk saeron. Tidak tau kenapa tapi rasanya yeri tidak ingin kenal siapa siapa untuk saat ini.
Yeri begitu kecewa, ya siapa sih yang tidak kecewa bila dibohongi? Apalagi oleh orang yang amat kita sayang bahkan cintai.
Yeri merasa bahwa ia tidak bisa mempercayai siapapun lagi saat ini, irene yang menurut yeri sangat baik pun, bisa membohongi dirinya. Dan yang lebih menyedihkannya lagi, yeri bahkan marah tanpa irene mengetahuinya. Irene hanya pikir bahwa yeri sibuk dan tidak enak untuk mengganggunya. Jadi baik irene maupun yeri tidak ada yang memiliki inisiatif untuk menghubungi satu sama lain.
Yeri saat ini hanya bisa memandangi foto dirinya bersama irene yang diambil saat irene pertama kali berkunjung ke apartemen miliknya.
"Suster aku rindu, tapi kenapa suster harus bohong?", lirih yeri lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BLOOM
Fanfiction"Kalau tau begini, rasanya jadi ingin sakit terus" -Yerene fanfiction (gxg) Just for fun.