Sudah tiga hari lamanya irene tidak menemui gadis cantiknya itu dikarenakan rumah sakit sedang dalam kondisi ramai-ramainya. Jangan ditanya lagi irene tentunya sangat rindu pada sosok perempuan menggemaskan itu.
Kini irene sudah memiliki akses bebas untuk bisa datang kapan saja ke apartemen yeri, sudah seperti rumahnya sendiri yang bisa masuk sesukanya. Dirinya memutuskan untuk mengunjungi kekasih cantiknya. Untung saja shift nya hari ini berakhir jam sepuluh pagi, jadi ia memiliki banyak waktu yang bisa dihabiskan bersama sang pujaan hati.
Dengan ojek online yang telah mengantarnya selamat sampai tujuan, kini irene terlebih dahulu menggunakan toilet umum di lobby apartemen yeri untuk mengganti pakaian dinasnya menjadi pakaian biasa. Tak lupa segala miliknya ia semprot dengan disinfektan mini yang ada di dalam tasnya, tidak mau membawa sedikitpun penyakit dari rumah sakit kepada kekasihnya itu.
Sudah berada di depan pintu apartemen yeri, ia tak perlu lagi menekan bel, karena kunci ganda telah ia pegang sendiri. Irene memasuki apartemen yeri lalu menguncinya dari dalam.
"Sayangnya aku dimanaaaa?... aku dateng niiihhhh" irene meletakkan barang barang miliknya di sofa yeri sambil menunggu tuan rumah menanggapi.
Merasa tidak ada jawaban irene berteriak kembali.
"Yeri sayaaangg, kamu dimanaa? Gak kangen nih sama aku??". Namun nihil tak ada jawaban sedikitpun dari yeri.
Irene duduk di sofa sejenak dan mengingat-ingat hari apakah ini sebenarnya. Saat melihat ponselnya menunjukkan bahwa ini hari minggu, dirinya kembali berbicara dalam hati. "Perasaan ini hari minggu, dia dari pagi gaada bilang mau kemana mana."
Lalu irene berinisiatif masuk ke kamar kekasihnya, dan benar saja, ia mendapati sang pacar masih tertidur pulas dengan melilitkan badannya dengan selimut. Irene menghampiri yang punya kamar dan duduk disebelahnya. Disentuh lah pipi yeri berniat untuk membangunkannya, tapi irene sungguh terkejut karena suhu badan yeri sangat tinggi.
Ia mencoba membuka selimut yang melilit di badan kekasihnya itu perlahan, lalu makin terkejut lah irene saat mendapati tangan yeri penuh dengan bentol dan bercak-bercak merah.
"Yeri... sayang... bangun yuk, aku dateng nih" irene sedikit mengguncangkan badan yeri lalu tak lama kemudian sang pemilik kamar terbangun.
Yeri sumringah seketika melihat apa yang ada didepannya ini ketika bangun tidur. Dengan badan yang masih sangat lemas yeri tak melewatkan kesempatan untuk senyum dengan lebar terlebih dahulu kepada pacar perawatnya itu.
"Hey, hehehe" yeri nyengir kaya orang gaada salah hahaha, lucu dan menggemaskan tapi menyebalkan di mata irene sekarang.
"Kamu kok gaada ngabarin aku sih kalo sakit gini, kan bisa aku yang rawat kamuuuu, itu kenapa tangannya merah merah gitu, kamu kenapa diem aja sih, nanti kalo par-" mulut irene dibekap oleh tangan lemas yeri, ia agak terganggu dengan omelan irene yang tak akan habis bila ia tak melakukan itu.
"Ih tenang dulu kenapa sih, bawel deh kaya radio" yeri masih sempat meledek pacarnya itu, ia gemas kalo irene sudah begini.
"Hm. Aku kasih kamu waktu satu menit untuk jelasin, dimulai dari sekarang!" Kata irene yang masih kesal lalu langsung mengacungkan jari telunjuk nya mengisyaratkan angka satu.
"Oke okeeee, jadi gini. Pas kemarin aku main sama saeron, ada jajanan sate cumi gitu, aku ga tahan pengen beli kak, awalnya saeron udah ngelarang, tapi aku gakuat banget sama godaannya, aku ngiler kak.. yaudah ku beli lah itu, ku pikir kalo alergi ntar tinggal minum obat dirumah. Eh pas aku mau minum obatnya ternyata udah abis kak, jadilah aku tahan alerginya seharian hehe" yeri masih sempat memberikan cengirannya, seakan akan tidak merasa bersalah.
Mendengar itu irene langsung memberikan tatapan sinis mematikannya kepada yeri dan ingin mengangkat badannya bergegas ingin keluar dari kamar yeri.
Namun dengan cepat yeri menahan tangan milik kekasihnya itu lalu berkata, "eits mau kemana sih kak, kok baru aja dateng udah mau pergi lagi, ga kangen aku ya-" bibir yeri dicubit oleh irene yang sudah mau naik darah rasanya. Dirinya heran, mengapa di saat seperti ini yeri masih bisa santai seolah tidak terjadi apa apa pada dirinya, tidak tau apa kalau irene saat ini khawatir bukan main, jiwa perawatnya seperti langsung mendominasi dirinya saat ini.
"Ya aku mau beli obat alergi kamu lah. Lepasin ah" irene masih mencoba menepis tangan yeri namun dengan sekuat tenaga yeri menahan tangan mungil kekasihnya.
"Ih kamu mah sabar dulu kenapa sih, jangan apa apa tuh pake emosiii, sini dulu duduk" yeri menuntun tangan irene kesebelah ranjangnya agar sang kekasih duduk disebelahnya. Irene hanya menurut dulu.
"Ngapain kamu capek capek jalan sayangku.. pacarku.. jaman sekarang kan udah canggih, udah ada tuh aplikasi yang namanya 'halodek'.." yeri mencoba menenangkan pacar perawatnya itu dan sesekali memberi lelucon.
Irene terlihat menahan ketawanya, wajahnya masih terlihat kesal dan khawatir tapi ia juga tak kuasa menahan tawanya itu.
"Ih apaan sih ga lucu tau ga.."
Yeri masih menatap mata irene sampai akhirnya...
"Hahaha.. apaansih kamu mah halodek halodek, halodok tau namanya.. haha kamu main ganti ganti aja" irene memukul bahu yeri pelan, ya layaknya wanita pada umumnya yang tertawa sambil memukul orang yang ada disebelahnya.
"Nah gitu dong senyum, kan cantik" yeri tersenyum karena misinya membuat irene berhenti marah akhirnya berhasil.
"Udah ah cepet pesen obatnya, kamu ngeledekin aku mulu, mentang mentang aku salah" irene kini cemberut, tetapi dengan cepat wajahnya didongakan lagi ke atas agar menatap yeri.
"Kamu gak salah sayang, cuman kamunya panikan sampe sampe kamunya lupa" dengan lembut yeri berkata seperti itu membuat irene seketika luluh. Memang pelet yeri itu sepertinya sangat kuat ya, orang sedingin dan semenakutkan irene saja bisa dibuat luluh olehnya.
🐢🐰
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BLOOM
Fiksi Penggemar"Kalau tau begini, rasanya jadi ingin sakit terus" -Yerene fanfiction (gxg) Just for fun.