#3 Charm

32.1K 3.2K 11
                                    

Cherry termangu sesaat, matanya berkedip linglung kemudian memandangi sosok jangkung yang mengenakan masker di depannya.

"Regra." Panggilan Luis pelan nyaris seperti bisikan, untungnya koridor pagi itu yang hening dapat Cherry dengar.

Entah sejak kapan Luis telah berdiri di sisinya, kemungkinan akan mengomel dengan cara bicara terkesan menusuk. Namun, karena ada orang lain yang justru berdiam berlama-lama membuat cowok itu sepertinya sadar situasi.

Cherry mengambil kesempatan untuk kabur, sudah jelas perhatian Luis sekarang sepenuhnya tertuju ke sosok yang dipanggil Regra. Belum sempat Cherry berbalik badan, suara halus kembali menyapa telinganya.

"Kalau adik lo nggak mau, jangan dipaksa." Dia tersenyum tipis usai melepaskan masker lalu memasukkan ke saku hoodie abu-abunya.

Cherry spontan bergeser menyamping saat Regra menghampiri Luis dan merangkul akrab pundak kokoh itu, di detik yang sama Cherry menyimpulkan bahwasanya mereka berteman.

"Urusan lo sekarang sama gue. Ini penting," ujar Regra.

Cherry tersentak mendapati tatapan Regra berpindah padanya kemudian, hampir saja memekik saking kagetnya. Berdehem, Cherry berusaha menutupi perasaan malu karena tertangkap basah.

Regra tidak mengatakan apapun padahal Cherry sempat mengira Regra akan berbicara sesuatu, sampai Luis tiba-tiba menyeret Regra pergi bibir itu tetap bungkam.







***





Dia kembali bersama Caramel, tapi kali ini tidak ada Levi yang mengekori dan Cherry yakin itu sebatas sementara. Berdecak muak, Cherry menyentak pelukan Caramel di lengan kirinya.

"Gue nggak mau lagi terseret apapun, kita mau ke toilet, kan? Di sana pasti ada Lara." Cherry menyipitkan mata, alih-alih panik karena ketahuan Caramel justru mengganguk.

"Iya, lo beneran aneh banget akhir-akhir ini. Biasanya juga lo selalu setuju keputusan gue, termasuk soal Lara." Raut wajah Caramel tampak kesal.

"Lo udah janji bakal dipihak gue, jangan bilang kalau lo lupa janji itu?" tanyanya curiga.

Kepala Cherry langsung pening bahkan Caramel keras kepala meminta dia harus tetap mengikuti meski Cherry ngotot sekalipun, Caramel lebih dulu mengancam sadis.

Membahas kartu as selama ini Caramel simpan rapat tentang Cherry, kapan saja terbongkar jika dirinya tak patuh.

Kurang ajar! Bisa-bisanya figuran ini bertahan memiliki sahabat toksik selama bertahun-tahun lamanya.









***






Cherry bersandar bosan, hampir terpejam menunggu gerombolan cewek gila di toilet tengah mengeksekusi tokoh utama wanita perwujudannya bagaikan dewi.

"Kalau di keroyok udah pasti akhirnya kalah." Cherry bergumam. Acuh tak acuh menangkap jeritan bersahutan di sana sesekali makian Caramel.

Hari ini entah berapa kali dia dibikin terkejut. Termundur menubruk dinding, Cherry memandangi aneh permen merah muda di hadapannya dengan jarak hanya sejengkal dari wajah.

"Biasanya emut makanan manis." Sekali lagi permen berbentuk bundar itu di sodor lebih dekat, sesegera mungkin Cherry ambil takut-takut akan menempel di hidungnya.

Cherry sedikit mendongak, tidak tahu harus bereaksi apa kemudian. Lidahnya mendadak kelu sejenak disaat ingin mengucapkan terima kasih.

"Hm, Jovano ...." Cherry memanggil ragu-ragu. Cuma satu nama terlintas di benak.

Garis wajah lembut yang murah senyum hanya di miliki protagonis cowok kedua.

"Kenapa?" Jovano terkekeh geli sembari menepuk-nepuk puncak kepala Cherry.

"Ternyata mereka belum kapok, tunggu di sini. Jangan ke mana-mana. Nanti Sehan ngira lo juga ikut-ikutan," katanya lalu berlari masuk ke toilet, tanpa peduli melekat papan berukuran sedang jika bilik-bilik berjejer di sana khusus perempuan.

Cherry mendengus, pada akhirnya memutuskan duduk bersila dengan tangan memegang gagang permen, mengemut gula manis bentuk padat di mulutnya.

Menyesali beberapa menit lalu sempat terpesona oleh rupa rupawan Jovano. Lagipula tubuh ini ikut bereaksi, jantungnya berdebar kencang dan Cherry membenci sensasi itu.










****






Catatan:

Cerita ini berbeda dari versi sebelumnya, palingan nama tokoh yang masih sama (harap, baca catatan penulis biar gak pada bingung).

Tinggalkan vote dan komen. Vote udah bikin aku semangat lanjutin ceritanya. Jangan sider ya.

Terima kasih

Cuma FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang