Mengabaikan kata-kata Regra, Cherry justru memilih melarikan diri ke lantai dua, menuju kamar. Aroma badannya jauh dari kata wangi tentu saja karena dia belum mandi makanya untuk alasan itu Cherry sengaja kabur.
Sial bagi Cherry, bertepatan setelah puas berendam dia menemukan Regra duduk di ujung ranjang. Dia menyesali lupa mengunci pintu kamar.
Dagu terangkat sambil berjalan tegak, Cherry berusaha tak gugup. Selama berbulan-bulan mengenal Regra, dia sudah paham kepribadian cowok busuk ini.
"Rambut kamu basah."
"Gue habis mandi jadi wajar rambut gue basah, goblok."
Bukannya tersinggung Regra terkekeh geli dengan tatapan terus tertuju pada pihak lain yang sibuk di meja rias.
Regra bertopang dagu, mengamati senyam-senyum, menangkap jelas gumaman Cherry sempat kesusahan membenarkan kabel hair dryer yang terlilit.
"Kalo lo Kanigara, makanan kesukaan gue kadang di masak Gara apa?" Siapa yang menduga Cherry akan mengajaknya lebih dulu bicara.
"Bihun sayur terus omelet, biasa pakai kecap manis biar makin enak katanya." Regra bersenandung lembut.
Dapat Regra lihat ada keterkejutan di tampang itu. Jika Cherry masih tak percaya lalu meminta penjelasan puluhan kali Regra tidak keberatan.
"Oh ..." Dia mangut-mangut, menoleh ke belakang. "Gue mau pakai baju, ngapain lo masih di sini?" Pupil biru Cherry memelototi dingin.
Regra mengedikkan bahu. "Pakai aja, lagian gue mustahil nafsuan sama cewek yang depan belakangnya rata." Jawaban Regra kelewat bajingan itu membuat Cherry tersedak, nyaris saja berteriak mengingat kejadian ciuman beberapa waktu lalu.
Mengetahui bagaimana keras kepalanya Regra, pada akhirnya Cherry tidak melakukan apapun. Keheningan singgah.
Cherry menatap pantulan wajah di cermin, hitungan hari terlewati Cherry menerima kejadian di luar nalar yang terjadi kepadanya.
Dia sebelumnya sempat takut berangsur hilang apalagi setelah disadarkan bahwa keberadaannya tidak sendiri di sini. Ada Regra ... atau mungkin Gara. Mantan kekasihnya.
"Jangan nangis."
Lamunan Cherry seketika buyar, menunduk linglung menatap Regra sudah menekuk kaki di sebelahnya. Cherry menahan napas bertepatan Regra membelai pipinya, entah sejak kapan air mata telah menetes yang pasti hati Cherry agak sakit.
"Gue cuma cape aja." Cherry memberitahu sengau, membuang muka hingga sentuhan jemari Regra di kulit pipinya sekedar sesaat.
"Cape sendirian. Rasanya ini masih kaya mimpi, di mana gue punya saudara terus teman perempuan walaupun otaknya bermasalah." Benak Cherry membayangkan kebucinan tak masuk akal Caramel.
Regra menggeleng. "Ini bukan mimpi, oke? Semuanya nyata." Bibir itu mengulas seringai. "Aku bisa bantuin kamu supaya nggak ragu lagi," katanya bernada lembut.
Cherry tertawa hambar, menunjuk jengkel muka Regra.
"Gue yakin isi otak lo juga bermasalah, di dunia novel ini beneran gue dan Luis yang waras." Tanpa berpikir dua kali Cherry beranjak dari kursi, melangkah menjauh, seringai Regra tambah lebar membuatnya harus waspada.
***
Regra adalah pembohong ulung. Cukup mencium aroma sabun yang tertinggal di tiap jengkal tubuh gadis itu menyisakan sisi liarnya sempat padam belakangan ... kembali menyala.
Pantas saja Cherry terkesan tak percaya dengan kata-katanya karena memang kepribadian Kanigara dan Regra seperti langit dan bumi.
"Dengar." Regra berbisik, kedua tangan melingkar erat di pinggang Cherry, menahan gerakan Cherry yang hendak memberontak.
Semakin Cherry banyak bergerak semakin kuat pula tekanan Regra perbuat.
"Jangan macam-macam, lo nggak lupa kan peringatan Luis sebelumnya!" Cherry memuntahkan bentakan yang sama sekali tidak membuat Regra takut.
Regra memandangi mata biru itu berkilat marah menjadi hiburan tersendiri untuk Regra.
"Aku kangen." Ekspresi Regra memelas, tangan kanannya berpindah mengelus lengan Cherry.
"Tapi, aksi lo sekarang yang pangku gue bikin gue nggak aman, bajingan mesum!" Rona muka Cherry memerah sembari mencengkeram pundak Regra.
Regra mengulum senyum. Mau bagaimana lagi, dia ingin memastikan bahwa kekasihnya memang ada di depannya bukan halusinasi. Regra tidak pernah merasa cukup, berjauhan terlalu lama sungguhan menyiksa.
"Boleh aku jadi bayangan kamu?" Regra bergumam, matanya berbinar euforia. "Kalo di kehidupan ini kamu berpendapat kaya mimpi sementara kehadiran kamu di pelukan aku sekarang seperti halusinasi." Regra mengungkapkan gamblang.
Cherry terperangah bahkan saat Regra mulai mengucapkan rayuan manis Cherry tetap diam. Cara bicara Regra bagaikan penggoda kelas kakap, sesekali dia mengusap rambut pirang Cherry yang terurai lurus.
Lalu, pembicaraan Regra mengarah serius. "Plot novelnya udah pertengahan, selama ini kamu nggak mengacau, kan?" Dua detik kemudian mulut Regra digampar.
"Gue nggak segila itu ya!" Cherry mendelik. Belum sempat kembali membantah, Cherry lebih dulu tercekat, tidak bisa mencegah saat Regra membaringkannya ke sofa.
"Rasanya aku mau bakar hidup-hidup Jovano, gegara dia tubuh ini udah nggak perawan." Regra berujar pelan tanpa tau tutur katanya meninggalkan rona di paras Cherry makin merah.
Regra menatap tepat pupil biru Cherry seiring hidung mereka saling bersentuhan. "Akal sehat aku beneran hilang kayaknya." Setelah itu Regra mengambil kesempatan mencium bibir ranum itu.
Cherry termangu. Seharusnya dia mendorong Regra karena tangannya tidak dipegang seperti ciuman pertama mereka dulu, namun Cherry lakukan detik ini hanya diam.
Cherry yakin akal sehatnya ikut hilang meskipun sadar yang mereka lakukan bukan cuma menempelkan bibir nantinya.
***
Napas Cherry terengah-engah dengan ciuman panjang Regra yang berakhir. "Cowok gila!" Cherry memaki lirih, suaranya bahkan terdengar serak.
"Salahin bibir kamu yang lembut banget." Regra tertawa, membelai wajah Cherry sesaat sebelum kembali menjatuhkan kecupan di garis rahang Cherry.
Regra menangkap Cherry mengerang pelan menelan ludah padahal ini bukan pertama kali dia mengarahkan bibirnya ke perpotongan leher Cherry, tapi tetap saja Regra bakal lupa diri.
Jemari Regra melepaskan lihai ikatan jubah mandi Cherry sementara bibirnya terus mencium basah tulang selangka tersuguh di depannya.
"Aku mau hapus jejak si tolol Jovano itu."
"Itu ... akal-akalan lo aja lagian gue nggak punya ingatan nafsu mereka."
"Kalo menurut kamu Cherry yang asli sama si tolol Jovano karena nafsu, kita berdua jelas beda. Tujuan aku sekarang jelas memanjakan kamu yang sebenarnya masih perawan, kan?"
Mata berair Cherry melotot kesal. Mulut Regra minta ditampar bolak-balik.
****
Tinggalkan vote dan komen. Vote udah bikin aku semangat lanjutin ceritanya. Jangan sider ya.
Terima kasih❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Figuran
FantasíaBagaimana jadinya kalau kamu memasuki tokoh figuran? Berperan sebagai sahabat antagonis dan pernah satu kali menyelamatkan tokoh utama wanita diperkumpulan tawuran. Bodohnya, membiarkan badan sendiri yang terluka. Itu lah Cherry. Hidup kembali seba...