Cherry menahan diri tidak menyemburkan tawa, penampilan orang-orang perundungan si tokoh utama wanita kacau, sesuai dugaan Cherry bahwasanya Alaraya tidak mungkin orang yang pasrah begitu saja, tapi karena posisi Alaraya di keroyok pada akhirnya tetap kalah.
Alaraya basah kuyup dengan rambut awut-awutan, berdiri di sebelah Jovano.
Di depan toilet sebelumnya sepi, detik ini juga ramai bukan main, bahkan Cherry awalnya di posisi terdepan sudah terdorong jauh.
Beruntung, tinggi tubuh si figuran cukup ideal, jadi Cherry tidak harus berjinjit menyaksikannya.
"Sebentar lagi Sehan sama komplotannnya datang." Cherry bergumam, celingak-celinguk dengan benak menebak-nebak di koridor bagian mana mereka akan muncul nantinya.
Alih-alih kedatangan Sehan, matanya justru menemukan Luis berdiri di belokan koridor, pandangan mereka saling bertemu cuma beberapa detik karena Cherry buru-buru membuang muka.
Kenapa cowok itu sering menghancurkan suasana hatinya? Cherry berdecak pelan, memutuskan menjauh dari kerumunan. Hubungan darah ini begitu memuakkan Cherry.
Dia punya pengalaman buruk tentang namanya keluarga, sepanjang melangkah wajah Cherry cemberut.
***
Tidak ada Caramel yang mengusik atau memang Caramel tidak berhasil menemukannya. Tiba jam istirahat, Cherry sengaja kabur ke perpustakaan.
Duduk paling pojok tanpa terpasang kamera pengawas di dinding, tak jauh di tempat duduknya rak buku tersusun kokoh.
Cherry membuka lembaran buku di paha dengan sebelah kaki duduk bersila, membaca tenang cerita romansa tertulis di buku. Dia hobi membaca novel berbagai genre, salah satunya novel romansa yang berakhir bahagia.
Kepala semakin tertunduk usai menyakinkan diri sekitaran sepi, Cherry segera memasukkan separuh roti ke mulut. Bisa bahaya kalau ada yang menangkap basah, jika dia membawa makanan padahal larangan terpampang nyata di pintu ruangan masuk.
"Untung gue masukin ke seragam," ujarnya lirih sambil mengulum senyum konyol.
Cherry mengunyah kesenangan. Tinggal satu bungkus lagi yang tersisa. Belum sempat meraih roti dia sembunyikan antara tumpukan buku, mendadak kepala Cherry memberat seakan ada beban di sana, Cherry sontak mendongak nyaris mencium telapak besar orang lain di belakang kursinya.
"Lo... lo ngapain di sini?" Cherry bertanya gagap, netra birunya melotot lebar.
"Ini tempat umum." Jovano menarik kursi tepat di sebelah Cherry.
Cherry bungkam, makin lama menyimpulkan jika tubuh ini mungkin dekat dengan protagonis cowok kedua aliasnya Jovano Kalinggar.
Namun, ingatan yang datang dalam bentuk mimpi semalam, sama sekali tidak ada Jovano. Kebanyakan Caramel, sepupu sang figuran yang bernama Ryla. Luis dan Kakak sulung mereka, bahkan Alaraya ikut menjadi bunga tidur.
Cherry agak kaget ketika bangun, mengetahui di masa lalu ketiganya bersahabat karib.
"Kayaknya lo nggak nyaman kalau gue ada." Suara berat itu membuat lamunan Cherry langsung buyar.
Iya, gue nggak nyaman banget berurusan sama para tokoh novel. Soalnya kalian sumber masalah.
Cherry membatin, menahan diri tidak mengungkapkan jujur.
"Gue lagi fokus baca buku," sahutnya lempeng.
"Bisa liat gue dulu bentar." Cowok berparas lembut itu tiba-tiba menarik tangan kiri Cherry, menggenggamnya erat. "Dengar, kita emang udah berakhir satu bulan lalu tapi bukan berarti lo harus bersikap dingin ke gue," lanjut Jovano.
Cherry menganga kemudian, dugaannya ternyata benar.
***
Malam harinya Cherry tidak mampu mencegah kehadiran Caramel yang lagi-lagi menerobos masuk, di sisi lain Cherry sedikit takut juga sendirian di rumah sebesar ini.
"Kenapa muka lo kusut banget?" Caramel merebahkan diri di samping Cherry tanpa memedulikan sebelumnya Cherry sempat ogah-ogahan menyambutnya.
"Sebenci apa lo sama Lara?" Cherry berbaring menghadap Caramel, diam-diam menikmati hangat pertemanan yang di miliki raga figuran ini.
Dia mengakui sekarang, rasanya menyenangkan. Di kehidupan dulu tidak pernah merasakan punya teman obrolan, sejenak Cherry melupakan tingkah sembrono Caramel.
"Benci banget." Caramel menjawab keki. "Tapi gue bukan Aluna tolol yang nunjukkin kebenciannya secara terang-terangan bahkan di hadapan Sehan ... Aluna tetap coba nerjang Lara."
"Lo marah karena Lara jadi kakak tiri lo?" Cherry tidak peduli soal antagonis, ingin dia ketahui hubungannya dengan Caramel dan Alaraya dulu, kalau mereka bertiga bersahabat baik.
"Lebih daripada marah, perasaan gue campur aduk." Caramel berujar dingin, meremas selimut brutal bikin Cherry meringis kemudian.
"Gue nggak mau ada yang menggantikan mendiang Mama, Lara tau itu. Di hari pernikahan bokap, Lara bilang gue egois terus minta gue berhenti bersikap kekanak-kanakkan." Guling tengah Caramel peluk tergigit kencang.
Cherry tertegun, hilang kata. Membiarkan saja Caramel sibuk mengumpati beberapa deret nama ingin segera gadis itu musnahkan.
Cherry baru bergerak dari ranjangnya setelah menangkap bunyi notifikasi berulang di ponsel yang terletak di nakas.
Menggeser layar benda pipih di tangan, Cherry membaca tegang pesan masuk tanpa nama di sana.
"Akhirnya kamu datang, dayita." Cherry berbisik pucat, hanya satu orang memanggilnya dengan sebutan itu.
****
Tinggalkan vote dan komen. Vote udah bikin aku semangat lanjutin ceritanya. Jangan sider ya.
Terima kasih❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Figuran
FantasyBagaimana jadinya kalau kamu memasuki tokoh figuran? Berperan sebagai sahabat antagonis dan pernah satu kali menyelamatkan tokoh utama wanita diperkumpulan tawuran. Bodohnya, membiarkan badan sendiri yang terluka. Itu lah Cherry. Hidup kembali seba...