Cherry yakin seratus persen bahwa seharusnya dia telah tewas di tempat. Lagi pula siapa yang selamat setelah tertimpa atap halte plus tiangnya. Kalau pun ada, sungguhan beruntung.
Semuanya bahkan masih membekas dalam ingatan. Bagaimana darah mengalir deras di kepala, sekaligus salah satu kaki seakan-akan telah hancur.
Cherry menelan saliva. Itu terlalu mengerikan, kematian ternyata sangat menyakitkan. Tangan gemetar Cherry memegang bagian belakang kepala.
Baik-baik saja, tidak ada luka berlubang apalagi darah yang tumpah ruah begitu pula kakinya.
"Hoi?!"
Gadis itu sontak terperanjat, menoleh syok sembari mengusap telinga dibuat pengang oleh teriakan cempreng tersebut.
"Cherry, kamu nggak papa, kan?"
"Dia kesakitan. Mata lo berfungsi baik pasti liat, kan, tadi punggungnya sempat kena sebetan celurit."
"Oh, maaf..."
"Dasar tolol!"
Cherry mengerjap linglung, memandangi aneh dua gadis di dekatnya. Diamati lebih jelas mereka seumuran. Cherry menunduk, menyentuh rok kotak-kotak sebatas lutut menutupi pahanya. Pakaian mereka pun juga serupa.
Tetap tenang. Jangan panik, lo harus kalem. Cherry membatin, berusaha mencoba berpikir positif.
"Punggung gue sakit." Dia menjawab pelan, merasakan bagian belakang perih dan basah.
"Tuh, kan, kita ke rumah sakit!" Gadis mengenakan bando biru muda tahu-tahu mencengkeram lengan kiri Cherry memaksanya supaya berdiri.
"Caramel kamu buat Cherry kesakitan."
"Jangan ikut campur!"
"Ta---"
"Lebih baik lo pulang, mengingat lo itu anak kesayangan si tua bangka!"
Raut wajah itu tampak pasrah karena diusir terang-terangan, tatapan matanya sempat bertemu Cherry yang terdiam kaku.
"Maaf...." Bibir tersebut bergerak tanpa suara disusul tubuh ramping gadis itu setengah membungkuk sesaat. "Makasih udah selamatin aku," lanjutnya.
Cherry menyaksikan hanya bisa melongo. Sedikit pun tidak mengalihkan pandangan dari gadis itu yang berlari pergi, meninggalkannya bersama sosok asing di sebelahnya sedang tersenyum lebar sambil bersedekap pongah.
***
"Lo itu nyusahin."
"..."
"Bisa-bisanya lo lewat jalan orang-orang yang lagi tawuran."
"..."
"Kenapa malah diam?"
"..."
Kaki panjang itu berhenti melangkah, rahangnya mengeras dengan buku jari terkepal, netra jelaga remaja laki-laki itu menghunus tajam.
Cherry menggigit bibir dalamnya, "Luis." Cherry memanggil ragu-ragu, mengingat perkataan Caramel setengah jam lalu bahwa Cherry akan di jemput oleh saudaranya.
Ini gila!
Benar-benar gila!
"Apa?!" Luis menyahut ketus membuat Cherry menahan diri tidak menimpuk kepalanya.
"Kayaknya gue gila, jadi bawa gue ke rumah sakit jiwa sekarang." Cherry bergerak maju, memegangi erat ujung jaket laki-laki itu.
"Seharusnya gue udah mati, ini bukan dunia gue. Satu lagi, gue bukan adik lo. Nama kami mungkin sama. Sebentar, apa keajaiban itu beneran ada?" Cherry berbicara beruntun.
Bibir Cherry makin pucat terus-terusan memikirkan semuanya yang terasa mustahil, tungkainya gemetar hebat. Jika ini sebatas konten, maka Cherry akan bertebuk tangan paling heboh kemudian.
"Lo emang gila." Satu jitakan mendarat di kening Cherry.
Cherry tertawa hambar, lama-kelamaan tubuhnya melemas dan pandangan berubah gelap.
***
Kalau punggungnya tidak cedera, pasti dia bakal bergulungan. Lelucon ini terlalu horor. Beberapa kali menyangkal, tetap saja semuanya sungguhan nyata.
"Gue hidup lagi." Cherry merentangkan satu tangan, berbaring miring menghadap jendela kamar tidak jauh dari posisinya. "Jadi, figuran. Hahaha, di luar nurul." Jemari Cherry meremas rambut pirang melewati pundaknya yang tampak awut-awutan kini.
Tetap tenang.
Anggap aja ini berkah.
Cherry senyam-senyum kemudian, suasana hati muram sekejap hilang beralih mengembang riang. Menyadari dia hidup kembali sebagai sosok figuran jutawan di novel yang pernah di bacanya, jika tidak salah satu tahun lalu.
"Kalo yang seret gue ke rumah sakit tadi namanya Caramel, berarti sempat minta maaf itu Alaraya," gumamnya, menghela napas kasar.
****
Tinggalkan vote dan komen. Vote udah bikin aku semangat lanjutin ceritanya. Jangan sider ya.
Terima kasih❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Figuran
FantastikBagaimana jadinya kalau kamu memasuki tokoh figuran? Berperan sebagai sahabat antagonis dan pernah satu kali menyelamatkan tokoh utama wanita diperkumpulan tawuran. Bodohnya, membiarkan badan sendiri yang terluka. Itu lah Cherry. Hidup kembali seba...