#14 Antagonis Yang Merasa Dirinya Protagonis (a)

10.7K 1.2K 10
                                    

Raut wajah Cherry masam mendengar nama Alaraya disebut. Sejak Caramel terakhir kali mengamuk cuma karena dia mengobrol dengan Alaraya, Cherry tidak pernah lagi mengulangi kejadian itu.

Tiap bertatap muka tanpa sengaja atau keluar bersamaan di sore hari, depan gerbang rumah masing-masing, Cherry hanya tersenyum tipis paling tidak mengangguk sekali sebagai sapaan.

Mata Alaraya terkesan kecewa dan Cherry mencoba acuh tak acuh karena ini demi kedamaian bersama. Sekali Caramel mengamuk, berantakan lah semuanya.

Cherry mendongak. "Gue dan Lara udah jadi mantan sahabat," ujarnya lempeng.

Sehan justru melotot kesal, detik itu juga Cherry menahan diri tidak mengumpat di depan muka Sehan. Bisa bahaya, jika protagonis cowok ini menyimpan dendam padanya.

"Gue pernah lihat foto kalian bertiga terselip di dompet Lara," tutur Sehan datar. "Di dalam foto itu, salah satunya pacarnya Giantama." Sehan tiba-tiba berjongkok dan Cherry spontan bergeser waspada.

"Caramel maksud lo? Bukan pacarnya Levi aja, Caramel juga kakak tiri Alaraya."

"Gue tau."

"Oh, baguslah."

Sehan bersedekap, dagunya makin terangkat angkuh bagi Cherry sikap Sehan malah kekanak-kanakkan di matanya.

"Gimana hubungan Lara sama saudaranya, selama ini gue cukup curiga dengan sesuatu, tapi sayangnya gue enggak punya bukti." Sehan memberitahu lugas.

Cherry tadinya duduk santai bersila sambil merenung rencana apa nantinya tentang ancaman Jovano beberapa menit lalu, langsung tersentak mendengar perkataan Sehan.

Jika dia salah bicara, kemungkinan sangat berbahaya. Sehan jelas menjunjung tinggi Alaraya, sedikit pun ada yang berbeda dengan protagonis pedampingnya, maka Sehan pasti akan peka dan kehadiran Cherry kini tempat di mana Sehan bisa mengorek informasi.

Cherry berdehem. "Ya, seperti saudara harmonis di luar sana. Baik, perhatian, kadang gue liat mereka saling pinjam barang," tutur Cherry. Jelas sekali kebohongan belaka sebenarnya.

Di permukaan memang seperti itu, tepatnya di hadapan orang tua masing-masing apalagi Caramel sandiwaranya luar biasa mampu menipu, berlagak adik yang manis menyayangi kakak tirinya.

"Gue pernah nangkap basah pacarnya Giantama dorong Lara bukan hanya sekali, tapi beberapa kali." Tatapan Sehan berubah dingin.

"Dia punya nama, namanya Caramel Leodia."  Cherry memutar bola mata malas. "Mereka itu cuma bercanda, lo harus terbiasa dengan candaan ekstrem mereka." Air muka Cherry berusaha menyakinkan.

"Gue nggak percaya." Sehan membalas ketus.

Cherry mulai kewalahan, berdiri sambil mengusap belakang roknya yang agak kotor Cherry menyambut berani bola mata jelaga Sehan tampak ngotot oleh pendapatnya.

"Tanya sendiri sama Alaraya atau Caramel, gue udah jawab seadanya yang selama ini gue amati." Diam-diam Cherry mengigit sudut bibir dalamnya. Kalau kebohongan ini terbongkar dipastikan Sehan bakal marah nantinya.

Cherry bersiap pergi. "Soal masalah gue dan Jovano yang malu-maluin itu, gue berharap banget lo tutup mulut, Sehan. Secepatnya gue kasih jera cowok brengsek kaya dia, bisa-bisanya ancam gue!" Buku jari Cherry terkepal tanpa sadar.

Jovano mengancam menyebar luaskan video keintiman raga ini bersamanya, tentu saja Cherry paham. Regra memang benar, tubuh 'Cherry Analema' tidak lagi perawan. Segel daranya telah terlepas.

"Eh, jangan nangis!" Sehan berseru kaget dan agak panik mendapati bahu gadis berdiri di dekatnya berguncang begitu pun lelehan air mata membasahi pipi.

"Gue nggak nangis!" Cherry menyangkal parau, buru-buru berbalik, tanpa pamit berlari menjauh meninggalkan Sehan sendirian di koridor gedung belakang Sideris itu.






***





Caramel membuka kelopak mata perlahan kala merasakan gerakan di sebelahnya, tirai jendela kamar yang belum tertutup membuat bias jingga langit sore menerangi ruangan.

Berapa lama dia tertidur? Agaknya lebih dari satu jam. Ingatan Caramel masih membekas teramat jelas, mengambil kesempatan sang Papa yang keluar kota bersama Ibu tirinya si paling matre itu, Caramel memaksa Levi ke rumah untuk pertama kalinya lalu mereka berakhir di kamar, saling menanggalkan seragam masing-masing.

"Leviii...." Caramel memanggil serak, suaranya khas bangun tidur sambil menghentikan aksi laki-laki berbaring di sisinya yang tengah mengecup lembut jari-jarinya.

"Hm, apa?" Satu tangan Levi beralih melingkari pinggang Caramel, sekali dorongan posisi awalnya berjarak, detik ini saling merapat di balik selimut.

"Tadi kamu nggak pakai pengaman, kan? Kamu keluarnya di dalam." Caramel bergumam cemas.

Alih-alih ikut panik, Levi justru tertawa geli tak bisa diam Levi mencium sebentar bibir Caramel yang agak bengkak.

"Ternyata kamu sadar ya? Aku kira kamu nggak bisa membedakan karena terlalu menikmati," jawabnya.

Ucapan frontal itu sukses mengantarkan wajah Caramel memerah samar.

"Kalau aku hamil gimana?" Caramel mendelik sedikit kesal sebenarnya oleh sikap ceroboh sang kekasih.

Sekedar keheningan menjawab yang ditanyai terlalu sibuk mengecup basah tulang selangka Caramel, jika tidak ada panggilan kedua kalinya bibir itu kemungkinan besar lebih turun ke bawah.

Levi tersenyum tipis dengan jempol mengelus hati-hati pipi gembil Caramel. "Aku pasti tanggung jawab, Dear!" ujarnya berbisik yakin.

Caramel tidak bisa menahan senyum, mata bulatnya seketika berbinar bahagia secara bersaman jantungnya berdebar nyaman.

"Aku cinta banget sama kamu." Caramel mengungkapkan malu-malu, menempelkan dagu di bahu Levi, menyambut dekapan Levi lebih erat.







***




Cowok jangkung itu memasuki dapur sambil sesekali bersiul, katanya anggap saja rumah sendiri dan dia tidak keberatan melakukan. Rumah ini lumayan besar, perabotan serba mewah ada di mana-mana.

Satu hal yang pasti, Levi sangat ingin bertemu sahabat kecilnya seolah-olah takdir berpihak, dia menemukan punggung ramping sosok gadis itu tengah berdiri membelakangi.

"Masak apa?"

Alaraya hampir menjatuhkan spatula dipegangnya mendengar suara itu. Alaraya menoleh syok ke samping.

"Kamu ngapain di sini?" Alaraya bertanya pucat, buru-buru mematikan kompor.

"Numpang makan." Levi tergelak pelan, tangannya terulur mengusap puncak legam Alaraya.

"Caramel lagi mandi, boleh gue minta peluk? soalnya gue kangen banget sama sahabat boncel cantik gue ini. Boleh, kan, bobo?" Sepasang lengan Levi terbuka lebar, menyebut nama kesayangannya pada Alaraya.







****




Catatan:


Buat yang pengen baca lebih jelas hubungan Caramel, Levi, dan Alaraya ada di karyakarsa, hidden part. Silahkan cek bio akun ini. Warning! Di bagian itu ada adegan dewasanya.

Tinggalkan vote dan komen. Vote udah bikin aku semangat lanjutin ceritanya. Jangan sider ya.

Terima kasih

Cuma FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang