Terhitung sudah satu bulan Cherry berada dunia ini. Banyak hal dia ketahui, namun tidak semuanya. Ingatan datang dalam bentuk bunga tidur, beberapa terkadang tidak menjawab penasaran di benaknya.
Di minggu pagi, Luis tiba-tiba menerobos masuk bikin Cherry memekik kaget yang tengah rebahan di ruang tengah.
Entah hari ke berapa Cherry mulai menerima kehadiran Luis, bahwa sekarang dia mempunyai keluarga.
Duduk bersila dengan punggung bersandar di bawah sofa, Cherry melirik kaki Luis selonjoran, meletakkan kurang ajar di meja. Sikapnya bagaikan Tuan Muda yang teramat pantas di layani.
Bebas melakukan apapun selama memiliki kekuasaan.
Mau tak mau Cherry harus terbiasa dunia novel ini terselip ajaran itu, protagonis cowok utama salah satunya.
Kalau tidak salah, tiga kali Cherry pernah berpapasan dengan Sehan bersama komplotannya yang membuat Cherry selalu berakhir bernapas lega. Dia tidak menarik perhatian, sesuai peran sebagai figuran tak penting.
"Luis." Cherry memanggil sambil mendongak, memandangi serius Luis. "Gue mau tanya, soal Mama dan Kakak sulung kita." Ada perasaan menggelitik di hatinya kala berucap kita.
Dia sungguhan punya keluarga meski tak lengkap karena sosok figur seorang Ayah di tubuh ini telah meninggal dunia, tidak apa-apa baginya cukup.
Di kesempatan kedua ini, Cherry ingin berharap bisa merasakan kehangatan keluarga.
"Mama sibuk kerja." Luis menyahut dengan tatapan tetap fokus pada laptop di pangkuan.
"Si Darka gue enggak tau, akhir-akhir ini susah di hubungi," sambungnya terdengar malas-malasan di telinga.
Gue belum liat mereka jadinya kan penasaran, apalagi ingatan tentang sosok Ibu figuran enggak ada.
Cherry membatin linglung agak aneh sebenarnya.
"Gue mau lo tinggal di sini." Cherry berdehem. "Sekalian Kak Darka. Gue takut sendiri!" lanjutnya dengan nada tegas.
Luis menunduk.
Matanya dan Luis saling bertemu alhasil Cherry gugup.
"Bukannya ini yang lo mau?"
Cherry tertegun.
"Gue anggap lo ngomong tadi cuma bercanda, kalau sampai Mama dengar ... gue bisa bayangin yang terjadi sama lo nantinya, dan lagi-lagi kami diposisi sulit."
Luis lalu bangkit sambil membawa laptop, berjalan menuju dapur, meninggalkan Cherry yang sama sekali tidak mengerti maksudnya.
***
Cherry tidak menduga Alaraya bakal mengejarnya, padahal dia sudah berusaha menyembunyikan tubuh di balik pilar gemuk lobi.
Kalau Caramel melihat maka Cherry yakin gadis mungil itu langsung kalap.
"Ceri, sebentar aja." Alaraya menyambar cepat lengan Cherry yang hendak berbelok ke parkiran motor. "Aku mau bicara berdua. Ini penting," katanya sarat memohon.
Cherry mendelik sebal. "Gue enggak mau, bukannya jadwal pulang lo itu bareng Sehan terus paginya Jovano, jadi gak ada urusan sama gue."
Alaraya bersama dua cowok yang Cherry sebut, adalah sumber masalah pelik dan tentu Cherry tidak ingin takdirnya bersentuhan dengan mereka.
"Aku mau bicara tentang Mama kamu. Aku emang tau Mama kamu itu sikapnya keterlaluan, tapi kali ini beneran udah biadab." Alaraya berujar penuh penekanan membuat Cherry di hadapannya seketika terperangah.
Cherry seperti menyaksikan Caramel jika sudah kesal, bedanya Alaraya tampak masih anggun. Melirik buku jari Alaraya terkepal, Cherry menyadari gadis itu kini sungguhan serius.
"Mama gue?" Cherry menjawab berbisik, bibirnya tersenyum tipis terkesan terpaksa. Jadi raga ini hubungannya sama nyokap buruk.
Seharusnya dia mengerti dari awal tiap menyebut nama itu raut wajah Luis berubah muram walaupun sesaat, kadang Cherry berpikir matanya saja yang salah lihat.
Alaraya mengangguk. Pegangannya di lengan Cherry mengerat. "Kamu harus hati-hati, Mama kamu itu gila. Maaf, jangan tersinggung."
"Hm, gue juga sama gilanya." Cherry tergelak hambar. "Oke, gue bakal hati-hati. Sebelum itu, biadab kaya gimana maksud lo? Dia mau bikin gue kena musibah, kah? Gak mungkin, kan?" tanyanya risau.
Alaraya memandangi Cherry lekat tanpa tau bahwa pihak lain tidak suka diberikan sorot kasihan.
"Aku dengar obrolan Mama kamu sama staf pribadinya di basemen Mall, intinya yang bisa buat kamu jauh-jauh dari jarak pandang Mama kamu," jelas Alaraya.
"Jadi, dengan bikin gue celaka?" timpal Cherry memastikan.
"Mungkin, iya. Biasanya gitu, kalau kamu nggak percaya ... kamu boleh tanya Cara." Alaraya meringis. "Terakhir kali Cara dan Mama kamu ketemu mereka saling cekik."
Cherry melotot, tidak ada kebohongan di mata Alaraya.
"Oke, mak--"
"Berengsek kalian!"
Ucapan Cherry tertahan tepat menangkap makian berasal dari belakangnya. Belum sempat menoleh, dorongan kasar lebih dulu dia dapatkan.
Caramel sialan! Membatin murka, Cherry meraih gesit bahu Caramel balas mendorongnya, namun kali ini sengaja menghantam pelan punggung gadis itu ke pohon terdekat.
Kesabaran Cherry hilang, bisa kah Caramel berhenti salah paham? Rasanya Cherry kewalahan menghadapi perangai Caramel.
****
Tinggalkan vote dan komen. Vote udah bikin aku semangat lanjutin ceritanya. Jangan sider ya.
Terima kasih❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Figuran
FantasiBagaimana jadinya kalau kamu memasuki tokoh figuran? Berperan sebagai sahabat antagonis dan pernah satu kali menyelamatkan tokoh utama wanita diperkumpulan tawuran. Bodohnya, membiarkan badan sendiri yang terluka. Itu lah Cherry. Hidup kembali seba...