VOICE A.U. #Warning : Mature contain! (18 only).
Berkisah tentang 1% kelompok kalangan atas, yang tinggal di kawasan paling elite, bernama kota Golden Time di Korea Selatan.
Kang Kwon Joo (34) Terlahir dengan memegang sendok emas di tangannya. Men...
"Semua orang memiliki rahasia. Terkadang, terlalu besar dan berat hingga terpaksa ia bawa sampai ke Neraka". -Quotes from: Voice : The Golden Time City-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Golden Time Hotel, 4 Jam Kemudian.
Mo Tae Gu terlelap sejenak karena lantunan musik Georg Friedrich Händel, hingga bunyi bel di luar suite membuatnya kembali terjaga. Butuh beberapa menit hingga Tae Gu beranjak dari dalam bath tub, melilitkan handuk berwarna merah ke sekeliling pinggang, melenggang santai keluar dari kamar mandi. Ia sempat mengecek sejenak ke interkom untuk melihat siapa yang telah 'berani' mengganggunya di tengah malam seperti ini. Kedua alisnya melengkung naik, seringai licik muncul di sudut bibirnya.
Rupanya dia berhasil menjebak orang itu.
Membuka pintu, sosok perempuan tersebut langsung menerjang masuk sambil memaki Mo Tae Gu. Beruntung lelaki itu sempat membanting pintu hingga menutup terlebih dahulu.
"Sebenarnya apa mau mu?! Mengirimiku pesan seperti itu! Bagaimana jika suamiku sampai tahu?!" Perempuan bermantel putih selutut tersebut marah. Mendorong Tae Gu hingga menabrak dinding lantas memukuli dada bidangnya yang masih basah oleh air dan sabun.
Satu tangan Tae Gu menangkap lengan kanan kurus si wanita, memiringkan kepala ke satu sisi, menatap dalam diikuti sorot dingin, ia lantas berkata.
"Kenapa? Aku tidak berbohong kan? Suamimu harus tahu, kalau selama ini kamu telah membohonginya. Anak itu adalah darah daging ku, bukan miliknya". Suaranya terdengar berat. Dalam. Tajam.
Perempuan tersebut berusaha melepaskan pegangan Tae Gu dari lengannya, namun gagal. Bagaimanapun juga Tae Gu dua kali lebih kuat darinya. Dalam satu gerakan cepat, Tae Gu berhasil membalikkan keadaan, mendorong tubuh perempuan itu hingga dialah sekarang yang dipojokkan ke sudut dinding. Bahunya terbentur agak keras dan ia mengerang pelan. Tae Gu menghimpitnya, wajah mereka bersentuhan. Nafas Tae Gu yang beraroma tembakau serta jeruk terasa panas di atas kulit wajah perempuan bermuka mungil tersebut.
"Oh ayolah, kamu juga menyukai ini bukan. Jika tidak untuk apa kamu langsung datang menemui ku malam ini" bisik Tae Gu. Diluar daun telinga perempuan tersebut. Sementara telunjuk kanannya membelai lembut di sepanjang garis leher si wanita, dan terus turun hingga ke pundak.