Bangkitnya Kekuatan Gelap

4 2 0
                                    

"Hei, jangan pergi kalian!" pekik Bagong Kajajaden, matanya menjegil menatap para makhluk yang memilih untuk melarikan diri.

Namun, usaha para makhluk itu sia-sia, sebelum mereka berhasil meninggalkan tempat itu Gia lebih dulu menyerang menggunakan tenaga dalamnya. Dalam sekejap para makhluk itu berubah menjadi abu lalu menghilang tertiup angin.

"Cih, dasar kalian tidak berguna!"

"Lawan aku jika kamu berani," ungkap Gia menantang.

Kedua mata Bagong Kajajaden memerah, dia menatap tajam penuh rasa benci kepada Gia. Dia berlari ke arah Gia seraya menghunuskan pedang miliknya. Namun, dengan gerakan yang sangat lincah Gia berhasil menghindari serangan Bagong Kajajaden bahkan dia tak terluka sama sekali.

Sang Maha Raja tersenyum melihat kemampuan Gia, di dalam hatinya dia sangat bangga karena keturunannya memiliki kekuatan yang sangat luar biasa.

Berkali-kali Bagong Kajajaden melayangkan serangan kepada Gia, dan pedangnya hanya mampu menebas angin. Tinjuan dan serudukannya bahkan tak berguna sama sekali.

"Kamu terlalu sombong, bahkan ternyata kamu sangat lemah," ungkap Gia meledek makhluk yang tampak kepayahan itu.

"Aku tidak akan menyerah kepada gadis bau kencur seperti kamu!" pekik Bagong Kajajaden.

Makhluk itu melemparkan pedang miliknya kesembarang arah. Dia mulai duduk bersila seraya menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada.

"Wahai ratu penguasa kegelapan anugerahkan lah kekuatan kepadaku, maka detik ini juga aku akan menghabisi nyawa gadis kecil ini," gumam Bagong Kajajaden seraya memejamkan mata.

Langit pun kembali berubah menjadi gelap gulita, bersamaan dengan itu ribuan gagak hitam terbang ke arah Bagong Kajajaden mengerubuni tubuhnya. Tak berselang lama, tubuh makhluk itu menjadi berukuran besar, wajahnya semakin aneh. Rupa babi tetapi memiliki paru burung gagak.

"Iihhh, kenapa semakin menjijikan aku sangat mual menatap wajah makhluk itu," ungkap Gia seraya membuang muka.

Melihat perubahan Bagong Kajajaden, sang Maha Raja dan Macan Putih langsung berjalan menghampiri Gia dan berada tepat di hadapan gadis itu.

"Mundurlah, Gia. biar kami yang melawan makhluk menjijikan ini," ungkap Sang Maha Raja. Matanya menatap tajam ke arah Bagong Kajajaden.

Nyai Sekar Wangi segera mendekati Gia dan menariknya menjauh dari mereka. Aura kekuatan hitam begitu kentara dari tubuh Bagong Kajajaden.

"Minggirlah kalian!" pekik Bagong Kajajaden.

"Hadapi kami dulu dasar makhluk buruk rupa!" pekik sang Maha Raja.

Bagong Kajajaden tampak geram dengan ucapan sang Maha Raja, dia pun melayangkan serangan ke arah mereka berdua. Namun, lagi-lagi serangannya kembali gagal. Macan Putih, berlari memutari tubuh Bagong Kajajaden. Dengan tubuh raksasanya tentu saja apa yang dilakukan oleh Macan Putih sangat membuatnya kewalahan.

Melihat perhatian Bagong Kajajaden yang teralihkan sang Maha Raja melayangkan serangan bertubi-tubi kearah makhluk itu. Tubuh raksasanya ambruk, sang Maha Raja melompat ke atas tubuh raksasa itu, dia merentangkan tangan kanannya dan dengan ajaib sebuah tombak emas muncul di genggamannya.

Kedua mata Bagong Kajajaden menjegil kala tombak menghunus tepat di bagian jantungnya.

"Gia, perintahkan air laut untuk menghanyutkan tubuh makhluk ini!" sang Maha Raja memberikan perintah kepada Gia.

Gia menganggukan kepala, dia pun berjalan mendekati arah tebing yang menghadap langsung ke lautan lepas. Dia memejamkan mata seraya mengarahkan tongkat ularnya ke arah lautan. Gelombang laut seketika mengganas, ombaknya bergulung-gulung mengarah ke daratan. Dalam sekejap mata air laut menyapu tubuh Bagong Kajajaden dan menyeretnya ke dalam samudra. Setelah tubuh makhluk itu menghilang dari pandangan, gelombang laut kembali tenang. Langit pun kembali cerah.

Gia mengembuskan napas lega, dia menatap sang Maha Raja lalu berlari menghampiri lelaki itu.

"Terima kasih telah menolongku," ungkap Gia.

"Untuk sekarang kekuatan kamu belumlah sempurna untuk mengalahkan kekuatan gelap dari makhluk itu. Heumm, tempat ini sudah tak aman lagi bagi kalian. Carilah tempat lain dan segera pergi dari sini," ungkap sang Maha Raja.

Nyai Sekar Wangi dan Elang menganggukan kepala, meskipun mereka telah berhasil menyingkirkan Bagong Kajajaden tetap saja mereka pasti akan kembali mengirimkan makhluk yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan Bagong Kajajaden.

"Untuk sementara kembalilah ke kerajaan."

"Baik," ungkap Nyai Sekar Wangi dan juga Elang secara bersamaan.

Detik itu juga, mereka kembali ke kerajaan. Dan sang Maha Raja memerintahkan untuk meningkatkan keamanan di sekitar pondok yang ditempati Gia.

***

Jasad Bagong Kajajaden terus hanyut ke dalam samudra. Namun, sebelum jasadnya menyentuh dasar kekuatan hitam menyelimuti jasad Bagong Kajajaden. Perlahan-lahan luka di dada yang menganga kembali membaik. Luka gigitan dan cakaran Macan Putih pun menghilang. Sejurus kemudian Bagong Kajajaden membuka mata dan dia langsung berenang naik ke permukaan.

"Terima kasih telah membangkitkanku kembali," ucapnya ketika ia berhasil menggapai pantai.

Jauh di atas cakrawala tanpa sepengetahuan Bagong Kajajaden sang Garuda tengah memperhatikannya. Setiap gerak-gerik yang dilakukan makhluk itu tak luput dari pengawasan Garuda.

Bagong Kajajaden menghancurkan pelindung yang menyelimuti pulau itu. Dia pun menghalangi sinar matahari dengan awan hitam lalu memanggil seluruh pasukan makhluk kegelapan untuk datang. Satu persatu makhluk dengan rupa yang mengerikan muncul. Seluruh puaka dari golongan rendah hingga golongan atas berkumpul di sana.

"Selamat datang wahai para makhluk-makhluk hebat," ungkap Bagong Kajajaden, dia tersenyum bahagia menatap betapa banyaknya puaka dan para makhluk kegelapan yang berkumpul.

"Mulai sekarang, pulau ini menjadi milik kita. Maka tunjukkan bakti kalian kepada sang penguasa kegelapan, buatkan kerajaan dan ciptakan pasukan yang tak akan terkalahkan oleh manusia," ungkap Bagong Kajajaden memberikan perintah kepada seluruh makhluk.

Tanpa bantahan sedikit pun mereka langsung melakukan perintah, menciptakan kerajaan yang terbuat dari bebatuan hitam yang mereka ambil dari dasar sungai.

Setelah dirasa cukup mengamati, sang Garuda mengepakkan sayap ke arah barat. Dia terbang dengan kecepatan tinggi menuju kerajaan Majaya.

Elang yang sedang berkeliling kerajaa seketika tertegun kala mendengar suara sang Garuda. Dia pun menengadahkan kepala dan memicingkan mata. Senyuman pemuda itu pun mereka ketika ia menatap Garuda terbang ke arahnya.

"Tuan, ada yang ingin aku sampaikan kepada sang Maha Raja," ungkap Garuda, langsung pada intinya.

Elang menganggukan kepala, dia pun langsung naik ke atas punggung Garuda dan langsung mengajaknya menghadap sang Maha Raja.

Sang Maha Raja berjalan menemui Garuda yang berada di halaman kerajaan. Garuda menganggukan kepala sebagai tanda penghormatan kepada sang Maha Raja.

"Apa yang telah membawamu terbang jauh ke sini?" tanya sang Maha Raja.

"Hamba hanya ingin menyampaikan kabar jika, Bagong Kajajaden dibangkitkan kembali bahkan kini mereka telah membangun kerajaan kegelapan dan menghimpun pasukan untuk menyerang, Majaya."

Rahang sang Maha Raja mengeras mendengar penuturan sang Garuda. "Kurang ajar, rupanya mereka benar-benar ingin menantang umat manusia!" ungkap sang Maha Raja geram.

Hiji WanciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang