Puaka monyet itu pun mati di tangan Gia dan dia menggeret jasad puaka itu keluar pondok. Semua penjaga yang berada di sana terperangah ketika melihat Gia menyeret sosok puaka yang terkenal licik dan lincah mati di tangan Gia.
"Siapkan perapian!" perintah Gia kepada seluruh penjaga yang berada di sekitar pondok.
Tanpa banyak membantah mereka berbondong-bondong mengangkut kayu bakar dan membuat perapian besar di depan pondok. Seluruh warga kerajaan merangsak masuk ingin mengetahui apa yang telah terjadi di sana. Termasuk sang Maha Raja yang berjalan dengan tergesa mendekat ke arah Gia.
"Apa yang terjadi?"
"Kerajaan Majaya semakin tak aman, pelindung yang dipasang ternyata telah melemah dan dia bisa menyelinap masuk ke dalam kamarku," ungkap Gia seraya melemparkan jasad puaka itu ke dalam kobaran api.
Bersamaan dengan jasad puaka monyet yang habis di lalap api. Monyet-monyet yang menyerbu desa dan hutan di seluruh wilayah Majaya pun berangsur menghilang satu persatu.
"Elang, kita kembali ke istana," ungkap Nyai Sekar Wangi.
Elang menganggukan kepala, dan dia pun berlari kembali ke istana. Betapa terkejutnya mereka berdua kala menatap api telah berkobar besar membakar tubuh puaka yang berusaha membunuh Gia.
Nyai Sekar Wangi berjalan mendekati Gia lalu memeluk tubuh gadis itu. "Apa kamu terluka?"
Gia hanya menggelengkan kepala dan mata hijaunya berangsur kembali normal. Tubuhnya pun terkulai lemas, beruntung Elang sigap menahan tubuh Gia dan kembali membopongnya masuk ke dalam kamar.
"Maafkan aku, seharusnya aku sadar jika itu hanyalah jebakan untuk memisahkan aku dari kamu," ungkap Elang menyesal.
"Sudahlah kamu tak perlu menyalahkan diri, lagi pula aku berhasil mengalahkan dia," ungkap Gia seraya menatap kobaran api dihadapannya.
Tak berselang lama, Garuda tampak terbang di atas langit kerajaan Majaya berputar-putar kemudian mendarat.
"Katakan informasi apa yang kamu dapatkan kali ini?" tanya sang Maha Raja.
Garuda menegakkan kepalanya, menatap tajam ke arah sang Maha Raja.
"Pasukan kegelapan telah berhasil menghimpun banyak pasukan, tak hanya dari kalangan puaka bahkan ada pula dari kalangan manusia yang menyimpan dendam dengan kerajaan Majaya."
"Benarkah? Siapa mereka?"
"Laskar Bereum, kelompok yang dua tahun lalu Maha Raja bubarkan karena menganut aliran sesat."
Rahang sang Maha Raja mengeras mendengar Lakar Bereum kembali disebutkan.
"Rupanya mereka tak kapok! Lalu apa ada hal lain?"
"Heumm, aku tak bisa jadi menjadi mata-mata, sang Ratu telah mengetahui keberadaanku," ungkap Garuda dengan nada yang sedih.
"Baiklah kamu tak perlu kembali ke sanah, tinggallah di sinidan bantu kami untuk menghimpun dan melatih pasukan."
"Baik sang Maha Raja dengan sangat senang hati aku akan menolong kalian," jawab sang Garuda seraya memberikan penghormatan.
***
Suasana di kerajaan semakin hari semakin sibuk. Elang dan Garuda sibuk mengumpulkan para lelaki dari setiap desa yang berada di kerajaan Majaya. Sedangkan Nyai Sekar Wangi, dia sibuk melatih para lelaki itu. Gia pun ikut bergabung dengan mereka berlatih bersama siang dan malam tanpa mengenal lelah.
Kini purnama semakin mendekat, dengan hadirnya purnama ini itu menandakan jika hanya satu purnama lagi maka mereka akan menghadapi peperangan.
Sang Maha Raja pun telah mengungsikan para wanita, anak-anak dan orang lanjut usia jauh dari kerajaan Majaya. Hal itu dia lakukan karena tak ingin membahayakan hidup mereka. Dan kini beberapa dusun yang berada di sekitaran kerajaan Majaya pun bagaiakan kota mati.
Sang Maha Raja tertegun menatap dusun yang kini telah sepi itu. "Aku merindukan suara tawa anak-anak yang berlari ke sana kemari di jalan ini," ucapnya kepada pengawal yang selalu setia menemaninya.
"Sabar yang Mulia, sebentar lagi apa yang diingkan oleh Anda akan segera terwujud. Hamba dan para prajurit akan mengalahkan kekuatan gelap itu meskipun nyawa yang akan menjadi taruhannya," ungkap sang pengawal.
Sang Maha Raja membalikkan tubuh dan menatap pengawal setianya itu. "Terima kasih, kalian rela mengorbankan jiwa dan raga untuk tanah kelahiran kita."
"Sudah tugas kami sebagai prajurit untuk melindungi kerajaan."
Sang Maha Raja tersenyum mendengar ucapan dari pengawalnya dia pun melanjutkan perjalanan menuju sungai.
"Aku akan segera kembali, selama aku pergi jaga ragaku baik-baik," ungkap sang Maha Raja seraya mendudukan diri dan bersila.
Malam itu purnama tengah berada dalam fase penuh dan dia pergi untuk menjemput Jaka.
Dalam keheningan malam, Jaka telah berdiri di samping sungai meskipun awalnya dia ragu tetapi Jaka memutuskan untuk pergi ke sungai dengan mengenakan pakaian yang serba hitam yang diberikan oleh orang misterius itu.
Pusaran air sungai pun muncul di tengah sungai dan bersamaan dengan itu seorang lelaki dengan pakaian gagah muncul lalu berjalan mendekat ke arah Jaka.
"Aku bahagia kamu datang malam ini," ucap sang Maha Raja.
"Apakah kamu akan menepati janjimu untuk mempertemukanku dengan, Gia?"
"Tentu saja, kemarilah genggam tanganku."
Jaka menyambut uluran tangan sang Maha Raja, dan dalam sekejap mata keduanya pun menghilang dan kembali muncul di kerajaan Majaya.
"Selamat datang di kerajaanku."
Jaka terkesiap mendengar ucapan sang Maha Raja.
"Hah apakah kamu seorang Raja?" tanya Jaka tak percaya.
"Yah, dan aku adalah Ayah kandung dari istrimu, Seruni."
Mendengar nama Seruni disebutkan Jaka membeliak. "Tidak, tidak mungkin, kamu pasti bohongkan?"
"Untuk apa aku berbohong, kemarilah akan kuajak kamu ke istanaku," ungkap sang Maha Raja seraya bangkit dari posisi duduknya dan berjalan mendahului.
Baru saja mereka berjalan beberapa meter, Aholl pun muncul dari arah semak belukar. Sang penjaga sigap mengeluarkan pedang dan menghalau serangan Aholl. Makhluk itu mengepakkan sayap kelelawarnya membuat putaran angin yang menerbangkan dedaunan dan menghalangi pandangan lawannya.
"Kurang ajar!" pekik sang Maha Raja seraya mengeluarkan tenaga dalamnya dan kembali menyerang Aholl.
Dalam sekali serangan makhluk itu pun terkapar. Sang penjaga mendekati Aholl dan menebas sayapnya hingga terlepas dari tubuhnya.
Makhluk itu mengerang kesakitan, tanpa rasa belas kasihan sang Maha Raja mendekati dan langsung menebas makhluk itu.
"Berani-beraninya kamu selalu menganggu kami!" pekik sang Maha Raja dengan tatapan penuh amarah.
Jaka bergeming, keringat dingin sebesar biji jagung membasahi keningnya, lidahnya kelu dan tak dapat berkat-kata lagi menatap makhluk yang sangat mengerikan itu.
"Apa makhluk itu?" tanya Jaka pada akhirnya.
"Dia, Aholl makhluk yang selalu membuat kerusakan di kerajaan ini, sekarang ayo kita bergegas sebelum datang puaka yang lain," ungkap sang penjaga.
Mereka pun bergegas berjalan menuju kerajaan, sepanjang jalan mereka menajamkan mata dan telinganya takut jika sewaktu-waktu ada serangan susulan dari para puaka dan para musuh. Suasana semakin mencekam, ketika mereka melewati satu dusun yang kosong se sosok ular besar muncul di hadapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiji Wanci
FantasyTragedi yang menimpa seorang gadis 17 tahun membawanya kembali ke masa lalu dan dia harus berjuang mengalahkan kekuatan jahat agar dirinya bisa kembali ke masa sekarang.