Tujuh

1.1K 128 6
                                    

"Kak Dewa emang pendiam banget ya, Bun? Soalnya selama Arsa kenal Kak Dewa, dia kayak memberi jarak untuk orang di sekitarnya. Dia sulit untuk didekati."

Entah kenapa Win ingin menanyakan pertanyaan itu. Dia sendiri pun tak tahu. Namun, yang jelas hatinya merasa penasaran dengan sikap Bright yang baru ia lihat beberapa menit yang lalu.

Untuk beberapa beberapa saat Daniar terdiam, sebelum akhirnya ia tersenyum. Bukan jenis senyum lembut seperti biasanya, tetapi ada sedikit kesedihan di sana.

"Bri memang seperti itu, dia lebih banyak diam daripada mengungkapkan apa yang ia rasa, anak itu lebih suka memendam perasaanya sendiri. Bahkan, kadang bunda enggak tahu apa yang dia mau atau apa yang dia rasakan."

Win terdiam oleh kata-kata itu, apa yang dikatakan oleh wanita itu, ia juga merasakan hal yang sama.

Bright terlalu rumit dan terlalu sulit untuk dipahami, tetapi Win merasa bahwa itu bukan poin utamanya.

Karena bagaimanapun, sejatinya tidak ada yang benar-benar dapat memahami perasaan orang lain selain dirinya sendiri.

Ada banyak jenis tipe orang, sebagian dari mereka adalah yang mengungkapkan apa yang mereka rasakan, apa yang mereka inginkan, dan apa yang mereka suka.

Dan sebagian lainnya adalah mereka yang memilih untuk memendam perasaan itu sendiri. Untuk alasan, hanya mereka yang tahu.

Win rasa Bright adalah tipe orang ke-dua. Itu adalah poin utamanya.

Entah karena lelaki itu tak pandai mengungkapkan apa yang ia rasa, atau ada hal lain.

Lagi-lagi hanya Bright sendiri lah yang tahu alasannya.

Win memikirkan hal itu hingga membuat ia tampak seperti melamun.

"Arsya," panggil Daniar.

"Eh–iya bunda?"

Daniar tersenyum geli. "Kenapa ngelamun?"

Win ikut tertawa, meski tawa itu terdengar canggung.

"Arsya."

"Iya, Bunda?"

"Tante titip Kak Bri ya?"

Iris Win melebar. "M–maksudnya, Bun?"

Daniar mengelus surai Win dengan lembut. "Bunda mau kamu dan Kak Bri bersahabat, serta saling menjaga satu sama lain."

"Arsya bukannya enggak mau, Bun. Tapi bunda tau sendirikan gimana Kak Dewa?"

"Bunda rasa, Kak Bri sudah menerima kehadiran kamu, Sya."

Win mengerjap, ia menatap Daniar dengan raut bingung, tetapi tidak bertanya apa pun.

"Melihat kalian berdua mengingatkan bunda sama jaman ketika bunda dan mamah kamu sahabatan dulu, kita bersahabat sangat dekat. Jadi, bunda ingin kalian berdua seperti itu juga. Kamu tahu kenapa bunda bilang kalau Kak Bri udah menerima kehadiran kamu?"

Win menggeleng.

"Meski bunda enggak begitu tahu banyak hal tentang Bri, tapi bunda tahu kalau kamarnya adalah tempat paling ia jaga. Ia bahkan tak membiarkan kedua sahabatnya memasuki kamarnya. Selain bunda, kamu adalah orang yang ia beri izin untuk memasuki kamarnya."

Win tak tahu harus bereaksi seperti apa. Namun, satu hal yang membuat dirinya bertanya-tanya.

Bagaimana wanita itu tahu jika ia masuk ke dalam kamar Bright?

Win masih memikirkan hal itu saat Daniar lagi-lagi bertanya, "Jadi, gimana, Sya? Kamu mau ‘kan, sayang?"

Terdiam untuk beberapa saat, Win dengan ragu mengangguk.

[Our]Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang