-23-

906 100 13
                                    

Win berjalan ke kantin, menyusul Adam dan Rian yang sudah lebih dulu ke sana.

Saat bel istirahat berdentang Win pergi ke toilet, dan mengatakan pada kedua sahabatnya bahwa ia akan menyusul.

Mendadak langkah Win terhenti, ia memandang orang yang berada di hadapannya.

"Arsya, aku mau ngomong sesuatu."

"Ngomong apa?"

Claudya melirik ke sekelilingnya. "Jangan di sini, ayo." Gadis itu menarik tangan Win menuju taman sekolah.

Keduanya duduk berdampingan dan sama-sama memandang lurus ke depan.

"Kalau enggak ada yang diomongin lebih baik gue pergi," ujar Win seraya bangkit dari duduknya.

Claudya menahan lengan Win. "Sebentar, tunggu sebentar aja," ujar gadis itu dengan nada memohon.

Win mengembuskan napasnya, lalu menoleh untuk melihat Claudya. "Enggak bisa, temen-temen gue udah nungguin gue. Kalau emang ada yang mau lo omongin, ya udah sok lo ngomong sekarang. Tapi kalau enggak ada, maaf gue enggak bisa lama-lama, gue harus pergi. Temen gue udah nungguin gue."

"Iya aku ngomong sekarang, tapi kamu duduk dulu dong."

Win menghela napas dan duduk.

"Ya udah sok lo mau ngomong apa?"

"Ar, kamu benar-benar udah maafin aku?" Claudya menatap Win dengan netra berkaca-kaca.

"Udah, gue udah maafin lo. Gue udah berulang kali mengatakan hal itu," jawab Win tanpa mengalihkan pandangannya.

"Tapi kenapa sikap kamu ke aku justru mengatakan hal yang sebaliknya?"

"Gue emang udah maafin lo, tapi gue juga belum bisa melupakan dengan apa yang telah terjadi," lirih Win.

Claudya tersenyum pahit. "Aku ... apa aku udah buat kamu seterluka itu?"

Win hanya diam. Dan hal itu membuat Claudya mengerti.

"Ar, aku tahu kalau aku salah, aku udah begitu jahat dan melukai perasaanmu. Tapi Ar,  saat itu aku enggak punya pilihan lain. Aku juga sama-sama terluka."

Win menoleh untuk menghadap Claudya. "Lo terluka? Jangan bercanda." Win terkekeh sebelum melanjutkan, "jelas-jelas lo bahagia saat itu, lo dengan bangga membuang gue."

Claudya menggeleng kuat, air matanya perlahan menyeruak keluar. "Enggak, aku enggak bahagia sama sekali, aku juga sakit, Ar."

Win bangkit. "Udah, gue enggak mau bahas ini lagi, gue udah berulang kali bilang kalau gue udah maafin lo dan kita bisa berteman dengan syarat lo enggak bahas hal ini lagi, tapi apa sekarang?"

Claudya pun ikut bangkit dan lagi-lagi menahan kepergian Win. "Ar, aku mohon dengerin penjelasan gue dulu. Dengerin dari sisi gue dulu. Gue mohon, sebentar aja." Suara itu penuh dengan keputusasaan, Win yang mendengarnya pun menjadi tak tega. Ia memejamkan matanya, dan mengangguk.

Menghapus air matanya, Claudya tersenyum bahagia. "Makasih, Ar. Makasih udah mau memberi aku kesempatan buat jelasin dari sisi aku."

"Hm."

"Mungkin kamu enggak tahu kalau sebenarnya aku sangat mencintaimu. Yang kamu tahu aku adalah cewek pembohong yang mengkhianati rasa cinta yang kamu berikan untukku."

Win hanya diam tanpa membalas atau bertanya.

"Mungkin aku emang bukan cewek yang baik, bahkan aku jahat. Aku udah buat cowok yang aku cintai terluka karena sikap dan perbuatanku sendiri. Tapi demi apa pun itu bukan kemauan aku sendiri. Aku terpaksa."

[Our]Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang