-29-

902 93 5
                                    

"Rajin banget lo gue lihat-lihat," ujar Rian ketika melihat Win tak lepas dari buku yang sedang pemuda itu baca.

Win tak menanggapi perkataan Rian dan lebih memilih untuk fokus pada buku yang saat ini sedang ia baca.

"Ar, istirahat dulu. Jangan terlalu diforsir. Nih, minum dulu." Adam menyodorkan softdrink ke Win.

Win menutup bukunya, lalu menyimpannya. Ia mengambil softdrink dari tangan Adam dan bergumam terima kasih.

Saat ini mereka tengah berada di rumah Rian atau lebih tepatnya di kamar Rian. Rencananya mereka ingin menghabiskan waktu bersama. Entah itu dengan bermain game atau mengobrol. Mengingat akhir-akhir ini mereka jarang berkumpul dan menikmati waktu bersama.

Adam memandang Win yang sedang meminum minuman kaleng di hadapannya dengan tatapan rumit. Namun, ada kelembutan di sana. "Ar," panggil Adam.

Win mendongak dan menatap Adam dengan tatapan bertanya yang mana terlihat begitu polos.

Seperti ada bulu yang membelai hatinya, hati Adam gatal, ia ingin mengusak rambut makhluk menggemaskan di hadapannya, tetapi sebisa mungkin ia tahan.

Karena bagaimanapun Win tidak lagi sendiri.

Jadi, lelaki itu hanya bisa tersenyum tanpa daya.

"Gue bukannya enggak suka lihat lo belajar atau lo semangat dalam belajar. Gue seneng kok. Cuma lo juga harus memberikan diri lo sendiri jeda waktu buat istirahat. Jangan terlalu diforsir. Enggak baik buat kesehatan lo juga," ujar Adam dengan nada lembut.

"Bener, Ar. Lo juga harus memperhatikan kesehatan lo juga. Sebenernya ada apa sih, Ar? Gue tahu lo. Dan lo enggak mungkin tiba-tiba jadi suka belajar begini. Ada apa, hm?" Rian menatap Win dengan tatapan bertanya.

Win menghela napas dan menceritakan alasan kenapa ia belajar dengan begitu keras, tentang ia yang ingin meraih rangking tiga besar di kelasnya dan membuat orang tuanya bangga, serta tawaran yang Bright katakan jika ia berhasil.

Adam dan Rian ikut menghela napas ketika selesai mendengarkan cerita dari Win.

"Enggak ada yang salah sama yang namanya ambisi, bahkan kita perlu hal itu dalam hidup. Tapi ambisi yang berlebihan juga enggak baik, Ar. Secukupnya aja," kata Adam setelah mendengar cerita Win.

"Gue enggak berambisi sebesar itu kok. Gue juga enggak belajar sekeras itu. Karena bentar lagi ujian aja, jadi gue pikir gue harus maksimalin waktu belajar gue."

"Oke, tapi lo jangan lupa istirahat ya. Beri diri lo sendiri jeda. Dan kalau lo merasa kesulitan dalam beberapa dalam belajar atau materi yang enggak lo ngerti, lo bisa tanya ke gue. Gue akan bantu sebisa gue. Oke?"

Win mengangguk lucu.

Adam yang tak tahan dengan kegemasan tingkah Win akhirnya menyerah dan mengusak surai Win dengan gemas.

"Anak pintar."

Setelah itu mereka benar-benar menghabiskan waktu dengan belajar bersama yang diselingi dengan obrolan hangat.

***

Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa sudah waktunya untuk ujian akhir semester.

Seluruh murid SMA AG memasuki ruang ujian mereka.

Win dengan tenang mengerjakan soal-soal ujiannya. Terlebih soal-soal yang keluar kebanyakan sudah ia pelajari. Meski ada beberapa soal yang sulit dan tidak ia mengerti, tetapi Win yakin jika nilainya tidak akan mengecewakan.

Dalam sekejap satu Minggu waktu ujian telah usai. Kini mereka hanya tinggal menunggu hasil kerja keras mereka selama satu Minggu dihadapkan dengan soal-soal.

[Our]Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang