Tiga belas

1K 117 8
                                    

Ada yang berbeda dari malam Minggu hari ini, biasanya Win akan pergi berkencan dengan kekasihnya. Namun, malam ini pemuda itu sedang asik menonton televisi di ruang keluarga. Sesekali terdengar suara helaan napas.

"Bosan banget, Kak Dewa di mana ya?" Win menekan tombol power off pada remote televisi sehingga benda itu mati.

Kemudian ia pergi mencari Bright ke kamarnya, tetapi lelaki itu tak berada di sana.

Win memutuskan untuk mencari Bright di tempat lain. Sekarang ia berjalan menuju dapur. Namun, lagi-lagi ia tidak menemukan orang yang ia cari.

Langkahnya ia bawa menuju halaman belakang rumah itu, dan di sana ia menemukan orang yang ia cari. Win melihat orang yang ia cari tengah duduk di pinggir kolam renang dengan kaki menjuntai, membiarkan dinginnya air membasahi kedua kakinya.

Sementara itu, ada sebuah gitar yang berada di pangkuan lelaki itu.

"Galau, bos? Kayak punya pacar aja," ujar Win dengan tawa mengejek. Ia menghampiri Bright dan mendudukkan dirinya di samping Bright. Ia ikut merendam kakinya di dalam kolam.

Bright melirik Win sekilas, lalu kembali memandang ke arah kolam. "Tumben lo ada di rumah?"

"Gue lagi jomblo." Win mengayunkan kakinya hingga menciptakan ombak-ombak kecil di permukaan.

Bright sama sekali tidak terkejut ketika mendengar hal itu, ia sedikitnya agak tahu bagaimana kisah percintaan Win. Jadi, ia hanya diam tanpa membalas perkataan Win.

"Gue bosan di rumah, cari angin ke mana kek yuk!" ajak Win seraya memandang Bright dengan penuh harap. Sesekali ia mengayunkan lengan lelaki itu.

Bright masih diam, sebelum akhirnya menoleh untuk memandang ekspresi Win yang terlihat menggemaskan di matanya. Lelaki itu tersenyum tipis dan mengusak surai hitam Win dengan lembut. "Hm, ayo kita jalan-jalan."

Win tersenyum senang hingga matanya melengkung membentuk bulan sabit yang indah.

"Tapi sebelum pergi, gue mau lo ganti baju dulu."

"Gini aja, gue males ganti. Lagi pula gue nyaman pakai baju ini. Hemat pakaian juga."

Bright menghela napas sebelum menjelaskan dengan suara lembut, "Win, di luar dingin. Celana lo terlalu pendek, dan kaus yang lo pakai sekarang juga bahannya tipis. Gimana kalau nanti lo sakit?"

Win masih bersikukuh dengan pendiriannya. "Gue enggak selemah itu kak, gue kuat. Jadi, Kak Dewa enggak usah khawatir sama kondisi gue nantinya."

Raut wajah Bright menjadi datar ketika mengatakan, "Kalau kayak gitu, mending lo pergi sendiri."

"Eh—iya, iya, gue bakal ganti celana gue, tapi kalau baju kayaknya enggak gue ganti deh. Nanti gue rangkap aja sama Hoodie. Enggak apa-apa, ‘kan?"

"Hm. kalau udah selesai ganti baju, lo ke ruang tengah aja," ujar Bright pada Win.

Setelahnya mereka pergi dan masuk ke dalam kamar masing-masing.

Beberapa menit berlalu Win turun ke bawah dan melangkahkan kakinya menuju ruang tengah dan mendapati Bright sudah berada di sana tengah menunggunya. Lelaki itu duduk di sofa ruangan itu.

Jika Win memakai Hoodie berwarna kuning cerah, maka Bright mengenakan jaket Semi Parka berwarna hijau gelap sebagai lapisan pakaian luar.

"Udah siap?" tanya Bright yang dibalas anggukan oleh Win.

Kemudian setelahnya mereka berjalan keluar.

"Jalan kaki?" tanya Win pada Bright.

Bright mengangguk ringan sebagai jawaban.

[Our]Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang