Sepuluh

1K 119 2
                                    

"Wa, gue lihat-lihat lo tambah dekat aja sama Arsya, bahkan sekarang lo pulang-pergi ke sekolah sama dia." Mike memandang Bright dengan senyum penuh arti sebelum akhirnya berbisik, "Ada apa nih?"

Bright tak menjawab, ia tetap fokus mendengarkan guru yang sedang menerangkan materi.

Mike tahu jika saat ini Bright pasti akan mengabaikannya. Jadi, ia akan menanyakannya lagi nanti.

Bel istirahat berdentang, Bright, Aron, dan Mike pergi ke kantin. Mike melihat Win dan teman-temannya, ia mengajak Bright dan Aron untuk bergabung bersama mereka.

"Arsya, boleh kan kita gabung?" ujar Mike.

Win tersenyum dan mengangguk. "Boleh kok."

"Udah lama banget kita enggak ngobrol-ngobrol, apa kabar, Ar?" tanya Aron seraya mengusak surai Win.

Win tertawa. "Baik, kalau kakak sendiri gimana?"

"Gue baik,mereka temen lo?" Aron menunjuk Adam dan Rian.

Win mengangguk dan memperkenalkan kedua sahabatnya pada Bright, Aron, dan Mike.

Sebenarnya Adam dan Rian sudah tahu nama dari ketiga kakak kelasnya itu, tetapi mereka hanya sekedar tahu.

Setelah itu mereka mengobrol dengan santai, seperti teman lama yang sudah lama tak bertemu.

Tawa lepas ikut mengisi kebersamaan mereka. Canda dan tawa menyatu dalam obrolan hangat.

Bright tak banyak bicara. Bahkan, lelaki itu hanya diam sepanjang obrolan. Adam pun sama, tetapi ia sesekali ikut nimbrung.

Rian dan Win terus berbicara, memuntahkan omongan-omongan yang memancing tawa. Sementara itu Aron dan Mike hanya menimpali saja.

Suasana hangat itu harus berakhir kala bel masuk berdentang.

***

"Kak Dewa mau ke mana?" tanya Win ketika melihat Bright menggendong gitar di punggungnya dan helm di satu tangannya.

"Kafe," jawab Bright singkat.

Win bangkit dari sofa, lalu berjalan menghampiri Bright. "Gue ikut. Gue bosen di rumah."

"Temen lo ke mana?"

"Jadi, enggak boleh?"

"Gue tunggu, jangan lama-lama."

Win membuat raut bingung. "Maksudnya?"

"Pakaian lo."

Win melihat dirinya dari atas hingga bawah. Tidak ada yang aneh, pikirannya. Kecuali celana pendek selutut yang saat ini tengah ia pakai.

"Kenapa sama pakaian gue?"

"Ganti."

Sebenarnya Win juga tak mau memakai celan pendek untuk bepergian, tetapi ia sengaja ingin menggoda Bright dengan berkata, "Mager ah, gue pake baju ini aja."

Seketika raut wajah Bright yang datar berubah menjadi dingin. "Ganti atau enggak usah ikut."

Ditatap dengan ekspresi dingin tidak membuat Win takut, pemuda itu bahkan tertawa kecil. "Iya, iya, gue ganti baju."

"Celana juga."

"Iya celana juga, puas?"

Bright tidak menjawab, lelaki itu lebih memilih untuk berjalan keluar dan menunggu Win di depan.

"Kak tungguin! awas aja kalo gue ditinggal!" ucap Win setengah berteriak karena Bright sudah berjalan agak jauh di depan.

Bright terus berjalan tanpa menoleh, seakan ia tak mendengar teriakan Win.

[Our]Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang