Sembilan belas

994 106 6
                                    

Win menggeliat dalam tidurnya, perlahan kelopak matanya terbuka. Pandangannya terarah pada sosok lelaki yang tengah terlelap di sampingnya.

Sinar matahari merambat melalui sela-sela gorden yang tidak tertutup rapat dan mengenai wajah lelaki yang tengah terlelap di sampingnya itu.

Kernyitan samar di wajah lelap lelaki itu membuat Win tersenyum kecil. Win mengubah posisinya menjadi terduduk, tangannya terulur untuk menyentuh wajah Bright. Namun, pergerakan jari rampingnya terhenti, menyisakan jarak setipis kertas.

Mendadak Win meragu.

Win baru saja akan menarik kembali tangannya, tetapi Bright lebih dulu membuka matanya.

Alhasil Win menarik tangannya dengan gerakan kikuk. "Lo udah bangun?" tanya Win dengan raut menahan malu.

"Hm."

"Tadi ada nyamuk di pipi lo. Niatnya mau gue tepuk, tapi lo udah keburu bangun." Win berujar sesantai mungkin, menyembunyikan rasa malunya dalam-dalam.

Bright ikut terduduk, bibirnya mengulas senyum lembut ketika mengusak surai Win. "Hm, makasih."

Ada debaran asing namun menyenangkan di jantung Win ketika melihat senyum itu. Debaran yang tak Win mengerti, tetapi yang jelas hatinya ikut menghangat.

"Bukan apa-apa." Win tertawa kecil, seakan mengatakan bahwa itu bukan hal besar.

Bright berjalan menuju gorden dan menariknya, membuat pencahayaan kamar menjadi terang. "Ayo turun, udah siang."

Win mengangguk.

Keduanya turun ke bawah setelah mencuci muka dan menggosok gigi. Hari libur membuat baik Win maupun Bright menjadi pribadi yang hemat air.

Di meja makan sudah ada Dinar yang menunggu dengan setelan kantornya. Wanita itu tersenyum lembut ketika melihat Bright dan Win berjalan ke arahnya. "Ayo, duduk. Kita kita sarapan."

"Bunda berangkat ngantor?" Win menarik kursi hingga menimbulkan suara decitan pelan, kemudian mendudukinya.

Daniar masih memasang senyum yang sama, tetapi ada sendu di matanya. "Iya, sayang. Bunda ada meeting."

Win mengangguk ringan dan tak ingin membahas lebih jauh.

Sementara itu Bright hanya diam tanpa berkata apa-apa.

Waktu sarapan berjalan dengan khidmat. Dinar bergegas ke kantor setelah mengucapkan beberapa kata untuk Bright dan Win.

Suasana menjadi hening. Baik Bright maupun Win tidak ada yang bersuara. Mereka sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Win mendongak ketika mendengar suara decitan kursi yang diduduki oleh Bright. "Mau ke mana, Kak?"

"Ke atas."

"Kak, bosen nih, main ke mana kek yuk?"

"Main?"

Win mengangguk antusias, yang mana itu terlihat lucu dan menggemaskan di mata Bright.

Bright terkekeh kecil dan mengusap surai Win. "Mau main ke mana, hm?" tanya Bright dengan suara lembut.

"Ke mana aja, yang penting bisa ngilangin kegabutan gue."

Bright mengangguk mengiyakan. "Hm. Gue tahu tempatnya, tapi nanti ya?"

"Nanti? Kenapa enggak sekarang aja?"

"Enggak bisa, Win. Gue ada tugas sekolah. Kita pergi setelah gue selesai ngerjain tugas sekolah gue ya? Hm?"

"Oke, tapi gue ikut, gue mau nemenin lo nugas."

[Our]Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang