16

127 14 1
                                    

16

Typo bersebaran 🔥

Perbedabatan antara Alfin, Rafa, dan Alan telah berakhir. Mereka semua pergi menuju kantin untuk mengganjal perut. Kecuali Abil dan Rian yang menjaga Alam didalam kamar agar tak sendirian.

"Alam!" Abil memanggil dengan lembut.

"Iya, kenapa Bil?"

"Gak rindu gua kah?" tanya Abil sambil berharap dirindukan Alam. Alam yang peka keadaan langsung menyeringai.

"Enak nih dikerjain xixi."

"Enggak, b aja." Rian yang mendengar tuturan Alam langsung tertawa terbahak sampai air mata tak sengaja menetes.

Abil seketika murung, Alam terkekeh. "Sini deh Bil!"

Abil menurut dan mulai mendekati Alam. Wajahnya yang biasanya terlihat garang kini berubah. Hingga Rian yang melihat itu hanya bisa bengong dengan perubahan Abil.  Alam terkekeh melihat perubahan Abil yang seketika menjadi anak bayi.  Bibir yang dimonyonkan beberapa senti, dan mata yang berkaca-kaca. 

"Abang keluar dulu nyusul semuannya." Rian langsung mengacir keluar meninggalkan mereka berdua.

Alam dan Abil hanya melihat sekilas dan berfokus lagi dengan pembicaraan mereka. Abil menghampiri Alam yang berada dibangkar, Alam langsung memeluk Abil yang udah berada didekatnya. Abil kaget apa yang dilakukan Alam, tapi tak berselang lama, dia juga memeluk Alam.

"Gua rindu sama Lo kok Bil," bisik Alam. Abil yang mendengar itu terisak didalam dekapan Alam. "Loh kok nangis sihh?"

"Aaaaa Abil kan rindu ama Alam. Alam malah ngeprank Abil," ucapnya dengan sangat imut. Alam hanya terkekeh, jika Abil bisa seimut ini. Beruntung sekali dia bisa melihat ini, mereka yang diluar sana tak bisa melihatnya. Seandainya Abil adalah pacarnya, usah Alam cium berkali - kali, ehhh. 

"Ututu ... bayi besar Alam lindu sama Alam iya?" 

"Heem." Abil menganggukan kepalanya. Alam yang kepalang gemas, tangannya menangkup pipi Abil sampai bibir Abil seperti ikan.

"Ututu iyaa, Abil lindu Alam manjain kan? Nanti kalo udah sembuh Alam manjain lagi yaa ...."

Abil menganggukkan kepalanya tanda setuju. "Nanti kalo Alam udah sembuh, Alam harus bisa jadi pacarnya Abil."

Mendengar ucapan Abil, pipi Alam bersemu merah dan menatatap samping agar Abil tidak mengetahui itu. Tapi namanya juga Abil,  dia mendongakkan kepalanya yang berada dipelukan Alam. "Alam kenapa kok liat sana?" 

"Emang Abil kurang ganteng ya sampe Alam liat jendela," lanjutnya. 

"Enggak kok," ucap Alam sambil mengelus rambut Abil. "Sekarang Abil tidur di sofa, Alam mau tidur.  Badan Alam lemes." 

"Ya udah, Alam tidur dulu aja. Abil mau disini nungguin Alam aja." 

Abil membaringkan Alam dengan sangat pelan. Setelah Alam menutup matanya, Abil berdiri dan berjalan menuju sofa yang beda didalam ruangan tersebut. Dia mengambil remot yang ada didekatnya dan menyalakan tv. Beberapa menit berselang, Rian dan yang lain masuk dengan keresek hitam ditangan Alfi dan Rafa. Alan dan Bintang sudah pulang saat mereka bergegas pergi keruangan Alam.

Alfi dan Rafa dijadikan budak oleh mereka semua,  hanya bisa pasrah, ditolak dapet ancaman, diterima malah dijadiin babu. Sedih emang hidup mereka. 

AlamandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang