22

66 6 2
                                    

22


Typo bersebaran 🔥

"Assalamualaikum, Mama. Huyuu mama dimana!"

"Abil jangan teriak-teriak," tegur Alam. Abil mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Hello apa nakk??" tanya Aurora yang baru saja datang dari dapur. Dia langsung bungkam saat melihat Alam. Dia sangat mirip dengan sahabatnya. "Hai tante," sapa Alam.

"Hai nakk, ayo duduk dulu." Aurora menyuruh duduk.

"Ma, Abil kayak orang asing disini."

"Kamu ya, udah gede masih aja ngambek," desis Aurora, dia hanya memutar bola mata malas. Anaknya ini memang Sangat manja. Liat saja saat di luar, dia sangat dingin tak tersentuh.

"Nama kamu siapa nak?"

"Saya Alam tan."

"Alamanda putri?" tanya Aurora lagi.

"I-ya tan."

"Apakah kamu anak dari Candra dan Senja?"

Deg

"Tan-tante kok tau nama ayah sama bunda?"

"Jadi beneran kamu anaknya Candra dan Senja?"

"Iya tan." Aurora tak bisa berkata-kata, dia berdiri dan langsung memeluk Alam. Alam terdiam. "Ya Allah Manda, Bunda kamu dirumah gak? Mama kangen banget."

Aurora melepaskan pelukannya, dia merasa bahu kanannya basah.

"Kamu kenapa nak?" tanya Aurora sambil melepaskan pelukannya. Alam tak menjawab pertanyaan Aurora. Aurora menghapus Air mata Alam dengan jempolnya.

"Bun-bunda udah ga ada tan," jawab Alam sambil menundukkan kepalanya.

Deg

Napas Aurora tercekat. Sahabatnya, gak mungkin kan? Tanpa Aurora sadari air matanya menetes mengalir. Dia memeluk Alam lagi.

"Maaf sayangg, Tante ga tau." Daniel yang baru saja datang bingung. Abil mengkode Daniel untuk duduk disampingnya. "Siapa Bil?"

"Pacar Abil," jawabnya dengan berbisik.

"Alam udah tenang kan?" tanya Aurora menenangkan. Alam hanya mengangguk sebagai jawaban.

💛🌻💛

Seorang pria dengan umur kisaran dua puluh tujuh tahunnan itu sedang tiduran dipaha Sanga ibu. Ibu yang dia rindukan selama ini. Ibu yang selalu dia doakan. "Ibu, ayah mana?"

"Dia sedang mencari makan di gubuk," jawab sang ibu.

"Ayah datangg," teriak sang ayah yang masih beraja jauh diantara mereka. Mereka hanya menggeleng melihat tingkah laku sang ayah.

Mereka duduk bersama dipinggir sungai. Tempat yang mereka tinggali sangatlah elok. Mungkin, orang yang datang kesana akan ternganga melihatnya.

"Kapan kamu akan kembali nak?" tanya sang ibu sambil terus menyisir rambut anaknya dengan lembut. "Mereka semua menunggu mu Adri."

Orang itu Adrian, dia sedang bersama ibunya Nisa dan sang Ayah Indra.

"Tak mau, aku nyaman disini. Mereka selalu menganggapku lemah. Apa lagi, aku dimanfaatkan oleh orang tua tiriku bu." Adrian mengadu. dia mungkin sudah begitu lelah memendam itu sendirian.

"Tapi mereka menunggumu nak. Apa lagi Alam yang sudah kau anggap adik sendiri," sahut Indra. Adrian termenung beberapa saat. Ada benarnya juga, tapi, dia masih ingin disini. Namun, dia juga tidak ingin membuat Alam bersedih karenanya. Apa lagi pawangnya si Alam bertambah. "Nanti coba Adri pikirkan."

"Bang lu kapan bangun dah, kagak kangen ma gua apa?" Adrian terdiam.

"bangun napa bang wehhh, kalo lo bangun gua kasih yupi sebiji deh. Kalo ada tapi." Adrian tersenyum tipis mendengar tuturan yang terlntar dari mulut Alam. "bisa-bisanya dia masih bisa bercanda."

"Heh gitu-gitu dia kau anggap adek," gerutu indra. dia tak habis pikir dengan Adrian, kenapa dia mau menggap Alam adeknya. mana Alam berisik banget, tetapi dia bersyukur ada yang mau menggap anaknya.

"Gimana? kamu mau kembali kan?"

"Aku masih senang disini ibu." Nisa mendesah pelan, keras kepala memang anaknya ini.

"Dahlah bang, gua pulang dulu bayeee. Awas ae kagak bangun gua tampol juga. " Setelah itu Alam pergi.

Adrian hanya bisa terkekeh. Nisa dan Indra yang melihat anaknya tersenyum ikut tersenyum. Seandainya dia dan sang suami masih hidup, pasti dia tak akan pernah menitipkan Adrian yang berakhir seperti ini.

.

💛🌻💛

"Heh kutu anoa, bangun napa. Lu kagak mau bangun juga ye," ujar Rian kesal. Mungkin jika orang liat dia seperti orang gila. Mereka semua sudah pulang ke rumah masing-masing.

"Ayo lah bangun njir, kasian adek gua kampret," lanjutnya. Rian terdiam beberapa saat. Dia memegang tangan Adrian yang berada dibangkar.

Selang beberapa saat terdiam, dia merasa tangan Adrian bergerak dengan pelan. Mata Adrian perlahan-lahan terbuka.

"Dok dokter," teriak Rian sambil memencet tombol panggilan yang ada di tembok.

"Mi-minum," gumam Adrian. Rian sigap mengambilkan minuman yang ada didekatnya. Setelah selesai minum, pintu terbuka yang memperlihatkan Roy dengan jas putih melekat di tubuhnya.

"Gimana keadaannya tong?" tanya Rian yang membuat Roy kesal dan menampol kepala Rian.

"Sakit anjir. Awas ae gua bilangin Alam," ancam Rian. Roy hanya bisa terdiam jika sudah menyangkut Alam.

"Ngadu lo."

💛🌻💛

Gimana nih ceritanya seru ga?

Adrian udah bangun yeayy
Tetap pantengin cerita ini.
Ada banyak kejutan yang bakalan Alam kasih buat kalian.

Jangan lupa vote, follow,
comment and share

Biar aku tambah semangat buat
Update lagii

22 November 21

AlamandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang