35

46 2 0
                                    

35

Typo berdebaran🕯️🐖

Gadis dengan mata yang indah, itu terbangun. Dia melihat sekeliling yang sangat asing dikepalanya. Pintu didepannya terbuka. Terlihatlah sosok gadis dengan pria paru baya disampingnya.

"Haii," sapa Raya—gadis yang baru saja datang dengan sang ayah.

Gadis itu melotot, melihat sang sepupu berada didepannya. Dia sangat ingin menyumpah separahi sepupunya ini.

Anjing kan, batin Alam—gadis yang diculik oleh sepupunya ini.

"Ya ... Ga bisa ngomong yaa." Raya ujarkan dengan kasihan. Tapi, wajahnya sangat terlihat mengejek.

Raya berjalan mengelilingi Alam. Dia memegang rambutnya dan setelah itu, Raya menjambaknya dengan sangat kencangnya. Alam meringis pelan.

"Hmm ..."  Alam melotot, jambakan Raya sangat kuat.

"Kenapa?

—sakit Yaa?" ejek Raya.

Dia begitu senang menyiksa sepupunya ini. Tedi hanya melihat itu dengan wajah senangnya. Senyumnya terpancar. Ketika sang anak menyiksa sepupunya itu. Melihat keponakan yang disiksa ini, dia menjadi ingat apa yang dulu selalu Tedi dan Raya rasakan.

Tedi tersadar dari lamunannya. Disaat keponakannya berteriak. Tedi tersenyum dan menghampiri mereka.

"Bagaimana Alam? Seru tidak?" tanya Tedi.

Alam menatap dengan wajah sinis. Dia tidak habis pikir dengan tingkah laku paman dan sepupunya ini. "Kelakuan kalian dari dulu sama saja."

"Hah bagaimana? Pembunuh?!"

Deg

Alam terdiam, dan bertanya-tanya—kenapa dia dipanggil pembunuh.

"A–apa maksud kalian?" tanya Alam terbata.

Dia menatap orang didepannya. Tatapannya mulai kosong. Ingatan masa lalunya mulai kembali. Tanpa diduga, Raya tersenyum smirk.

"APA MAKSUD KALIAN?" teriak Alam.

Semua orang berkumpul,  termasuk sahabat Alam. Kakek dan nenek Alam yang sudah diberitahu oleh Rian gelisah.  Rian selama dua hari ini terdiam dengan tatapan yang sangat bingung.  dia takut jika sang adik pergi. Seperti kedua orang tuanya yang pergi meninggalkannya.

Rian mengacak-acak rambutnya.  Pikirannya sangat kacau sekarang.  Perusahaannya juga iki terbengkalai. Dirinya dan Kevin sekarang sedang fokus mencari Alam. Kini perusahaannya ditangani oleh Edwin- Sekertaris kedua Rian. 

Abil yang dua hari ini juga ditinggal Alam bertambah dingin. Teman- temannya hanya bisa mewajari sifat Abil yang seperti ini. Mereka semua berusaha dengan semaksimal mungkin.  

Sahabat Alam melamun. Mereka memikirkan dimana Alam disembunyikan sampai sangat susah untuk dilacak. Hari sudah mulai gelap, sahabat Alam mulai pulang satu persatu. 

"Bagaimana ini? dari dua hari yang lalu Alam belum di temukan." 

"Entahlah Vin," Angga menjawab pertanyaan Kevin. Dia kasihan dengan sahabatnya. Apalagi Alam juga sudah dia anggap menjadi adiknya sendiri. 

"Intinya kita harus berusaha. kasihan dua orang itu," ucap Bagas sambil menunjuk Rian dan Abil dengan dagunya. 

mereka semua merasa iba. kedua orang benar-benar frustasi saat Alam tidak ada disamping mereka.  Tiba-tiba, Ica datang dengan ngos-ngosan. Semua yang ada di dalam markas berdiri. "Kenapa Ca?" 

AlamandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang