30

51 4 0
                                    

30

Typo bersebaran 🔥

Rian mengendarai dengan sangat ugal-ugalan. Sampai penggunaan jalan lainnya sudah menyumpah serapahi nya. Dia sangat khawatir dengan keadaan sang adik jika melihat rumah mendiang orang tuanya di tinggal i oleh orang lain.

Rian sangat tau watak sang adik. Dia sangat tak suka jika orang lain, entah itu sahabat, saudara, keuarga ataupun orang lain tinggal dirumah mendiang orang tuanya tanpa seizinnya.

Sesampainya disana Rian sudah melihat Alam dengan wajah sangat datarnya. Dari tatapannya sendiri, dia sangat tidak suka melihat mobil yang tidak dia kenal berada didalam garasi rumah. Dan kemana bi Asih serta pak Agus?

Rian turun dari mobil, Alam yang mendengar suara hentakan kaki langsung menatap ke belakang dan menatap Rian datar. Abil hanya terdiam melihat reaksi kekasihnya yang sepertinya sangat marah.

"Dek?" panggil Rian pelan. Alam tidak menjawab, dia malah menatap depan dan berjalan menuju rumahnya.

Bagas,Kevin dan Angga yang baru datang hanya mentap miris sang sahabat. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa jika Alam sudah marah seperti ini.

Kevin menepuk pundak sahabatnya itu, "Ayo, Lo jangan gitu."

Mereka berjalan mengikuti Alam dan Abil dari belakang. Alam terhenti saat ingin membuka pintu rumah.

"LO APAAN SIH!!" bentak seseorang dari dalam.

"Gitu aja gak bisa," seru orang lain.

"BIKIN ALAM SAMA ABIL PUTUS AJA GA BISA!!"

Semua orang terkaget mendengar itu. Alam langsung membuka pintu dengan kasar. Orang yang berada didalam rumah terkaget.

"A— alam." Alam kaget melihat sang paman, sepupu dan orang suruhannya.

"Ohh jadi gini tingkah laku sepupu dan pamanku," ledek Alam. Alam menatap mereka sangat tidak bersahabat. Tapi dia tidak kaget melihat tingkah paman dan sepupunya ini.

"Iya kenapa? Kaget?" tanya Raya sepupu Alam. Disampingnya terdapat Tedi ayahnya atau bisa dibilang paman Alam dan Rian.

"Bukan kah tingkah kalian memang seperti ini? Jadi buat apa kaget."

"Hahaha, kamu memang seperti ibumu. Berani buat ngelakuin apapun," Tedi angkat bicara.

"Ya kalo gak sama aku bukan anaknya tuan Tedi," jawab Alam dengan santai. Rian diam, dia tau, sang adik ini santai-santai dalam bicara. Tapi sesantainya Alam, dia pasti sekarang sedang sangat emosi.

Alam memang sangat pandai mengendalikan emosinya.

"Hahaha memang benar-benar kau."

"Kenapa tuan? ah bukan tapi paman."

"Kau sangat tidak sopan dengan ayahku setan!!" geram Raya.

"Terus apakah aku memikirkan itu?"

"Jawabannya tidak Raya." jawab Alam sendiri.

"Mungkin jika ayah dan bundamu masih disini, mereka juga akan sepertimu. Menantangku." kata Tedi.

"Iya, kan aku anaknya."

Rian hanya menatap datar paman dan sepupu perempuannya. Tingkah lakunya dari dulu tidak berubah.

"Sudahlah, kalian lebih baik pergi dari sini," usir Rian.

AlamandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang