20

104 12 7
                                    

20

Typo bersebaran 🔥

Alam masuk ke dalam supermarket. Kini Abil menuju tukang pentol yang ada di dekat sana. Lumayan rame tapi tak apa. Lagian juga udah biasa kek gitu.

"Pak lek, lima bungkus lima ribuan ga pedes satu. Sama delapan ribuan satu pedes yaa," ucap Abil sedikit teriak. Kalo ga teriak ga bakal di layani dia. Mana samping jalan, rame lagi.

"Campur apa engga?"

"Engga, eh campur. Bentar tanya dulu."

"Sabar, itu pelanggan harus dilayani dengan ramah." Pak lek yang jualan pentol.

"Engga semua lek."

"Oke bentar ya, ditunggu." Abil menunggu sambil melihat si pak lek melayaninya.

"Pak lek!" panggil Abil.

"Iya mas?"

"Pak lek jualan disini udah berapa lama emang?"

"Oh saya baru aja buka sih." Abil hanya mengangguk-angguk. "Disini banyak cewek cantik ga lek?"

"Lumayan sih. Kenapa? Bukannya kamu udah punya cewe."

"Belom sih, tapi doain aja ya lek."

"Aamiin, ini pentolnya udah. Yang ga pedes saya sobek plastiknya. Yang delapan ribu plastiknya rada besar."

"Siappp, makasihh lekk."

"Sama-sama." Setelah itu Abil pergi ke arah mobil mereka.

Saat ingin menghampiri Alam. Alam sudah berada diambang pintu Supermarket. Abil segera menghampiri Alam, dan membawa para cemilan yang dibawa oleh Alam.

"Setelah ini langsung ke rumah sakit aja ya Bil," kata Alam saat mereka sudah berada didalam mobil.

"Iya."

Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di rumah sakit yang merawat Adrian. Mereka berjalan beriringan dengan barang bawaan yang dibawa Abil dan Alam.

Ketika dikoridor, mereka bertemu dengan Roy yang ingin memeriksa keadaan Adrian. Mereka bertiga memasukin ruangan dengan bergantian. Ingat pintunya hanya satu dan cuma muat satu orang. Ya kali mereka bertiga masuk secara bersamaan.

"Pagii," sapa mereka bertiga bersamaan.

"Pagi lambemu, ini udah jam sebelas. Yang artinya udah siang," Angga berujar dengan ngegas.

"Santai bang, dan sejak kapan Abang ada disini? Emang dibolehin kak Fidel?" tanya Abil Kepo. Masalahnya bukan hanya sekedar kepo sih, tapi penasaran. Soalnya saat dia ingin pergi, Fidel dan Angga berdebat ria didepan tv. Apa akarnya? Jawabnya ya karna ingin ke sini.

"Kepo lu," ucap Angga sambil menggeplak kepala Abil. "Gua bilangin kak Fidel."

"Ngadu."

"Bodo."

"Ini ada pentol 6 buah, yang ga pedes buat bang Rian. Yang besar buat Alam." Lanjut Abil.

Alam yang mendengar itu langsung mengambil satu bungkus yang dia pesan tadi dari Abil. Semua juga mengambil bagian masing-masing.

"Bang Roy, Gimana keadaan bang Adri?" tanya Alam dengan mulut yang mengunyah pentol.

"Kondisinya mulai membaik, tapi mungkin bakalan lama buat dia bangun dari komanya."

"Tapi kenapa bang Adri bisa kayak gini? Apa lagi sampai koma seperti ini."

"Abang kurang tau, tapi yang pasti. Ada orang yang mau mencelakainya," Rian berkata.

Alam hanya memangut - mangut. Mereka terdiam, mereka saling memandang satu sama yang lain. "Terus kita ngapain disini?" tanya Alam.

"Ya jaga si kutu setan yang lagi berbaring itu lah," ucap Kevin sambil memajukan dagunya ke arah Adrian.

"Tapi gabut, bang ke."

"Alam anjir jangan manggil kek gitu." Alam hanya menjulurkan lidah tanda mengejek.

"Mending main ToD," usul Angga.

"Oke, ayo aja sih kalo Alam."

"Tapi kan Lam, si kutu monyet harus ikut juga," ucap Kevin tidak terima. "Bang Lo pingin gua mutilasi atau gua masukin kandang macan?" Sambung Abil dengan nada datar.

"Kalo milikin Alam boleh gak?" Rian dan Abil langsung melirik Kevin dengan sangat tajam.

"Bang ke, lu pengen gua hajar?!"

"Ga usah aneh-aneh lu Bil," peringat Angga. Ini kan rumah sakit, ya kali mau ngehajar orang somplak kek Kevin disini. Ga elit.

"Hm."

"Udah sekarang main ToD aja. Bang cari botol Sono," ujar Alam dengan nada ngegas. Mereka hanya bisa mematuhi apa yang Alam minta. Kalo tidak, bisa-bisa mereka yang akan dihajar oleh Alan saat tau cucu kesayangannya nangis.

Roy berdiri dan mengambil botol plastik yang ada didekat sana. Setalah mendapatkan apa yang diinginkan, Roy, kembali dan mereka semua duduk membentuk lingkaran.

"Ayo cepet diputer," ujar Alam. Rian hanya menuruti, botol itu berputar dan berhenti tepat didepan Kevin.

"ANJER, Napa berhenti didepan gua sih lu?!" kesal Kevin. "Ga usah banyak omong bang.pilih Truth atau Dare?"

"Truth."

"Cemen lu pilih Truth," ejek Rian.

"KAGAK YA SETAN."

"Wehhh santai dong ke, bangke."

"Anjing untung temen sendiri," gumam Kevin.

"Udah!" ucap Alam dengan tegas. "Bang ke, milih apa?"

"DARE!!" Kevin menjawab dengan was-was. Firasatnya tidak enak. Rian menatap Kevin licik.

💛🌻💛

Haii kembali lagi

Gimana ceritanya seru ga untuk part ini?

Maaf untuk yang kali ini ceritanya sedikit

Jangan lupa share, vote, comment, dan follow akun wpku.

31 Oktober 21

AlamandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang