17

103 12 1
                                    

17

Typo bersebaran 🔥

Hari ini, hari ketiga Alam dirawat inap. Sudah tiga hari juga Alam menanyakan perihal Adrian dan sahabatnya. Entah mengapa, para sahabatnya tak pernah menjenguknya kecuali Ica. Dia bingung kemana perginya kedua sahabatnya itu.

Untuk masalah Adrian, Abil dan Rian dkk merahasiakan ini dari Alam. Padahal, dari beberapa hari yang lalu Adrian ditemukan dipinggir jalan bersimbah darah.

Alam sudah menceritakan semuanya tentang Adrian, kepada Rian dan Abil. Jadi, mereka memaklumi apa yang Adrian lakukan. Lagian, Adrian tak pernah berbuat kasar saat dia menculik Alam.

"Abang, kenapa sahabat Alam ga pada dat-"

"ASSALAMUALAIKUM, RANI DATENG," sela Rani yang tiba-tiba muncul dari balik pintu, tak berselang lama Ila dan Ica masuk dengan membawa banyak bingkisan.

"Lam, rindu gua kan lu?" tanya Ila dengan sangat pdnya. "Ga sih."

"Halah, tadi aja bangg, kenapa sahabat Alam ga pada dat-"

"Apaan itu hanya ekting belaka." tepis Alam menyela ucapan Ila.

"Alam ekting? emang disini ada kamera?" tanya Rani dengan polosnya. Please deh ini ga lagi becanda, lah ini malah tanya dengan tampang polosnya itu.

Rian dan Abil dkk hanya bisa membatin melihat tingkah mereka. Ah jangan lupakan Ica yang sedang duduk ria memakan makanan yang dia bawa dengan santainya.

Mereka berbincang-bincang,yang cowo lagi nge-game yang cewe lagi ngegibahin cogan Wattpad.

"Woyy gua ada cerita baru," ucap Ila berbisik. "Ceritanya tentang dosen, mau ga Lo pada?"

"Ada yang perjodohan ga?"

"Yang mafia?"

"Yang 1821?" tanya Alam dengan sangat banyak.

"Woy anjer kau berdosa banget Lam." Ica berucap sampai para cowo yang sedang fokus nge-game teralihkan.

"Diem lu pada gua jadi ga fokus," kata Alfin kesal, yang disetujui oleh Abil dkk.

"Sssttt ... Jangan sampe mereka tau. Gua ada nih lumayan banyak, mau ga nih?" tanya Ila, mereka hanya mengangguk tanda setuju.

"Gampang, ini nanti bakalan gua skrol dulu sampe Palung Mariana. Nanti kalo udah gua kirim digrup kayak biasa," lanjutnya lagi.

"Sipppp," ucap Alam dan Ica bersamaan, sambil menunjukkan jempol duanya. Rani yang tak tau apa-apa hanya diam. Padahal si Rani lebih parah dari mereka semua. Tapi tetep saja dia polos sih. Polos diluar doang.

Kek yang baca ye ga??😌

"Eh anjer gua kemarin liat novel baru terbit, lu pada ikut PO nya ga?" tanya Alam kepada para sahabatnya.

"Ikut lah, gua ga bisa kalo ga ada novel. Untung kemaren gua ikut ngepet kalian," jawab Ica dengan semangat.

"Iye lah gua yang keliling gitu," ucap Ila dengan bangganya. Rani hanya melihat mereka sambil memakan cemilan yang dibawa Rian dan Abil dkk tadi.

Para cowo yang telah selesai memainkannya kepo dengan apa yang mereka bicarakan. Alfin yang notabennya bandar seribu kepo langsung menghampiri mereka dengan diam-diam.

"Hayo kalian ngomongin apa?" tanya Alfi yang mengagetkan Alam dkk. Rani yang berada disamping Alfin langsung menaboknya dengan sangat keras sampai dia memekik keras.

"Saket anjeng!!"

"Ya ga usah kasar juga," kesal Rani, "salah siapa ngagetin kita semua."

Semua yang melihat perdebatan itu hanya menggelengkan kepalanya. Batin mereka, pasti bakalan ada perdebatan diantara mereka. Rani dan Alfin itu kayak tom yang sangat membutuhkan Jerry untuk bertengkar setiap saat.

Meskipun pada akhirnya mereka akan akur saat waktu yang sudah ditentukan oleh author.

Abil menghampiri Alam yang berada di bangkar. Saat sampai didekat Alam, Abil membisikan sesuatu yang lansung disetujui Alam.

"Abang mau keluar dulu ada urusan," ucap Rian yang diangguki oleh Alam. Mengetahui pertesutujuan Alam, Rian langsung kelua di ikuti oleh Bagas, Angga dan Kevin.

💛🌻💛

Alam kini berada di taman rumah sakit. Dia menatap kosong kedepan.  Abil yang baru saja sampai dari kantin kebingungan melihat itu. Abil menepuk pundak Alam, seketika Alam tersadar dari lamunannya. "Udah sampai? mana rotinya." 

"Nih." Abil memberikan Roti yang dia beli.

"Abil, Lo tau bang Adrian dimana ga?"

"Engga,kenapa emang?" tanya Abil balik. Alam hanya menjawab dengan gelengan. Dia sangat mengkhawatirkannya, entah kenapa dia sangat menyayangi Adrian seperti abangnya sendiri.

"Senja itu sangat bagus ya, sampai gua lupa bahwa fajar juga indah jika kita bisa melihatnya."

Abil hanya memandang Alam dari samping, dan melihat senja. "Ya, apa yang Lo omongin bener. Tapi terkadang, kita harus bisa merelakan mereka. Senja akan pergi dan menjadi gelap, fajar pun sama dia akan pergi dan menjadi terang.

Mereka terdiam, Abil melihat jam, pukul 17.30 waktu yang cukup untuk melihat senja pergi.

"Abil ayo balik. Takut bang Rian cariin, dia tadi kan ketiduran." Abil mengangguk dan menuntun Alam menuju kamarnya yang tak jauh dari taman.

Sesampainya dikamar, dia melihat Rian yang sedang frustasi karena tak menemukan Alam. Dia masih takut akan bayangan Alam yang kecelakaan, dan dia tak ada di dekatnya.

"Abang," panggil Alam, Rian langsung mendongak. Dia melihat Alam yang sedang di papah oleh Abil.

"Kemana aja sih kamu? Abang khawatir tau," katanya sampil mengerucutkan bibir. Alam langsung menghampiri Rian."Bang Rian ga usah khawatir, aku tadi cuma pergi ke taman kok."

"Ya udah, ayo balik ke bangkar. Terus kamu makan, tadi udah suster antar."

"Iya bang." Alam berjalan menuju bangkarnya. Dia dipapah oleh Rian dan Abil yang membawa selang infusnya.

💛🌻💛

Hai gimana pada part ini seru ga?

Adakah dari kalian yang seperti Alam dkk?
Author tebak sih pasti ada😌

Jangan lupa share,vote, dan comment
follow juga aku ig dan wp ku

Ig : chusnulrahmaaa
Wp : chusnulrahma

AlamandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang