Sepulang dari rumah Oma semalam, Ical jadi sedikit pendiam. Hingga Mama Una bingung lihatnya.Kemarin, setelah kejadian beli kopi itu, dan selesainya seminar serta telah memastikan tidak ada urusan apapun di kampus sisa hari itu, Ical langsung bertolak ke rumah Oma untuk menceritakan apa yang ia alami hari ini, sekaligus meminta penjelasan. Nggak tahu kenapa, Ical nggak berani nanya ke Mama Una. Mesti nanti mamanya nangis lalu Ical jadi merasa bersalah karena bikin Mama Una nangis.
"Lho, tumben cucu Oma main kesini langsung habis kuliah. Pas banget tadi Oma masak ikan bakar. Makan yuk, Ical. Opa kamu nggak bisa habisin, katanya habis ketelen duri, trauma. Oh, iya, Mama nggak ikut? Lagi di toko ya?"
Oma menggandeng Ical yang barusan turun dari motornya masuk ke dalam rumah beliau di kawasan Pondok Indah. "Ical, besok Oma sama Opa beliin mobil ya. Biar kalo main ke rumah Oma nggak kepanasan. Kan jauh dari kampus."
"Aduh Oma. Ngapain pake mobil. Enak juga naik motor, gampang selip-selip." Ical merangkul omanya sambil berjalan ke dalam rumah.
"Ya nggak apa-apa dong. Cucu Oma yang paling deket kan, kamu. Yang lain jauh-jauh semua rumahnya. Nanti kalau Oma sama Opa mau kemana-mana tinggal telpon kamu deh. Habis itu jalan-jalan pergi bareng."
Di dalam ada opa yang sedang sibuk menonton televisi. "Opa." Ical menunduk untuk mencium punggung tangan opanya.
"Tadi emang dadakan mainnya. Jadi Mama nggak tahu. Kayaknya masih di toko kue. Hehe, Opa nggak mau makan ikan bakarnya ya. Ical abisin ya."
Setelah melepaskan jaket dan ranselnya kemudian ngacir ke ruang makan diikuti oleh Oma Opanya yang terkekeh pasca diledek cucunya.
Kini Ical sudah berhadapan dengan masakan Omanya. Memang ya, masakan Mama Una itu nurun dari masakan Oma. Enak banget.
"Ical, Opa mau kasih makan ikan dulu ya. Opa habis beli ikan nih kemarin, bareng Om Andra, buat isi kolam belakang rumah," pamer Opa Ical.
"Oke, Opa. Nanti Ical liat." Kemudian menoleh ke Oma. "Kenapa jadi beli ikan, Oma?"
"Itu, Opa kamu cari hiburan, jadinya beli ikan koi."
"Oh." Ical segera menyelesaikan makanannya. Agar segera menyampaikan misi sesungguhnya mengapa ia bisa tiba-tiba di rumah Oma.
Setelah melihat ikan-ikan Opa di belakang rumah, Ical meninggalkan Opa untuk masuk ke dalam rumah. Menyampaikan maksud yang sesungguhnya ia berkunjung hari ini. Untungnya Oma lagi sibuk merangkai bunga di teras samping rumah. Sendirian.
"Oma," panggilnya pelan, mendekat.
"Udah liat ikannya?"
"Udah." Ical duduk di seberang omanya. "Oma."
Omanya mengerti, ada hal yang ingin Ical bicarakan apabila gelagat cucunya sudah seperti ini. Akhirnya memfokuskan atensinya untuk cucunya, bukan lagi bunga-bunga di hadapannya. "Ical mau bilang sesuatu?"
Ical mengangguk. Bingung cara memulai pembahasan ini. "Hm. Oma, tadi pagi aku ketemu Papa."
Oma membelalak. "Papa udah pulang dari Amerika?"
"Kayaknya udah." Ical menunduk.
Oma yang melihatnya mulai bersiap-siap apabila ical menanyakan sesuatu diluar dugaannya.
"Aku ketemunya waktu beli kopi, sebelum ke kampus. Nggak sempet ngobrol karena Papa kayak buru-buru. Aku juga harus ikut seminar."
"Iya, terus?"
"Papa sama anak kecil, kisaran SD kelas 3. Sama perempuan. Yang aku lihat waktu Papa datang ke rumah buat pamit." Ical mengangkat kepalanya, menatap omanya. "Ada sesuatu yang aku nggak tahu ya, Oma? Oma mau cerita ke aku nggak? Aku nggak mau kalau nanya ke mama, nanti mama nangis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Road Trip || NCT DREAM 00 Line
Fanfiction"Please deh. Coba lo pikirin." "KENAPA HARUS GUE PIKIRIN?! KAGAK LIHAT KEPALA GUE MAU COPOT?!" Healing doesn't mean the pain never existed. It means the damage no longer controls our lives -Unknown Give yourself time to heal from a challenge you've...