Pasukan turis dadakan tiba di Yogyakarta pada pukul tujuh malam. Mereka mengambil penginapan di pusat kota. Usai berhasil check-in, mereka langsung beberes."Sebenernya ke Malioboro tuh nggak ngapa-ngapain. Cuman gue kepo sama tiang lampu yang di pinggir jalannya itu. Habis dapet fotonya terserah deh mau kemana," cerita Ical
"Kalau malem gini malah bagus nggak, sih? Sekalian cari makan," usul Candra.
"Boleh. Makan apaan?" sahut Arga.
"Angkringan deket Tugu. Gue pernah diceritain sama Taufik, sejurusan gue. Dia asli jogja, katanya kalau ke Jogja kudu mampir."
"Kenal gue. Si Taufik di Jogja apa Jakarta?"
"LAH IYA?! KENAPA GUE GAK NANYA?!" Candra seperti orang bodoh yang akhirnya mendapat ide brilian. Dia langsung meraih ponselnya untuk menghubungi Taufik. "Katanya di Jogja. Terus dia kaget kita lagi disini. Katanya mau nyusulin."
"Nyusulin kemana?" tanya Adit.
"Kesini. Kita tunggu dia aja. Dia bilang lokasi penginapan kita nggak jauh dari rumahnya."
"Kita perlu mampir ke rumahnya?"
"Boleh lah, besok."
"Tapi buset, udah jam segini keluar lagi?" Arga terkejut setelah mengecek jam tangannya.
"Jam berapa emang?"
"Jam delapan."
"Masih pagi. Kayak nggak pernah keluyuran sampai pagi aja."
"Masalahnya besok nyetir lagi."
"Gak apa-apa lah, gantian juga."
Arga tersadar, apa pula yang perlu ia ributkan. Akhirnya mengangguk setuju. Mereka berbaring sebentar sambil menunggu teman mereka, Taufik, tiba.
"Langsung ke bawah deh. Taufik udah di depan." Tiba-tiba Candra bangkit sambil membawa barang seperlunya. "Gue tunggu di bawah ya."
"Oke." Mereka bertiga juga segera bergegas menyusul Candra yang sudah turun ke lantai bawah untuk menemui Taufik.
"Bawa motor lo?" tanya Candra setelah menemui Taufik, bersalaman ala laki-laki, dan sedikit mengobrol, ketika menangkap bahwa Taufik datang menemui mereka menggunakan sepeda motor.
"Iya. Biar cepet."
"Ya udah, ditaro sini aja. Naik mobil biar bareng-bareng," usul Candra.
"Yoi." Taufik membalas setuju. "Berarti lo berempat Arga Aditya, terus sama anak kedokteran?"
"Iya. Kayaknya lo belum familiar sama temen gue yang anak kedokteran. Tapi mungkin pernah lihat atau seliwer diomongin orang."
"Kenapa tuh?"
"Ada deh. Itu orangnya." Candra menunjuk kepada Ical yang nampak muncul dari ujung tangga penginapan. Ical melihat mereka, kemudian tersenyum bersahabat sambil menjabat tangan Taufik.
"Kita nggak pernah tau kan, ya. Gue Ical," ucap Ical.
"Iya, nih. Gue Taufik," balas Taufik. Awalnya ia nggak ngeh apa-apa, namun tiba-tiba teringat sesuatu. "BENTAR. Ical yang itu?"
"Tuh, kan. Gue kata lo pasti nyambung." Candra terkekeh. Sementara Ical mengernyit.
"Sorry to say, lo yang ada hubungannya sama Erik dan cewek yang sering sama dia?"
Ical terkekeh. "Iya, nih."
"ASTAGA. Nggak ada lecet, kan?" Taufik mendadak sibuk mengecek kondisi Ical. Baik Ical maupun Candra berekspresi kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Road Trip || NCT DREAM 00 Line
Fanfiction"Please deh. Coba lo pikirin." "KENAPA HARUS GUE PIKIRIN?! KAGAK LIHAT KEPALA GUE MAU COPOT?!" Healing doesn't mean the pain never existed. It means the damage no longer controls our lives -Unknown Give yourself time to heal from a challenge you've...