Arga nggak pernah merasa berada di titik dimana ia pengen jadi pengangguran saja rasanya. Seperti sekarang. Coba saja kalau para pengangguran mendapat tunjangan hidup dari pemerintah, kayaknya Arga bakal rela mengantri panas-panasan untuk mendapatkan tunjangan hidup selama hidup.Terhitung seminggu lebih ia tidak produktif sama sekali. Padahal, apabila di kilas balik kehidupannya dulu, Arga ini termasuk aktif berkongsi dengan dosen-dosen kampusnya. Pun terjun ke aktivitas mahasiswa "sibuk" pada umumnya, meskipun bukan sebagai anggota tetap, hanya sekedar volunteer saja.
Seperti sekarang ini, setelah ramai-ramai ribut di grup trenggiling, Arga menganggur lagi. Benar-benar intepretasi beban keluarga. Mengingat keributan di grup trenggiling, Arga jadi ingat asal-usul kenapa grup itu dinamai trenggiling kaki dua.
Masa itu, mereka masih SMP. Sukanya ngemper di halaman belakang sekolah yang memang nggak terjajah oleh banyak siswa. Nggak tahu awalnya gimana, mereka berempat sering nongkrong disitu.
Halaman belakang termasuk rindang. Banyak pepohonan, terutama pohon mangga dan kelengkeng. Ya macam itu, kalau tukang kebun sekolah belum memanen hasil pohon-pohon tersebut, mereka berempat yang akan memetiknya untuk dimakan berempat. Ya anggaplah buah-buah itu jadi hasil colongan mereka.
Suatu hari, sedang musim panen mangga. Beneran pohon mangga di halaman belakang udah berbuah semua. Besar-besar buahnya. Beberapa sudah dimakan oleh hewan-hewan nggak tahu apa namanya. Candra berinsiatif buat memetik dua-tiga buah untuk dimakan. Arga membantunya. Sedangkan Adit dan Ical cuma ngeliatin sambil duduk-duduk aja.
"Yang mana yang udah mateng?"
"Mana gue tau?"
"Duh, Siluman Barongsai. Liatin doooong."
"Ijo semua, Can."
"Lah iya juga. Gue ngasal aja lah, ya."
"Biasanya juga gitu anjir. Kalo asem ya makan-makan aja."
"Ya kan, kalo asem, yang makan elo. Biar muka lo nggak tambah asem."
"MUKA GUE KAGAK ASEM YA."
"Asem muka lo. Apalagi kalo habis liat Tatiana jalan bareng si kacung. Anggeplah ini rumus bilangan bulat matematika, minus tambah minus jadinya plus."
Dengar Tatiana disebut udah bikin muka Arga jadi asem, ditambah perumpamaan ngasal Candra yang bawa-bawa rumus matematika, Arga jadi sebal.
"KALAU PACARAN JANGAN DISINI!" teriak Ical dari jauh.
"UDAH BELOM SIH?! LAPER NIH KITA!" tambah Adit.
"Itu manusia kok nggak tau diuntung banget sih," gerutu Candra sambil menyogok-nyogok goloknya. Jatuhlah satu mangga. Candra menghampirinya, tanpa ragu langsung memegangnya.
Tapi Candra langsung berubah ekspresi. Ia akhirnya mengecek buah yang dipegangnya. Ternyata ada luwing menempel pada kulit buah Candra refleks melemparkan mangga yang ia pegang terus jijik sendiri sambil jerit-jerit lengkap dengan drama lari-lari dan langsung memeluk orang yang mereka berdua awalnya nggak sadar kalau dia telah lama berdiri disana.
"JIJIK BANGET GUE MEGANG TRENGGILING! EWH." Candra bersembunyi di balik orang tersebut.
"Can."
Arga sudah speechless lengkap dengan nahan malu. Ical dan adit bengong di sudut halaman lain.
"IYUH BANGEEETTT EWH."
"Can, bisa nggak lo nggak usah teriak di kuping gue?" ucap orang tersebut.
Candra tersadar. Kemudian melihat bahwa dirinya memeluk Anya, mbak crush dari kelas satu SMP. Candra spontan melepas pelukannya.
"NENG ANYA NGAPAIN ATUH KESINI?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Road Trip || NCT DREAM 00 Line
Fiksi Penggemar"Please deh. Coba lo pikirin." "KENAPA HARUS GUE PIKIRIN?! KAGAK LIHAT KEPALA GUE MAU COPOT?!" Healing doesn't mean the pain never existed. It means the damage no longer controls our lives -Unknown Give yourself time to heal from a challenge you've...