16

202 34 0
                                    


Adit menggosok-gosokkan tangannya untuk melawan suhu rendah di kawasan Dieng. Tubuhnya sudah berlapis-lapis dengan baju tebal yang hangat. Diluar masih gelap.

Masih pukul lima pagi. Semalam mereka tiba larut malam, sekitar pukul sebelas malam. Langsung ambruk begitu melihat kasur penginapan. Terlampau lelah setelah bermain air lanjut menolong Putri.

Di pagi yang gelap ini, mereka berniat untuk mengunjungi destinasi selanjutnya, semua tempat wisata di kawasan Dieng masuk ke dalam list untuk dikunjungi.

Adit menunggu teman-temannya bersiap di teras kamar penginapan mereka. Ia merapatkan syal yang untungnya dibawakan oleh Mama Wina.

"Dingin banget, anjir." Candra muncul dari dalam kamar penginapan. Sama persis seperti Adit, ia menggosok-gosokkan tangannya agar hangat. Bajunya juga berlapis-lapis. "Pengen beli sarung tangan sama beanie, ada yang jual gak ya, jam segini?"

"Mana ada orang melek jam segini, Can."

"Kan, tempat wisata. Bisa jadi disana ntar ada yang jual."

"Iya, sih." Setelah menanggapi Candra, Adit mengalihkan pandangannya kepada Ical yang juga keluar dari kamar penginapan sambil memeluk dirinya sendiri. "Hidung lo merah banget, Cal."

"Kena dingin mesti jadi kayak gini. Beler hidung gue." Tak lama Ical bersin.

"Mana Arga?"

"Masih di dalem. Oles freshcare."

Candra langsung berbinar. "Gue juga mau." Ia segera masuk kembali ke dalam penginapan untuk mengoles freshcare.

"Ntar ke kawah sama kemana?"

"Lihat sunrise. Candra ngebet banget. Lo udah siap kamera?"

"Udah, lah. Lengkap nih, perlengkapan gue." Ical nyengir. Menunjukkan backpack di punggungnya dan tas kameranya.

"Minum udah bawa? Kan, kita perlu daki."

"Oiya." Ical berbalik untuk menemui Candra dan Arga di dalam penginapan. "Bawain camilan sama minum."

"Udah."

Mereka kembali berkendara menuju lokasi untuk mendaki bukit agar dapat menikmati sunrise.

"Medannya terjal nggak?"

"Bukit doang, bukan gunung." Jawaban Arga membuat Candra mencebik.

***

Rombongan mereka bergabung dengan rombongan turis yang juga ingin ke puncak bukit. Memutuskan untuk mendaki bersama dengan pengawas dari pihak wisata.

"Kamera lo gak bakal rusak kan?"

Ical menggeleng. "Aman."

Akhirnya rombongan mereka sampai diatas, tepat pukul lima lebih lima belas menit. Mereka mencari lahan kosong yang nyaman untuk tempat beristirahat.

Candra mengeluarkan botol minum lalu menenggaknya, kemudian merebahkan badannya diatas rerumputan.

"Rumputnya basah."

"Lembab, Can. Lo anak tekling beginian gak tau," ujar Arga sinis yang ditanggapi dengan cebikan Candra. Ia mendaratkan pantatnya diatas bebatuan. "Sunrise jam berapa?"

"Nggak tahu. Gue bukan tuhan."

Jawaban singkat Adit bikin Candra terkekeh. Sementara Ical nampak tenang mengarahkan kameranya kepada objek-objek unik yang menarik perhatiannya.

Mereka terdiam. Menikmati hamparan awan yang samar terlihat dengan semburat oranye sebagai hiasan.

"Kebanyakan ngebo pagi hari bikin lupa ada yang patut buat dinikmati setiap pagi," ujar Candra tiba-tiba.

Road Trip || NCT DREAM 00 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang