"Gue masih merinding, anjir." Di belakang, Candra masih sibuk mengusap lengannya.Mobil yang dikendarai Ical mulai memasuki jalur menuju kawasan berpasir Gunung Bromo, beriringan bersama dengan beberapa jeep di depan mereka.
"Emang kerasa nyata banget. Gue aja masih nggak nyangka berinteraksi sama jin," sahut Adit.
"Si Kakek juga nggak ada indikasi seorang jin."
"Apa waktu minta turun di bawah nggak mau sampe atas itu karena diatas udah banyak manusia?" tanya Arga tiba-tiba.
"Bisa jadi. Tapi bisa jadi juga emang rumahnya di tempat tadi itu. Pemakaman kan?" jawab Ical.
"Bener juga."
"Terus tadi gue ngelambai ke siapa?" Candra membelalak.
"Ya kalau lo yang lihat, lo dada-dada ke kakeknya. Tapi kalau orang lain yang lihat, ya lo kayak orang gila." Ical melirik dari rear view mirror.
"CAL!"
"Ya bener kan, kata gue?"
"Bener tuh, Mas Ical." Adit menyahut dari belakang.
"Tapi ya, lucunya, Si Kakek kayak tau perasaan gue sebenernya," timpal Arga. "Aktifin off-road lo, Cal."
Ical mengangguk.
"KOK SAMA SIH, GA?" Candra heboh sendiri. "Gue kira cuman gue doang."
"Gue juga ngerasa."
"Tapi kata-katanya ngena banget di kepala gue."
"Bener."
Mereka terdiam lagi, memperhatikan sekeliling jalanan jalur Wisata Bromo.
"Nggak tau kenapa, gue malah seneng ketemu kakeknya. Even beliau bukan manusia."
"Semoga aja emang niatnya baik, karena kita juga niatnya baik mau nolong." Ical menjawab sambil mengeratkan genggaman setirnya. "Rubicon di depan sangar banget."
"Udah dimodif kan, jeep-nya?" Candra ikut memperhatikan jeep yang ada di depan mereka.
"Udah. Tadi gue ngobrol sama yang bawa jeep-nya. Katanya cuma ngemodif ban aja, sama pir biar lonjakannya lebih halus."
"Ya lihat aja tuh bannya udah bisa buat ngelindes squishy."
"Squishy dilindes pake ATV juga udah remuk." Arga gemas sendiri mendengar ucapan Adit.
"Depan tuh, Cal. Dah mau mulai."
Ical mengangguk. Mengeratkan genggaman setirnya.
Mulanya perjalanan off-road mereka mulus. Ical mengikuti jejak mobil-mobil ganas di depannya. Memang ada beberapa titik dimana medan yang dilewati becek, namun semuanya aman. Nggak ada yang selip dan sejenisnya.
Hingga rombongan perjalanan mereka terhenti.
"Kenapa, nih?" Candra celingukan.
Arga memencet tombol sunroof di atap mobil. Setelah terbuka dengan sempurna, ia berdiri. Untuk mengecek ada apa di depan sana. Tapi seorang bapak-bapak menghampiri mereka.
"Mobil paling depan selip, Mas. Agak dalem. Tadi salah ambil jalan. Tapi mobil-mobil belakangnya bakal jalan duluan karena kalau nungguin nanti kelamaan."
"Oke siap, Pak."
"Ngantri dulu ya, Mas, jalannya. Harus satu-satu sekalian memastikan ndak ada yang selip lagi."
"Oke, Pak. Terima kasih." Arga mengacungkan jempolnya.
"Kenapa, Ga?"
"Jeep paling depan selip. Salah ambil jalan. Lumayan dalem." Arga kembali duduk di kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Road Trip || NCT DREAM 00 Line
Fanfiction"Please deh. Coba lo pikirin." "KENAPA HARUS GUE PIKIRIN?! KAGAK LIHAT KEPALA GUE MAU COPOT?!" Healing doesn't mean the pain never existed. It means the damage no longer controls our lives -Unknown Give yourself time to heal from a challenge you've...