Dulu, sewaktu Candra memutuskan jadi anak teknik lingkungan, dia nggak berpikir bakal serumit ini. Dia hanya mengira kalau jadi anak teknik lingkungan hanya butuh nilai kimia tinggi dan hafal tabel periodik. Ternyata salah. Dia juga belajar geografi.Hari ini beberapa mata kuliah dengan SKS besar mulai memberikan beberapa take home examination, yang mana Candra perlu mengatur ulang jadwal-jadwal agar tidak bertabrakan.
Candra duduk di kursi meja makan lengkap dengan laptop dan tablet di hadapannya. Tangannya sibuk mencoret-coret di atas tablet, ketika adik bungsunya – Gilang - datang menarik kursi di sebelahnya.
Candra menoleh. "Gilang, sepatu gilang."
"Aku bukan sepatu, Bang." Gilang merengut dibercandain Candra. Ia sudah duduk dengan sempurna di atas kursinya. "Bang Candra lagi ngapain?"
"Belajar, lah."
"Oh. Belajar." Gilang manggut-manggut sambil memperhatikan abangnya sibuk bolak-balik mencoret-coret kemudian menatap laptopnya. "Bang, aku punya pertanyaan."
"Aku punya jawaban."
"Bang Candra, aku tuh seriusan."
"Iya, mau nanya apa?"
Di ujung matanya, ia menangkap Bunda Iren yang datang membawa karton susu kesukaan Gilang.
"Bang, kenapa matanya manusia itu ada dua?"
"Ya, kalau cuma satu namanya dajjal."
Gilang mengerutkan dahinya. "Bunda, dajjal itu apa?" tanyanya kepada Bunda Iren yang tengah sibuk menuangkan susu cokelat ke mug hijau punya Gilang dan mug putih untuk Candra.
"Bang Candra, jangan ngaco jawabin pertanyaan adeknya."
"Bundaku sayang, emangnya anak kelas empat SD belum diajarin pelajaran agama tentang dajjal?"
Bunda Iren beralih menatap anak bungsunya, "udah diajarin belum, Dek?"
"Kayaknya udah deh, Bun. Cuman aku lupa."
Candra spontan memutar bola matanya, kemudian melanjutkan kegiatannya. Fokus pada apa yang ia kerjakan sedari tadi.
"Bunda," panggil Gilang. Bunda Iren menatap Gilang lagi. "Bang Candra itu pinter nggak sih?"
Candra langsung melotot ke arah adiknya. "MAKSUDNYA?"
"Bang, kalau emang Bang Candra pinter, nggak perlu belajar lagi," balas Gilang.
"Ya salah dong, Dek. Justru belajar itu biar pinter." Bunda Iren menyahut.
"Tapi, katanya Fifi kalau orang nggak belajar itu pasti pinter."
"Kenapa gitu?"
"Ya karena dia pinter dari orok, gak perlu belajar lagi."
Candra semakin melotot, ditambah Bunda Iren juga. "SIAPA YANG NGAJARIN NGOMONG ITU?"
Gilang terkejut melihat Bunda dan abangnya berseru. "Yang mana?"
"Yang itu tadi?"
"Yang mana sih, Bang? Bilang dong. Dikira Gilang cenayang apa."
Candra makin melotot. "Itu bahasa dapet darimana lagi?"
"IH APA SIH, GILANG SALAH TERUS."
"Yang ngajarin bilang orok sama cenayang siapa?"
"Oh." Gilang menerawang, mengingat-ingat kembali. "Bang Dhanan."
Candra menarik napas dalam-dalam. "DHANAN SINI LO. DATENG KE MEJA HIJAU."
KAMU SEDANG MEMBACA
Road Trip || NCT DREAM 00 Line
Fanfic"Please deh. Coba lo pikirin." "KENAPA HARUS GUE PIKIRIN?! KAGAK LIHAT KEPALA GUE MAU COPOT?!" Healing doesn't mean the pain never existed. It means the damage no longer controls our lives -Unknown Give yourself time to heal from a challenge you've...