06

249 36 0
                                    


Berencana untuk menenangkan kesuntukannya, Arga memutuskan keluar dari rumahnya. Cari angin. Arga memutuskan untuk bersepeda di malam minggu yang pedih ini, yang tentunya dimana-mana jalanan ramai dan macet bisa jadi total. Nggak apa, bisa lewat jalan tikus.

Awalnya Arga berniat buat ke arah Menteng buat main ke rumahnya Candra dan Ical sekaligus. Ya memang, tempat mereka berdua itu semacam markas, entah rumah Candra atau rumah Ical. Karena dua lawan satu dan satu. Menang komplek rumahnya Si Candra sama Ical tentunya, di daerah Menteng. Cuman kalau sepedaan dari Kuningan ke Menteng jauh banget. Akhirnya Arga memutuskan buat sampai Sudirman saja.

"Maaaaa." Arga sudah siap dengan atribut lengkap bersepedanya sambil mencari-cari mamanya di dapur.

"KENAPA GA? MAMA DI BELAKANG SAMA PAPA."

Mendengar sahutan mamanya, Arga langsung beranjak ke teras belakang rumahnya. Tampak Mama Tifa dan Papa Darma sedang ngeteh asyik sekaligus ngeteh beneran sambil makan kue yang kayaknya beli di toko kue mamanya Ical. Duh, memang toko kue Tante Una itu langganan buat mereka semua.

"Kamu jangan gangguin Mama sama Papa pacaran yah. Malem minggu nih," seloroh Papa Darma.

Arga spontan mencebikkan mulutnya. Ikutan nyemil kue yang orang tuanya santap. "Orang aku mau pergi. Ini mau pamit."

"Sepedaan?"

"Iya."

"Sekalian lah Ga, cari pacar. Masa terakhir pacaran jaman lulus SMA, sih. Kalah sama Revan."

Arga memutar bola matanya. "Revan ini beneran anak bersama ya."

"LAGIAN DIA DARI KECIL LUCU BANGET SIH. Papa mau minta adik buat kamu tapi Mama gak mau. Ya udah ya, berhubung ada Revan, gak apa-apalah dianggep anak aja."

"Lho Pa, Revan punya pacar?! Masih SD gitu?" Mama Tifa terkejut.

Papa Darma mengangguk-angguk dengan semangat. "Iya Ma. Tadi pagi aku baru taunya. Waktu Rangga lari pagi sama Revan habis itu Revan ribut minta cepet-cepet pulang. Aku kan heran tu anak kenape dah, ternyata mau buru-buru main ke rumah temen ceweknya yang katanya jadi pacarnya ini."

"Terus, itu maksudnya dia lagi mau ngapel gitu?" celetuk Arga.

Papa darma tertawa kencang. "Iya ya, Ga. Namanya tu anak lagi ngapel. Astaga bocah jaman sekarang ada-ada aja."

Mama tifa ikut tertawa.

"Ya ampun, Ga. Lihat itu Si Revan udah ngerti ngapel. Masa kamu kalah sih," ujar Mama Tifa.

Arga merengut. "Udah ah, aku mau berangkat. Keburu malem. Eh ini boleh nggak sih, sebenernya?"

"Boleh. Udah hush. Sana pergi."

"AKU DIUSIR SAMA BAPAKKU SENDIRI DUH GUSTIIII."

"ALAY BANGET BURUAN SANA. BAWA KUNCI."

"Kalau gitu, Mama sama Papa gak boleh kunci kamar."

"BODO AMAT."

Arga bergegas ke luar rumah sambil ketawa puas.

***

Candra baru selesai bersih-bersih semacam mandi dan memasukkan pakaian kotornya ke dalam mesin cuci. Tangannya sibuk menggosok-gosok rambutnya pasca keramas dengan pikiran yang penuh dengan Ical.

Rasanya Ical ini macam pacar keduanya setelah Rumi kalau dipikir-pikir.

Candra menoleh ke jendela kamarnya, melihat kamar sebrang yang gelap.

Melihat kamarnya Ical yang gelap, Candra secara implusif mengambil ponselnya untuk mengirim pesan kepada Ical. Bayangan orang-orang yang putus cinta apalagi setelah diselingkuhi suka melakukan hal-hal diluar nalar bikin Candra mikir yang enggak-enggak ke Ical.

Road Trip || NCT DREAM 00 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang