12

225 37 4
                                    


Liburan semester ini, Candra bukannya menyibukkan diri di kampus seperti yang lalu-lalu, tapi dia lebih memilih menghabiskan waktunya untuk di rumah.

Dia jadi karyawan dadakannya Bunda, buat bisnis katering. Apalagi waktu sesi mengisi kotak makan dan antar pesanan. Job description yang secara langsung tersemat pada Candra. Ditambah lagi bagian antar-jemput sekolah Gilang.

Hari ini, setelah mengantar Gilang ke sekolah, Candra langsung melepas jaketnya, cuci tangan, dan membantu Bunda Iren untuk mengatur pesanan kotak makan. Ayu nggak di rumah, sejak pagi yang gelap ia sudah berangkat ke kampus entah untuk apa, sepertinya ada acara hima.

Bunda sudah sibuk mondar-mondir di dapur yang awalnya kecil namun direnovasi oleh Ayah Joni jadi lebih besar, katanya agar ruang geraknya lebih bebas. Sementara Candra duduk di meja makan.

"Berangkat kapan, Bang?" tanya Bunda Iren, yang Candra heran bisa-bisanya di tengah kesibukan beliau masih sempat mengajak Candra ngobrol.

"Besok, Bun. Nunggu surat-surat mobilnya Ical kelar."

Perihal mobil Ical yang baru sudah sampai di telinga Bunda Iren, jadi Bunda Iren sudah nggak heran lagi. "Besoknya jam berapa?"

"Malem sih, rencananya."

"Untungnya Bunda nggak ambil pesanan besok, Bang. Mau Bunda bikinin apa? Snack-snack gitu, kah? Buat ngemil di mobil. Ical itu kan, suka banget ngemil."

"Boleh, Bun. Apa aja deh."

"Gurih-gurih sama manis-manis, ya."

"OKE," balas Candra riang.

"Ya udah, nanti belanja ya, Bang. Habis antar pesanan."

"Kemana? Belanja apa?"

"Lho, kamu nggak mau beli-beli gitu? Sama Bunda mau cari obat-obatan, Bang. Buat kamu di jalan. Yang di rumah udah mau habis."

"Oh." Candra terhenyak. Teringat Bunda yang selalu siaga apabila akan bepergian. "Oke, Bun."

"Inget pesan Ayah Bunda lho, Bang."

"Iya, Bunda." Candra terkekeh melihat Bunda Iren yang untuk kesekian kalinya menatapnya dengan tatapan khawatir. "Gilang tau kalau aku mau pergi?"

"Udah Bunda kasih tau semalem. Waktu ngelonin. Dhanan udah tau kan, Bang?"

Candra mengangguk. "Udah nitip kaos oleh-oleh, Bun, malahan," lanjut Candra sambil tersenyum masam, bikin Bunda ketawa kemudian berjanji akan memberikan uang khusus untuk membelikan oleh-oleh.

"Teh Ayu?"

"Dia iri." Candra menjawab sambil terkekeh, teringat wajah adik perempuannya yang merengut ketika Candra cerita tentang rencana trip-nya. "Pengen ikutan tapi isinya kan, cowok semua, Bun. Mana masih ada acara hima juga. Habis itu nodong oleh-oleh juga. Masalahnya harganya nggak ngotak, Bun."

"Ya udah, Bang. Beliin seadanya aja," balas Bunda Iren setelah terkekeh, yang dijawab dengan anggukan dari Candra.

***

Pagi-pagi subuh, Arga dibangunkan secara paksa oleh Papa Darma. Katanya minta ditemani bersepeda sebelum berangkat kerja. Arga kesal tentunya, mana dia baru pulang dari rumah Ical agak larut. Tentu masih mengantuk.

Tapi paksaan Papa Darma berubah jadi menggiurkan karena Papa Darma kasih iming-iming tambahan uang saku. Ya, sebagai anak, sekaligus manusia yang menganggap bahwa uang adalah kebahagiaan, meskipun dia udah ada penghasilan sisa dari proyek-proyek kecil ajakan dosen yang ia kerjakan kemarin-kemarin, mata Arga tetap hijau mendengar iming-iming tersebut. Kan, lumayan. Siapa tahu sempat diving di Bali.

Road Trip || NCT DREAM 00 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang