"Naik apa?""Mobil. Kendaraan darat, Yah. Biar bisa mampir."
"Jadi, sebenernya, rencananya gimana?"
"Aku sama anak-anak long trip ke Bali lewat jalur darat jalan reguler, Yah. Niatnya mau mampir sekalian ke destinasi baru. Biar dapetnya nggak Bali aja. Gitu."
Ayah Joni menatap istrinya, meminta persetujuan. Bunda Iren juga sedari tadi mendengarkan penuturan Candra perkara izin long trip ke Bali.
"Biar apa sih, Bang? Nggak bisa deket-deket aja?"
"Ya, kalau Ayah sama Bunda nggak ngijinin, ya enggak pergi. Gitu aja. Gampang, kan?"
"Bang Candra pengen banget?" tanya Bunda Iren, yang dibalas langsung dengan anggukan semangat dari Candra.
"Nanti adik-adik kamu pengen gimana, Bang?" sahut Ayah Joni, mengkhawatirkan yang lain. Membuat Candra otomatis mendesah kecewa. Jelas nggak dapat izin kalau begini caranya.
"Berarti nggak boleh?" Candra memastikan. Dijawab dengan diamnya kedua orangtuanya. "Ya udah, nanti Abang bilang ke yang lain." Dengan lesu, Candra meninggalkan kamar orangtuanya, kembali masuk ke kamarnya.
Sementara di kamar Ayah Joni dan Bunda Iren, "kamu sukanya gitu terus ke Candra."
"Gitu gimana?" Dahi Joni mengerut. "Aku khawatir dia kenapa-napa. Jakarta Bali jalur darat nggak lewat tol itu lama banget lho, Ren. Belum lagi kalau adik-adiknya pengen."
"Dia udah gede, please. Kamu nggak pernah muda apa? Dulu kamu main ke gunung sampai hilang aja belum ada seumur Candra sekarang. Anak-anak yang lain mah, gampang. Kok kamu ngerasa ribet. Yang orangtuanya kita loh, bukan Candra. Kenapa yang jadi patokan harus Candra? Nggak bisa ngehandle anak-anak sendiri?"
"Nggak gitu."
"Nggak gitu gimana. Anak-anakmu itu udah pada gede. Tinggal Gilang aja yang masih kecil, itupun udah SD. Lagian ini cuma liburan, tapi lama. Udah gitu aja. Apa impact buruk yang bakal ngaruh ke adik-adiknya?"
"Tunggu. Aku tanya dulu. Emang kamu nggak khawatir semisal Candra kenapa-napa?" sela Joni.
Iren menatap suaminya. "Aku ibunya, Joni. Jelas aku khawatir. Tapi aku percaya dia. Asal dia hati-hati, inget yang di rumah, sering ngabarin, aku nggak apa-apa. Aku percaya dia bisa jaga diri."
"Tapi kalau ada apa-apa gimana?"
"Kamu itu takut buat sesuatu yang belum pernah kamu rasain."
"Aku udah pernah hilang sewaktu naik gunung. Belum rasain yang mana?"
"Ini beda, Joni."
"Apanya yang beda?"
"Kamu hilang sewaktu lagi mendaki. Itu juga karena kesalahan kamu karena omong kasar waktu diatas. Kamu bisa ngasih tau Candra apa yang nggak boleh dilakuin, apa yang boleh dilakuin. Sesusah apa sih?"
Joni terdiam. "Kamu kenapa ngotot banget bolehin Candra ngetrip?"
"Dia capek. Pengen refreshing. Nggak kelihatan, kan? Enggak, karena kamu anak terakhir. Yang bisa lihat itu aku, aku anak sulung. Aku pernah ngerasain beban jadi anak sulung, even sampai sekarang. Aku nggak suka lihat Candra kecapekan. Aku pengen dia seneng-seneng dulu, biar pulangnya nanti perasaannya lebih plong. Boleh nggak sih, sekali aja biarin Candra nggak mikirin apa yang ada di rumah? Meskipun aku juga sangsi, kalau dia nggak mikirin rumah padahal lagi ngetrip."
Untuk kesekian kalinya, Joni terdiam. "Aku pikirin lagi."
***
"Sama siapa, Dit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Road Trip || NCT DREAM 00 Line
Fanfiction"Please deh. Coba lo pikirin." "KENAPA HARUS GUE PIKIRIN?! KAGAK LIHAT KEPALA GUE MAU COPOT?!" Healing doesn't mean the pain never existed. It means the damage no longer controls our lives -Unknown Give yourself time to heal from a challenge you've...