NP :: [34]

11.2K 1.5K 45
                                    

"Jangan deket - deket!"

Larangan adalah perintah, Haechan semakin mendekatkan tubuhnya menempel pada Renjun, membuat pemuda kelahiran maret itu semakin kesal.

Renjun menggerakkan kakinya mendorong perut Haechan agar menjauh sementara kedua tangannya mendorong - dorong wajah suaminya.

"Jangan nempel bisa gak?!"

Haechan menggeleng, berusaha keras menahan kaki Renjun agar tidak terus mendorong perutnya. "Bentar aja Njun." Pintanya.

Renjun menghela nafas panjang sebelum menendang perut Haechan, membuat pemuda tan itu meringis sambil memegang perutnya.

Renjun memanfaatkan keadaan itu untuk kabur, ia berniat berlari menuju kamar namun baru saja ia bangkit, tangannya sudah kembali ditangkap Haechan.

"Apa sih?"

"Jangan pergi, disini dulu." Haechan menarik pelan tangan Renjun agar kembali duduk di sampingnya. Ia sengaja memasang wajah menyedihkan berharap Renjun kasihan dan menuruti maunya.

"Ngambil hp doang." Renjun berusaha melepaskan genggaman tangan Haechan.

"Bener?"

"Iya. Lepasin dulu makanya."

Akhirnya genggaman tangan Haechan terlepas, segera Renjun pergi dari dari ruang tamu menuju kamar mereka.

Ngambil hp itu alasan dia aja, Renjun masih kesel kalau ingat kejadian di dapur tadi, suaminya itu sok ganteng di depan kembarannya. Bikin emosi aja.

Setelah mengantongi ponselnya, Renjun merebahkan diri di ranjang empuk, melirik ke arah jam dinding, sudah jam 9 lewat. Ia akan kembali menemui Haechan jam 10 nanti. Sekarang Renjun lebih memilih diam menatap langit - langit kamarnya.

Terlintas ucapan Renzio yang mengatakan kalau kembarannya itu pernah mendorong dirinya saat masih kecil.

Renjun sama sekali tidak dapat mengingat kejadian tersebut. Asik membuka memori dalam otaknya, tiba - tiba saja suara Haechan yang memuji kembarannya di dapur lewat dalam pikirannya.

Renjun menarik nafas panjang - panjang, lalu menghembuskannya perlahan.

Dia jadi bingung sendiri, Haechan kayaknya tipe manusia yang suka nempel sana nempel sini kali ya. Makanya semuanya diambil sama dia, udah punya istri masih aja baperin anak orang.

Pengen rasanya dia slepet muka sok ganteng Haechan tadi, tapi dia gak punya karet.

Bruk

"Ah-"

Renjun refleks memegang kepala seseorang yang ada di perutnya, rasanya sakit saat dagu orang itu membentur perutnya.

Ia menunduk, mengernyit kala mendapati Haechan tengah menatapnya dengan ekspresi kesal.

"Sakit Chan, dagu lo ada pisaunya ya? Tajem bener."

"Kenapa malah tiduran disini?" Mengabaikan protesan Renjun, Haechan bertanya.

"Males ketemu sama lo." Jawab Renjun jujur. Ia menggerakkan kakinya ke kanan ke kiri agar Haechan bangkit dan tidak menindih kakinya lagi. Rasanya berat.

Pergerakkannya itu berhasil membuat Haechan bangkit dan duduk di sampingnya. Setelahnya pemuda tan itu menatapnya lama tanpa mengatakan apa - apa.

Renjun berusaha mengabaikan tatapan suaminya dengan membuka ponsel. Ia teringat dengan Jisung yang katanya kangen, tapi berhubung Lucas dan Renzio tidak bersama Jisung tadi, ia akan menelepon bocah itu sekarang.

Ia menaruh ponselnya di telinga sesaat setelah menekan kontak temannya itu. Tak lama kemudian terdengar suara grasak - grusuk di seberang sana sebelum suara Jisung menyapanya.

Nikah Paksa | Hyuckren ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang