NP :: [END]

20.2K 1.6K 244
                                    

Helaan nafas panjang terdengar berkali-kali sejak 1 jam yang lalu. Anak pertama mama Huang itu berkali-kali juga berusaha membujuk Haechan yang enggan menatapnya. Pemuda tan itu bahkan tidak ingin di sentuh olehnya.

Renjun juga tidak mengerti apa yang membuat mood suaminya ini jelek sejak pulang bekerja tadi, ditambah Haechan yang biasanya pulang jam 7, hari ini pulang jam 9 malam. Bau alkohol dan asap rokok juga tercium dari tubuh pemuda itu.

"Chan? Udah dong marahnya." Renjun kembali mengatakan hal yang sama, berharap pemuda di depannya merespon kali ini.

Tapi tidak, beruang besar di depannya hanya diam dengan setumpuk kertas yang saat ini menggantikan Renjun sebagai kekasih pemuda itu.

"Aku sama Jeno betulan udahan. Serius!"

"Jangan cemburu dong-"

"Tiga meter." Potong Haechan.

Renjun melongo, "Hah?"

"Jangan maju, tetep di sana. Aku lagi marah sama kamu Ren."

"Ayolah, masa pulang-pulang marah? Kamu gak mau peluk istri kamu gitu?"

"Kamu gak mau istirahat aja gitu? Gak capek seharian jalan sama Jeno?"

'Mampus. Siapa juga yang ngaduin gue? Mana ngadunya kaga lengkap, jadi salah paham si bapak.'

Melihat istrinya yang diam saja membuat Haechan tambah sebal. Bisa-bisanya dia cari duit tapi istrinya malah jalan sama orang lain. Mantan pula.

"Udah sana keluar, aku sibuk." Usirnya pada Renjun.

Namun yang diusir bukannya mundur, malah semakin maju untuk menghampiri pemuda kelahiran Juni itu.

Haechan tetap diam, berusaha mengabaikan keberadaan Renjun di dekatnya. Mendengus tipis saat lengan istrinya bergerak memeluk lehernya dari belakang.

"Tau dari mana aku jalan sama Jeno?" Tanya si manis.

Haechan kembali bungkam, tidak ada niat menjawab, sengaja membuat Renjun lelah dan berakhir meninggalkannya sendiri nanti. Itu Rencananya.

"Chan?"

Tidak ada respon.

"Sayang?"

Masih tidak ada respon.

"Daddy?"

"Gue bukan bapak lo." Sahut Haechan ketus.

Renjun tertawa, mengusak surai pemuda di dekapannya gemas. Setidaknya Haechan masih ingin merespon, walaupun menyebalkan.

"Kalau gitu, baby. Ulululu~ baby Haechan~"

Renjun menguyel-uyel pipi gembil suaminya, ia juga bermain dengan bibir Haechan, menjepit belah bibir tersebut dengan jari telunjuk dan tengahnya.

Geram, Haechan menggigit jari telunjuk Renjun yang bermain dengan bibirnya. Membuat pemuda kelahiran Maret itu berteriak kesakitan.

"Kok baby galak sih? Diajarin siapa, hm?"

Haechan melirik sinis Renjun kala tangan kurus itu memaksa wajahnya untuk menoleh, "Ren, gue lagi marah sama lo."

"Tau kok, makanya liat sini duluu." Pinta Renjun sedikit merengek.

Haechan menurut, menoleh menatap malas istri manisnya.

"Kamu marah gara-gara aku pergi bareng Jeno?"

Haechan mengangguk.

"Aku nggak sama Jeno doang, ada Jisung sama Chenle di sana." Terang Renjun. Namun Haechan hanya diam tak merespon.

Nikah Paksa | Hyuckren ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang