Lost part 2

213 25 0
                                    

"Tidak mau." Ina menjawab cepat. "Bertukar? Apa-apaan itu. Kamu mengada-ngada."

"Sudah kuduga kamu akan bilang begitu. Padahal kamu belum tau apa maksudku." Ina Masa Lalu beralih, memainkan video yang lain. Tertawa kecil. "Di sini kamu terlihat sangat imut."

Ina maju selangkah. "Apa tujuanmu kemari? Kamu diriku di masa lalu. Sudah lewat. Kita tidak punya hubungan lagi."

"Ada." Ina Masa Lalu menjawab. Matanya mengarah ke monitor, tapi tatapannya kosong. "Kamu tahu, setiap hari aku memperhatikanmu, Ina. Siang malam hatiku terasa sakit karenanya. Bodoh, ya?" Ina masa lalu meringis. "Kamu meninggalkanku setelah gabung Hololive. Kamu tahu aku sendirian. Kamu tahu aku kesepian, tapi kamu lebih milih Yagoo sialan itu."

Gura menyanyi seraya melompat-lompat di kasur. "Boing-boing~ Rushia-senpai boing-boing~"

"Gura, jangan lompat-lompat!" tegur Kiara.

"Kamu juga jangan ikutan!" ucap Calli menarik Kiara turun.

"Ina, kamu pernah sepertiku, kan? Kamu mengalami hari-hari berat itu kan? Lalu kenapa bisa-bisanya kamu melupakanku, dan tertawa bersama teman-temanmu seolah tidak pernah terjadi apa-apa!?" Ina Masa Lalu menghentak meja.

Semua kepala menoleh. "A-apa itu?" Kiara makin gemetar, tangannya meraih-raih udara. Mencari Calli.

"Terserahlah." Calli memegang dagu. Nampak berpikir. "Sejak kita sampai, tidak ada tanda-tanda keberadaan Ina di rumahnya."

"Apa kamu menemukan sesuatu di dapur?" tanya Ame.

"Mesin cuci yang baru diset 3 menit lalu dan setengah gelas susu coklat hangat."

"Dan enak!" sambung Gura. Baru sadar kalo ada sisa noda di bibir. Dijilatnya noda tersebut. "Yummy!"

"Bagaimana denganmu? Oi, letakkan celana dalam Ina. Tidak sopan."

"Ini petunjuk, Calli." Ame memamerkan kain putih di tangannya. Menarik kursi. Duduk di sana dengan kaki bersilang. "Kepingan Puzzle misteri keberadaan Ina."

"Oh, man. No shit sherlock."

"Aku menyesal bertanya."

"Puzzle! Aku mau main puzzle!"

Bukan. Bukan. Ina Masa Lalu Salah. Tanpa diingatkanpun Ina tak akan pernah lupa bagaimana dirinya di masa lalu. Ia dulu seperti—ya begitulah. Dan sejak bergabung Hololive perlahan hidupnya berubah. Terutama saat bertemu teman-teman satu regionnya. Oh tentu para Takodachi juga. Takodachi, dimana Takodachi?

Ina merasa ada yang mengelus kakinya.  Takodachi! Diraihnya Takodachi kepelukannya.  "Apa kamu juga menghilang? Kamu bisa lihat aku, hm?"

"Waaaa! Calli! Takodachi bisa terbang!"

"Jangan menaikiku. Berat."

"Kurasa tidak." Ina menurunkan Takodachi. Yang langsung berlari ke ruang tamu.

"Sekarang tinggal memastikan kebenaran kepingan puzzle yang kumiliki." Ame berselancar dengan kursinya. Celana dalam Ina diputarnya seperti baling-baling. "Dengan penciuman Bubba atau yang lebih baik, aku bisa membaui ini dan mengantar kita pada Ina."

Ameeeee! Minta disledeng.

Plak!

"Aduh! Siapa yang memukul kepalaku!?"

"Hantu!!!"

"Bukan, dia hanya berlagak."

Ame memicingkan mata. "Aku jadi mencurigaimu, Calli. Kamu iri karena tak bisa melihat petunjuk mana yang mengarah pada kebenaran. Kurang latihan. Pengalaman juga. Makanya, lihat dan pelajari metodeku. Ini akan berhasil."

"Whatever," sinis Calli memutar bola mata.

"Ano... bukannya meragukan metodemu atau bagaimana, cuman Bubba lagi tidak bersamamu, Ame." Itu benar. Ina setuju dengan Kiara. Syukurlah,  ia tidak perlu malu karena celana dalamnya dicium Bubba.

Ame menaikkan sudut bibir. "Sudah kubilang. Kita tak harus mengandalkan Bubba. Kita punya yang lebih baik. Gura!"

"Nya!"

Yamerooooo! Angry-upset Tako noise.

"B-Brutal."

"Neraka nggak akan cukup untuk menghukumnya."

"Bagus. Enduslah." Ame mengelus pelan puncak kepala Gura. "Bawa kami pada Ina."

Setelah selesai mengendus celana dalam Ina, Gura menggonggong. Ekor hiunya bergoyang-goyang. Sebelum melesat keluar kamar, menuruni tangga.

"Ikuti dia!" Ame mengomando.

Semua bergerak. Tersisa Ina dan dirinya di masa lalu. Literally, dirinya di masa lalu. "Usaha yang sia-sia." Ina Masa Lalu berkomentar. "Kembali ke urusan kita. Bertukarlah denganku. Tidak akan ada yang sadar. Semua stream-mu sejak debut sudah kutonton. Aku tau sejauh mana perkembanganmu."

Ina tidak langsung menjawab. Sebelum turun, Ina membalikkan badan. "Dalam mimpimu. Akan kutemukan caranya kembali."

Kemudian, menyusul teman-temannya turun. Meninggalkan Ina Masa Lalu yang menatapnya dalam diam. "Waktu tak berjalan selamanya, Ina."

Mereka berkumpul di ruang tengah. Memperhatikan Gura yang berlarian ke sana ke mari seraya mengendus barang-barang.

"Sebenarnya, apa rencanamu?" Calli menatap nanar ke arah Gura. "Sampai tega melakukan semua ini."

Ame terkekeh. "Kamu senang kan? Jarang-jarang bisa bully Gura di luar stream. Lagipula dia terlihat bahagia." Dilemparnya celana dalam Ina ke atas televisi. Ina yang baru turun langsung menyambar dan memasukkannya ke dalam saku. Mendelik ke arah Ame. Tunggu saja, setelah ia sudah terlihat kembali, Ame akan terima akibatnya.

Gura berhenti mengendus tepat di gagang pintu. Memasang ekspresi murung. Telinga kucingnya ditelungkupkan. "Ina... baunya hilang di sini."

"Bagaimana mungkin?" Calli melihat sekeliling ruangan. "Tidak ada tempat untuk sembunyi juga." Benar, Calli. Ina memang tidak bersembunyi di mana pun. Kamu yang tidak bisa melihatnya. "Ame, hey, jangan bengong saja."

Ina mengikuti arah pandangan Ame. Pukul 09:00. Waktunya mencuci pakaian—tunggu. Jam dindingnya mati? Bukankah baru sebulan yang lalu Ina mengganti baterainya? Kok sudah soak saja?

"Teman-teman. Aku khawatir ketiadaan Ina sekarang, bukanlah masalah sepele." Ame mengedarkan pandangan pada semua orang. Sejenak matanya bersorobok dengan Ina. Ina tertegun. Mata secerah langit biru yang senantiasa jahil itu, tak pernah semenusuk ini sebelumnya. Menghela napas, Ame melanjutkan. "Percaya tidak percaya, Ina benar-benar telah menghilang."

-bersambung-

4 Oktober 2021

HALU - hololive fanfictions [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang