Ollie tertawa kikuk. Calli-senpai bercanda. Nggak mungkin beliau bela-belain datang ke kamar Ollie dengan kecematan malaikat maut hanya untuk mengerjainya. Calli-senpai punya selera humor yang buruk. Semua orang tahu itu.
"S-senpai, bisa turunkan sabitmu? Mengangkatnya seperti itu pasti bikin capek." Ok. Itu payah. Bahkan setelah di-backup, candaan Calli-senpai tetap nggak lucu. Bagian tajam sabit menempel pada kulit leher. Dingin!
"Kureiji Ollie."
"Haik!"
Kulitnya telah lama mati rasa. Di sayat benda tajam, nggak ada sakitnya sama sekali. Namun, beda cerita kalau benda tajam itu bukan benda tajam biasa. Seperti sabit milik Calliope. Ini bukan pertama kali. Ollie pernah merasakan yang lebih menyakitkan dari ini sewaktu dia masih hidup.
Well, mati dua kali nggak buruk juga. Lagian, matinya di tangan Calli-senpai! Wohooo. Impian para Dead Beats. Ollie pun menarik napas, lalu menutup matanya. Good bye Zomrades! I love you all!
"Ollie, ma—" belum sempat Calli-senpai menyelesaikan kalimat. Seseorang meneriakkan namanya.
"Ollie!"
Membuka mata, cahaya hijau melesat dan menyerang Calli-senpai. Ia pun menepisnya, lalu melompat mundur.
Calli-senpai menyandarkan sabit ke bahu. "Uruha Rushia."
"Mori Calliope," balas Rushia-senpai, aura hijau pekat kehitaman menyelimuti tubuhnya.
"Kureiji Ollie!" sorak Ollie. Calli-senpai dan Rushia-senpai menoleh. "Apa? Kita sedang memperkenalkan diri, kan? Kayak di stream biasanya."
"Jangan ikut campur, Penyihir. Belum." Calli-senpai mengarahkan sabitnya pada Rushia-senpai yang kini berada di depan Ollie. Cara Calli-senpai menyebut "witch", terdengar seperti "bitch".
Rushia-senpai memasang kuda-kuda. Sekarang ada Rushia-senpai!!! For Goddess sake! Dua senpai-nya kompak datang malam ini ke kamarnya. Pesta bantal nggak, sih? Gas!
Kamar Ollie berantakan, malu-maluin di hadapan senpai. Ollie harus berbenah.
Rushia-senpai memandangnya saat Ollie mengambil bra di lantai. Tersenyum. Memang benda itu terkesan ofensif bagi mereka berdua, tapi tatapan Rushia-senpai begitu teduh. Seolah mengatakan, "Tenang, aku mengerti penderitaanmu."
Tiba-tiba mata Ollie basah. "Senpai...."
"Tapi aku tidak mengerti bahasanya Calli. Terjemahkan, ya. Dan jangan khawatir, ada aku di sini. Aku tidak akan membiarkanmu mati lagi." Rushia-senpai berganti menatap Calli-senpai. Kuda-kudanya nggak berubah, meski cahaya kehijauan itu mulai memudar. "Jika kau ingin mengambil nyawanya lagi," Rushia maju selangkah, tangannya terentang melindungi Ollie. "Langkahi dulu mayat-mayatku!"
Seketika, retakan dimensi seukuran pintu muncul dari lantai, dinding, dan plafon kamar Ollie. Geraman makhluk buas terdengar. Karangka tangan manusia meronta-ronta dari masing-masing retakan, mencoba keluar dari jeratan rantai.
Ternyata ada satu retakan dimensi lain yang perlahan menutup di samping lemari, kecil, kira-kira seukuran lingkar kepala Rushia-senpai. Lubang itu terhubung ke sebuah kamar dengan nuansa serba hijau.
Para undead pun lepas. Mengerang, meraung, merintih, mengangkat pedang dan menyerang Calli-senpai secara bersamaan.
Calli-senpai mengayunkan sabit ke depan. Ketiga undead itu seketika terbelah menjadi dua bagian masing-masing. "Ternyata cukup merepotkan."
![](https://img.wattpad.com/cover/278009498-288-k448989.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HALU - hololive fanfictions [Complete]
FanfictionKumpulan fanfic Hololive dari berbagai genre dan gaya penulisan hanya untukmu. *** Disclaimer: Hololive adalah agensi VTuber (Virtual Youtuber) yang kini telah memiliki empat cabang yaitu hololive JP, hololive ID, hololive EN, hololive DEV_IS. Semua...