Akhir-akhir ini terasa seperti neraka. Panasnya tak masuk akal. Dan sepotong buah semangka yang dibawakan Ibu mu dari pasar, laksana sebuah katalis untuk merubah neraka ini menjadi surga.
Tadinya kau pikir begitu. Sebelum tanganmu tersayat. Darah mengalir. Hampir sulit membedakan antara darah dan cairan semangka yang sama-sama merah, tapi bukan itu poinnya. Poinnya adalah, jangan pernah coba membelah semangka dengan keris peninggalan kakek.
Kau meringis. Mengelap tangan dengan baju, ketika keris yang masih menancap malang di daging buah itu terlepas. Jatuh ke lantai. Ibu bilang rumah Kakek memang rada-rada horor. Saat masih kecil dia sering melihat sosok gadis di ruangan kakek menyimpan koleksi kerisnya.
Persetan. Hari masih panas. Gangguan supranatural di siang bolong tidak ada apa-apanya dibandingkan kesegaran yang menanti tenggorokan.
Darah di tangan telah bersih.
Keris itu tergeletak di lantai. Keris yang sengaja kau pilih karena sarungnya terlihat paling antik dengan dihiasi ornamen keemasan. Kau hendak mengambilnya lalu lanjut membelah semangka, namun tiba-tiba, keris itu terbang ke udara.
Orang bilang Kakekmu sakti. Berbekal kerisnya, dia bisa menyembuhkan berbagai penyakit, membuat orang lain kaya raya, mendatangkan jodoh, dan beragam hal tidak masuk akal lainnya yang selama ini hanya kau anggap bualan semata.
Keajabain itu tidak ada, kan?
Kau berusaha menyangkal. Tapi matamu tak pernah menipu.
Keris itu terbang. Cahaya keemasan memancar. Menyilaukan. Matamu terpaksa menyipit, karena enggan menutup dan melewatkan fenomena yang sangat jarang terjadi kala berkunjung ke rumah Kakek di kampung halaman.
Sosok gadis yang selama ini Ibumu ceritakan, muncul dari selimut cahaya. Laksana kupu-kupu yang baru keluar dari kepompong. Indah.
Cahaya keemasan memudar seiring gadis itu membuka mata, menatapmu. Suhu tinggi di ruangan yang pegap ini dikalahkan oleh tatapannya yang tajam dan sedingin es. Seakan, dia bisa membelahmu menjadi dua hanya dengan satu kedipan mata.
Saat itu kau pun menyadarinya, keris random yang tergantung dinding, yang kau pilih asal untuk membelah semangka, kini berubah wujud menjadi gadis berangkut coklat panjang bergelombang.
"Kamu ... " ucapnya. Ia memiringkan kepala, nampak bingung. "Tuan?"
Bukannya kau tak mengerti dengan apa yang diucapkan. Kau paham bahasa Jawa kuno. Sedikit. Kau terdiam, karena masih belum menerima kenyataan ini. Terutama saat tau gadis ini ternyata bisa ngomong!
Matanya lalu tertuju pada tanganmu. Lukamu belum benar-benar tertutup. Darah kembali mengalir.
Gadis itu kembali berkata, kali ini suaranya terdengar datar, tapi entah mengapa ada getir kesedihan di sana. "Si Mbah mati?"
Si Mbah adalah sebutan penduduk kampung untuk Kakekmu.
Kau menarik napas. Menenangkan diri. Ketika sudah, kau pun mengangguk. "Aku cucu nya. Kemari sama Ibu karena mau ziarah."
Gadis itu hanya diam. Berjalan mendekat. Tubuhnya, kira-kira setinggi 150 Senti, mungkin kurang. Kulitnya yang putih pucat terasa dingin saat ia menyentuh tanganmu. Luka di tanganmu sembuh seketika.
"Hebat ... " Kau terkesima. "Eh, te-terima kasih."
Belum sempat gadis itu menjawab, suara Ibu terdengar. Ibu melongok ke dalam berbarengan dengan denting benda logam. "Nak? Lagi ngomong sama siapa? Ibu dengar ada orang."
"Ah, itu ... " Kau mencari-cari sosok gadis tadi. Tidak menemukan apapun selain keris yang tergeletak di lantai. "Aku hanya mencoba membelah semangka ini menggunakan keris, Ma."
![](https://img.wattpad.com/cover/278009498-288-k448989.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HALU - hololive fanfictions [Complete]
FanfictionKumpulan fanfic Hololive dari berbagai genre dan gaya penulisan hanya untukmu. *** Disclaimer: Hololive adalah agensi VTuber (Virtual Youtuber) yang kini telah memiliki empat cabang yaitu hololive JP, hololive ID, hololive EN, hololive DEV_IS. Semua...