XXIII (End)

837 77 40
                                    

Happy Reading...

Sorry for typo's.

***

Kedatangan Perdana Menteri dan juga Lee Joon ke kediaman Putera Mahkota tidak lagi di larang Kyuhyun. Pria itu mulai melapangkan hatinya dengan berpikir jernih. Perdana Menteri meminta maaf pada Kyuhyun karena kesalahpahaman yang di timbulkan oleh Puteri Mahkota. Ya, pada akhirnya mereka berdua tahu setelah secara langsung Lee Ra menceritakan detailnya.

Memilih untuk melupakan semuanya, Kyuhyun tidak mempermasalahkan lagi perkara itu. Seperti akhirnya ia mencabut hukuman pemberhentian sementara pada Lee Joon. Pun begitu, Putera Mahkota sedikit tidak rela saat kakak angkat Puteri Mahkota itu meminta izin untuk bicara berdua saja.

Lee Joon mengajak Lee Ra untuk bicara di paviliun sisi kolam koi. Keduanya berjongkok, mengingatkan masa lalu ketika keduanya sedang menghitung anak katak di kolam.

"Aku akan pergi." Lee Joon memulai percakapan antara mereka.

"Kemana?"

"Berkuliah di luar negeri."

Lee Ra jelas terkejut mendengarnya. "Kenapa mendadak sekali?"

Lee Joon tersenyum kecil. "Aku sudah memikirkannya sejak lama. Tapi, terkadang rasa ragu kembali muncul. Apa aku pantas?"

"Joon, bersekolah bukan tentang siapa yang pantas atau tidak. Menuntut ilmu itu tidak ada salahnya."

"Ya, kau benar." Pria itu mengangguk. "Ra... terima kasih."

"Aku tidak melakukan apa-apa."

Lee Joon menggeleng. "Bagiku kau sudah memberi segalanya. Karenamu aku bisa tinggal nyaman, di sayangi dengan tulus, dan tentu saja bisa di andalkan. Aku tidak akan seperti ini jika tidak bertemu denganmu dan juga Perdana Menteri."

"Kami selalu ada untukmu."

"Dan mulai sekarang, aku akan menganggapmu sebagai adik." Lee Joon tersenyum sayu. "Kau akan tetap menjadi cinta pertamaku, dan semoga... aku akan segera bertemu dengan kekasih sejatiku."

"Kau akan bertemu dengannya." Mata Lee Ra berkaca-kaca.

Lee Joon menggeleng kecil. "Jangan menangis. Mulai sekarang, bisakah kau memanggilku kakak?"

"Tentu, Oppa."

"Senang mendengarnya, Ra."

***


Satu minggu telah berlalu sejak mereka kembali akrab. Lee Ra sedang membaca buku di ruang rahasia bersama Kyuhyun. Setelah menyelesaikan bacaannya, wanita itu mengedarkan pandangannya. "Ini kedua kalinya kita masuk bersama."

"Kedua?"

"Apa saat aku menjadi Na Young tidak dihitung?"

Kyuhyun yang masih menekuni bacaannya mendongak. Pria itu menutup buku dan melepas kacamata bacanya. Kyuhyun betsidekap, sambil memandang Lee Ra dalam. "Ra, sejak kapan kau suka bermain musik?"

Wanita itu tersenyum kecil. "Sejak SMA. Saat itu... sekolahku dekat dengan tempat les musik. Sambil menunggu, aku sering masuk untuk melihat-lihat. Sejak saat itu, aku ikut les biola. Na Young Eonni, dia senior yang juga menjadi guruku selanjutnya. Karena setelah berkuliah Appa tidak lagi mengizinkanku bermusik, aku belajar diam-diam."

"Ya."

"Jika bisa memilih, kau ingin bersekolah musik atau tetap berkuliah sastra?"

"Sastra." Lee Ra menjawab dengan mantap. "Yang Mulia, bagiku bermain biola hanyalah hobi."

"Tapi Na Young bilang kau sangat senang ketika membantunya."

"Tentu. Pengalaman adalah guru terbaik. Setelah membantu Na Young Eonni menjadi guru musik dan juga ikut konser, rasanya menjadi seorang editor lebih mengasyikan."

"Kenapa?"

"Aku tidak harus menjadi oranglain."

Sejenak Kyuhyun terpaku. Pria itu tersenyum lebar ketika mengerti maksud istrinya. "Ya, tentu saja."

"Selain itu, aku juga memiliki banyak kesempatan untuk membaca cerita-cerita yang menarik."

Kyuhyun mengangguk. Ia mengulurkan tangan pada istrinya yang kemudian bertanya heran.

"Kenapa?"

"Kemarilah."

Mereka sama-sama beranjak. Putera Mahkota membawa Lee Ra ke sisi tembok, kemudian mengurungnya. "Mari kita mulai lagi."

"Ne?"

"Bukankah saat itu kita berciuman dengan posisi seperti ini?"

"Yang Mulia..."

"Seperti apa yang kau bilang, mulai sekarang kita bisa menjadi diri sendiri. Kau dan aku bisa memulai segalanya tanpa terbelenggu rasa bersalah."

"Mulai saat ini dan seterusnya, aku hanya akan melihatmu seorang. Kim Lee Ra, puteri Perdana Menteri. Istri dari Cho Kyuhyun, dan pendamping Putera Mahkota." Kyuhyun mengecup kelopak mata Lee Ra yang menutup. "Tanpamu sang rembulan, keberadaan matahari tidak akan terlihat agung. Kau melengkapiku, dengan semua ketidaksempurnaanmu. Terima kasih karena telah setia menunggu." Kyuhyun mencium punggung tangan Lee Ra dengan tatapan yang masih berfokus pada wajah istrinya.

"Aku akan tetap setia."

"Maaf karena sempat melupakan janji untuk menikahimu."

"A--nda mengingatnya?"

"Ya. Aku menyukai caramu tersenyum. Aku bahagia ketika kau juga bahagia, Ra. Terima kasih karena sudah membuatku menepati janji masa kecilku."

"Tentu, Yang Mulia."

"Aku mencintaimu, Puteri Mahkota."

Ciuman Kyuhyun berikan pada Lee Ra yang menangis haru. Mereka saling memeluk, meresapi perasaan cinta yang saling berbalas. Cinta di musim gugur itu kembali bersemi. Tidak harus memikirkan siapa yang jatuh cinta pertama kali. Karena yang terpenting sekarang, adalah cinta siapa yang bisa bertahan hingga akhkir.

***

Aku bertanya pada bintang, siapa yang paling hebat ketika menghiasi langit malam? Jawabnya adalah diri sendiri. Mereka berlomba untuk memperlihatkan siapa yang paling hebat.

Aku bertanya pada bulan, siapa yang paling hebat ketika menerangi bumi? Jawabnya adalah matahari. Sinar dan kehangatannya, tidak ada yang bisa menandingi.

Aku bertanya pada matahari, siapa yang paling pantas untuk mendampinginya? Jawabnya adalah bulan. Bagi matahari, sang rembulan adalah apa yang dihadirkan Tuhan padanya. Matahari tidak perlu jutaan bintang hadir di dekatnya. Cukup sang rembulan ada bersamanya, ia merasa sangat utuh.


FIN



Jadi gitu... wkwkwkwk.

Ada lanjutannya? Hm, ya gitu 😂

Coba komen dulu di sini 😋









Bandung, 12 November 2021.

The Prince's Bride [Kyuhyun] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang