My G. Vampire | 3

87 23 93
                                    

H A P P Y   R E A D I N G
.
.
.
.

Vanca merasa sedang mengganggu aktifitas serius mereka. Tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya melambaikan tangannya dan mengucapkan kata “hai” kepada mereka.

Willona tersenyum singkat, dan menjawab sapaan Vanca. Ia lalu kembali duduk di tempatnya.
Sedangkan Biru, ia sama sekali tidak melihat ke arah Vanca, dan berjalan melewatinya. 

Vanca merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Biru. Sebelumnya, tidak ada yang berani mengacuhkannya, setampan apapun laki-laki itu.

Ia menghela nafas, mungkin kali ini, Vanca membutuhkan extra effort untuk mendapatkan sosok Biru.

Vampire itu sedang duduk di tempatnya, kebetulan, ia duduk tepat didekat jendela dengan gorden putih yang melambai-lambai terbawa angin, cahaya matahari itu membuatnya sedikit menyernyitkan dahi.

Vanca yang melihatnya langsung berlari, dan dengan sigap, ia meraih gorden itu dan mensalipkannya di pinggir jendela. Ia mencari perhatian laki-laki tampan itu.

Biru menatap ke wajah Vanca. Gadis itu mengharapkan rasa terimakasih darinya. Tetapi, air muka laki-laki itu semakin menampilkan rasa tidak sukanya.

“pergi”.

Satu kata berhasil keluar dari mulut Biru. Ia kemudian memalingkan wajahnya.

“lu tau rasa terimakasih apa engga?”
Vanca yang mulai menyuarakan kekesalannya.

Biru berdiri dari duduknya, memajukan satu langkah kakinya ke depan Vanca. Gadis itu sedikit panik, ada perasaan takut ketika tatapan itu semakin tajam melihatnya.

“jangan coba-coba mendekatiku. Kau bukan orang yang ku cari”.

Deep voice Biru berhasil membuat Vanca merinding, bersamaan dengan rasa menusuk di dalam hati wanita itu.

Setelah mengatakannya, Biru kembali duduk dikursinya. Sedangkan Vanca, ia masih mematung di tempat semula.

Barra yang baru saja memasuki kelas, melihat vanca dan langsung menghampirinya. Ia menepuk bahu Vanca.

“woy, ngapain disini? Lagi cari mangsa baru ya?” sindirnya.

“engga”.

Vanca yang kaget itu segera menepis perkataan Barra, kemudian ia berjalan ke kursinya.

Barra menyunggingkan bibirnya, kemudian ia melirik ke arah Biru.

“Bro, hati-hati sama gadis rada-rada itu. Dia buaya betina”.

Sahut Barra sembari menepuk pundak Biru.

Laki-laki yang ditepuk itu hanya melihat ke arah bahunya, lalu ia mengangkat tangannya untuk menghapus bekas tepukan dari Barra.

Melihat Biru melakukan itu, Barra menaikkan satu alisnya. Tak lama, ia nyengir dengan tatapan tak percaya.

“woah.. ternyata lu juga rada-rada”

pungkasnya. Barra kemudian kembali ke tempat duduknya.

🍃

Jam kuliah selesai. Mahasiswa bergegas untuk pulang, Vanca membereskan buku catatannya yang masih kosong.

Sedari tadi pagi, ia tidak mencatat apapun. Buku itu hanya sebuah display di atas meja.

Vanca kemudian mengeluarkan lagi pouch make upnya. Mengambil bedak, dan mengaplikasikan di wajahnya.

“yaelah, kan mau pulang, harus ya dandan lagi?”

My Genius Vampire || Cha Eun WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang