My G. Vampire | 19

46 16 21
                                    

Vanca dan Barra sudah memasuki mobil untuk pergi meninggalkan kediaman Biru. Gadis di samping Barra itu hanya melihat ke samping kiri kaca mobil Barra, enggan memperlihatkan kesedihannya di depan sahabatnya.
Vanca adalah wanita yang ceria, jarang sekali menangis. Tetapi lihat, hari itu ia sangat payah.

Elusan lembut tangan Barra berhasil mendarat di rambut Vanca. Membuat sang gadis menoleh ke arahnya.
Barra kemudian merangkul badan Vanca kedalam pelukannya. Menyandarkan kepalanya di atas kepala Vanca.

"Gue ijinin lu nangis Van, asalkan di pelukan gue. keluarkan semua air mata yang lu punya, supaya lu gabisa lagi nangis ketika lu sendirian".

Barra tidak ingin bertanya lagi apa yang terjadi di antara mereka sampai membuat Vanca menangis. Ia hanya ingin menenangkan hati sahabat yang dicintainya.

Mendengar Barra mengatakan itu, Vanca benar-benar meledak. Ia menangis sejadi-jadinya di mobil itu. Barra semakin memeluknya dan mengelus rambut Vanca. Cintanya yang bertepuk sebelah tangan memang sakit, namun setelah melihat Vanca menangis karena laki-laki lain, membuat Barra semakin sakit.

Tangisan Vanca mulai mereda. Matanya semakin sembab dan bengkak. Ia melepaskan dirinya dari pelukan Barra.
Vanca lalu mengajaknya pulang, kemudian di beri anggukan oleh Barra.

🍃

5 menit lagi mereka sampai di rumah Vanca. Wajah Vanca masih terlihat kacau.

"Lu yakin mau pulang dengan kondisi kaya gitu? Nanti kalau ibu khawatir gimana?"
Tanya Barra.

Sebenarnya, Barra masih ingin menemani kekalutan Vanca, ia tidak ingin Vanca menangis lagi dan mengurung dirinya di kamar berhari-hari, seperti yang pernah ia lakukan dulu ketika ayahnya meninggal.
Jika dilihat, ini adalah kali kedua Vanca menangis sepayah itu. Lihatlah, betapa besar harapan Vanca kepada pria yang baru saja diketahui identitas dan telah membohonginya.

"Gue pulang aja"
Jawab Vanca sambil memaksakan dirinya untuk tersenyum. Barra mengangguk pasrah.

Sesampainya di rumah, Vanca menunduk dan bersegera naik ke atas kamarnya, menyapa sebentar ibu dan juga adiknya yang baru saja menyelesaikan makan siang.

"Vanca pulang mam"
Dengan suaranya yang serak, Vanca menapaki satu persatu anak tangga dengan cepat.

Melihat anak gadisnya yang terlihat aneh siang itu, Elvina menyusul Vanca ke kamar atas.
Dikuncinya rapat pintu kamar itu, kemudian Vanca menelungkupkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya.

"Tok.. tok.. tok.."
"Mami boleh masuk?"

Tanya Elvina dari balik pintu. Vanca menghapus air mata yang sempat mengalir lagi tanpa permisi. Seakan sudah otomatis tiada henti. Ia bangkit dari ranjangnya dan berjalan untuk membuka pintu.

Setelah membuka pintu, Vanca berusaha tersenyum ke arah ibunya.

"Mam.. "
Nadanya bergetar. Ia hanya ingin memeluk wanita paruh baya yang melahirkannya kedunia ini.
Vanca tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Sekalipun ia berusaha, ibunya tetap akan tahu jika anak gadisnya sedang bersedih.

Tanpa ragu, Vanca menghamburkan dirinya kedalam pelukan sang ibu. Pelukan terhangat tiada tanding. Ia menangis lagi.

"Kenapa sayang? Cerita sama mami"

Tanya ibunya sembari mengelus lembut pundak putrinya. Vanca masih menangis tersedu-sedu. Memang benar, jika sedang menangis dan di tanya kenapa, bukannya berhenti menangis dan bercerita, namun semakin sesak dan menambah frekuensi tangisannya.

"Putus sama kak Biru kali mam"
Suara Dana yang tiba-tiba saja nimbrung ke depan kamar kakaknya.

"Bener, putus sama Biru?"
Tanya Elvina sangat lembut.

My Genius Vampire || Cha Eun WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang