My G. Vampire | 12

52 18 17
                                    

Setelah pertanyaan ibu Elvina yang membuat Biru mematung, Vanca dan Dana turun dari lantai atas kamarnya. Gadis itu sedang berseteru dengan adiknya, karena tragedi "bangun paksa" yang kembali dilakukan oleh Dana.

Biru tak sempat menjawab pertanyaan Ibu Vanca, konsentrasinya langsung berhamburan setelah melihat kakak beradik yang sedang bersungut ria.

Melihat pemandangan pagi seperti itu, Ibu Elvina langsung menghampiri kedua anaknya dan melerai kegiatan mereka.

Kini, kedua mata Vanca langsung tertuju kepada sosok laki-laki tampan yang tengah memperhatikannya. Ia lalu memberikan "welcome smile" ke arah laki-laki itu.

Senyum selamat datang itu dibalas oleh Biru. Entahlah, bibir itu sudah mulai terbiasa tersenyum.

"Ibu mau ke supermarket, nanti minta tolong apelnya di kupasin ya Van buat adikmu".
Titah Ibu Elvina kepada Vanca.

Perintah itu tentu saja dapat protesan dari Vanca, sedangkan Dana hanya tersenyum menang dan meledek kakaknya. Dana memang terbiasa makan buah apel yang sudah di kupas sejak kecil. Ia tidak akan makan apel jika tidak dikupas terlebih dahulu.
Tidak ingin berdebat lagi dengan ibunya, akhirnya Vanca mengangguk terpaksa.

Setelah Ibu Elvina pergi, kedua tatapan tajam itu kembali mengajak Dana berperang.

"Heh. Gausah manja. Makan apel tinggal lep doang apa susahnya. Kebiasaan".
Mulutnya mengomel, tetapi tangannya tetap menjalankan tugas dari ibunya.

Di tengah-tengah kegiatan Vanca mengupas apel, Barra datang. Seolah sudah terbiasa dengan kehadiran Biru, ia hanya diam dan melewati Biru tanpa menyapanya.

Barra kemudian menghampiri Dana dan Vanca. Menyapa Dana dengan mengacak-ngacak rambutnya kasar. Perlakuan Barra itu sontak saja membuat Dana menghela nafasnya dan melayangkan aksi protes.

"Kak, besok-besok kalo lu hancurin rambut gue yang udah rapi, 100 ribu ya"
Tiba-tiba saja remaja itu mengajukan S&K.

Barra mengerutkan kedua alisnya dan menyungginggkan bibir sebelah kanannya ke atas.

"Ah, Ujung-Ujung Duit lu"
Sergah Barra.

"Namanya juga Dana"
Sahut Dana terkekeh.

"Van.. kenapa orangtua lu ngasih dia nama Dana sih? Jadi matre kan ni bocah"
Tanya Barra sambil cengengesan.

Vanca hanya menaikkan bahunya.
Obrolan ringan di pagi hari itu sedikit membuat Biru melihat lama ke arah mereka.

Vampire itu merasa di acuhkan.

Barra mengambil potongan buah yang sedang di kupas Vanca dan melahapnya dengan satu kali suap. Lalu ia mengambil lagi potongan yang lain. Mulut Barra yang menganga dengan lebar itu membuat Vanca tidak fokus dan melihat ke arah Barra.

Belum sempat mulutnya mengomel, tiba-tiba saja jari telunjuknya ke gores pisau dan sedikit berdarah.

Vanca mengaduh sembari melepaskan pisau di genggamannya.

Barra yang ada di depan Vanca itu bersiap memegang tangan Vanca, namun tanpa di sadari, saat itu Biru melakukan teleport dan sampai di meja makan dengan sekejap mata. Padahal, jarak dari ruang tamu menuju meja makan sekitar 4 meter.

Kehadiran Biru yang secepat kilat itu sedikit membuat Barra terkejut. Berbeda dengan Vanca, gadis itu sama sekali tidak peka.

Tanpa basa-basi, Biru kemudian mengisap darah di jari telunjuk Vanca dengan wajah yang tersirat hawa nafsu. Kemudian setelah melakukan itu, Biru memejamkan matanya, ia berusaha sekuat mungkin agar nafsunya untuk menghisap darah Vanca tidak semakin besar.

My Genius Vampire || Cha Eun WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang