My G. Vampire | 14

56 19 23
                                    

Pagi-pagi sekali, Vanca sudah bangun. Entahlah, ada angin apa hari itu. Ia bergegas mandi, berdandan dan berganti baju.
Setelah selesai, Vanca turun untuk melakukan rutinitas pagi seperti biasanya.

Dilihat adiknya sedang mengunyah sandwich telur buatan ibunya. Dana sudah melebarkan mulutnya untuk menggigit sandwichnya kembali, namun dengan iseng, tangan Vanca merebut sandwich itu kemudian memakannya.

Ruang makan itu lagi dan lagi berisik. Ibu Elvina hanya menggeleng melihat tingkah kedua anaknya.

"Mam, si Barra belum kesini?"
Tanya Vanca di tengah -tengah aksi mengunyah sandwich yang di curinya dari Dana.

"Belum. Tumben, biasanya nanyain Biru".
Jawab ibu Elvina.

Vanca kemudian mengeluarkan handphonenya. Mengklik nama Barra dan memanggilnya.

Gadis itu meletakkan handphonenya di telinga sebelah kanan. Sayang sekali, panggilan itu tidak di angkat oleh Barra.

Vanca beralih ke papan ketik pesan whatsapp dan bertanya kepada sahabatnya-Barra, apakah ia akan pergi ke kampus?

Lima menit berlalu, Barra tidak membalasnya.
Tidak seperti biasanya, laki-laki itu mengacuhkan pesan dan telepon Vanca. Biasanya, Barra adalah orang yang gerak cepat jika membalas ataupun mengangkat panggilan dari Vanca.

Vanca berniatan untuk jalan kaki ke rumah Barra, karena jarak dari rumah Vanca ke rumah Barra hanya terhalang beberapa rumah saja. Namun niatnya itu seketika pudar, ketika ia melihat sesosok pria tampan dengan senyuman manis yang menyapanya.

"Udah siap?"
Tanya Biru di ambang pintu.

Mendapat senyum pagi dan sapaan yang sudah mulai hangat itu, Vanca melebarkan senyumnya, kemudian ia mengangguk dengan cepat.

Setelah itu, Biru dan Vanca pamit kepada ibu Elvina untuk pergi ke kampus.
Sebelumnya, Biru sudah merelakan 200 dollarnya sebagai bentuk sogokan kepada Dana, agar bocah SMA itu tidak berangkat bersama dengannya.
____🍃____

Setelah sampai di kelas, Vanca langsung melihat ke meja Barra.
Laki-laki itu sedang tertidur di mejanya.
Sedangkan Biru, ia hanya memperhatikan Vanca, kemudian duduk di tempatnya.

"Barr, woy.. "
Vanca membangunkan Barra dengan menggoyang-goyangkan pundaknya.

Laki-laki itu terbangun. Ia mengumpulkan nyawanya, kemudian menguap dengan mulutnya yang sangat lebar.

"Kenapa?"
Tanya Barra dengan matanya yang masih mengantuk.

"Kok gak kerumah gue? WA sama telpon gue kenapa ga di angkat?"
Cecar Vanca kepada Barra.

"Kesiangan"
Jawabnya singkat.

"Masih marah sama gue?"
Tanya Vanca lagi.

Barra yang sudah mulai fokus itu lalu menatap Vanca.
Ia sangat ingin memberitahunya, jika semalam, Barra tidak bisa tidur karena memikirkan Vanca, bagaimana Vanca berkencan dengan Biru. Apa saja yang gadis itu lakukan selama kencan? Pikiran-pikiran itu sangat membebani sekaligus membuat Barra cemburu.

"Emangnya gue punya hak apa buat marah sama lu?"
Tanya Barra, kemudian ia tersenyum menyebalkan.

Biru melihat interaksi mereka di kursinya. Tatapannya tidak terlepas dari Vanca dan Barra.

Vanca yang diberikan pertanyaan itu seketika terdiam.

"Kenapa? Gabisa jawab lu? Udah ah, gue mau ke kantin. Laper".
Sahut Barra, lalu ia beranjak dari duduknya dan meninggalkan Vanca.

My Genius Vampire || Cha Eun WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang