My G. Vampire | 9

58 18 41
                                    

Vanca turun dari ranjang Biru. Ia melihat lagi kamar laki-laki itu, sangat bersih dan rapi.
Berbanding terbalik dengan kamarnya.
Ia menyentuh meja belajar Biru dengan jari telunjuknya, kemudian mengangkatnya. Disana tidak ada debu sedikitpun.

"Woah. Bahkan debu pun menyerah dengan laki-laki perfectionist itu"
Gumamnya tak percaya. Kemudian ia berjalan keluar.

Vanca melihat sekeliling rumah Biru. Lagi-lagi ia terkesan dengan rumah milik manusia tampan itu.
Rumah dengan desain mewah dan bersih itu sangat mewakili karakter pemiliknya.

Biru sedang duduk dan membaca buku di kursi ruang tamunya.
Vanca mendekatinya dan duduk di sebelahnya.

"Kamu gamau ngasih aku nomor hape-mu? Pacaran macam apa ini, aku bahkan gapunya nomor pacarku sendiri".
Vanca melanjutkan aksi protesnya yang sempat terjeda di kamar tadi.

Biru tidak menggubrisnya. Ia melanjutkan aktifitas membacanya.

"Ish.."
Desah Vanca. Ia cemberut.

Perlahan, Biru menurunkan bukunya. Melihat Vanca yang masih cemberut.

"Apa manfaatnya bagiku?"
Tanya Biru.

Vanca tidak percaya, laki-laki itu menanyakan manfaat dari sekedar bertukar nomor handphone.

Ia memutar otaknya, mendapat pertanyaan seperti itu, membuat Vanca seperti sedang di beri pertanyaan oleh dosen penguji.

"Emh? Manfaat? Ya... Biar kita bisa berkomunikasi, dan biar bisa saling melepas rindu kalau lagi ga bareng. Hehe".
Jawab Vanca nyengir.

Biru menaikkan bukunya lagi, sejajar dengan wajahnya.

"Komunikasi cukup di kampus"
Jawabnya singkat.

Vanca mulai bergerutu. Berpacaran dengan makhluk dingin dan monoton seperti Biru cukup membuat emosinya naik turun.

Tetapi ia ingat lagi, mengajak Biru menjadi pacarnya adalah keputusan dia. Vanca tidak bisa banyak menuntut.
Gadis itu kemudian menghela nafasnya dan mengeluarkannya perlahan.

Handphone Vanca bergetar, menampilkan nama Barra di layarnya.
Vanca segera mengambilnya dan mengangkat panggilan masuk itu.

"Hallo Barr.."
Sahut Vanca.

"Dimana lu? Gue di rumah lu nih".
Tanya Barra.

"Gue .. di rumah Biru".
Jawab Vanca dengan ragu-ragu. Ia tahu, Barra akan mengomelinya.

"Apa?"
Barra terdiam sesaat.

"Kirimin lokasi lu sekarang".
Lanjut Barra dengan nada yang sedikit naik.

"buat apa? Gue bentar lagi pulang kok".
Jawab Vanca.

Jawaban Vanca sedikit membuat Biru melirik dari balik bukunya.

"Pokoknya kirimin lokasi lu sekarang"
Paksa Barra. Laki-laki itu kemudian menutup telponnya.

"Ish" gerutu Vanca.
Jarinya kemudian mengetikkan lokasi terkini di handphonenya.

"Jangan memberikan lokasiku kepada siapapun".
Cegah Biru.

Vanca menghentikan jarinya dan melihat ke arah Biru. Ia mulai banyak tahu tentang karakter laki-laki itu. Tanpa protes, ia menyimpan lagi handphonenya.

Biru pun menyimpan bukunya, kemudian ia berdiri dan mengajak Vanca pulang.
Ajakan itu kemudian di iyakan oleh Vanca.

🍃

Setelah sampai, Biru dan Vanca turun. Kedatangan mereka di sambut oleh tatapan tajam dari Barra.

"Lu masih disini Barr?" Tanya Vanca.
Ada sedikit ketakutan dihatinya. Seketika, ia seperti anak SMP yang takut di marahi oleh kakak laki-laki karena tertangkap basah mengunjungi rumah pacarnya.

My Genius Vampire || Cha Eun WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang