My G. Vampire | 17

64 18 9
                                    

Setelah kedatangan Biru yang singkat di kamar Vanca, gadis itu tidak bisa lagi memejamkan matanya. Ia terjaga sampai pagi. Hari itu, ia hanya ingin menenangkan pikirannya yang sudah semrawut dipenuhi teori-teori tentang Biru. Otak terbatasnya harus di paksa bekerja keras mengaitkan antara misteri dan reality. This is so hard.

Pukul 05.30 pagi, Vanca sudah bersiap-siap. Ia turun dari kamarnya. Ruang makan masih gelap. Ibunya belum mempersiapkan apapun pagi itu. Mungkin saja masih tidur-pikirnya. Ia hanya minum air putih hangat, membuka kulkas dan melahap sebuah apel. Kemudian gadis itu mengambil sticky note di dalam tasnya.

"Mam, Vanca berangkat lebih pagi"
Begitulah kata yang ia tulis sebagai pesan pamit kepada ibunya.

Vanca meninggalkan rumahnya. Ia merogoh handphone dari saku celananya, memesan layanan transportasi online.
Setelah sekitar 2 menit menunggu, transportasi yang dipesannya sudah tiba, kemudian ia naik di cabin penumpang. Untuk sampai di tujuan, ia menghabiskan waktu sekitar 1 jam.
____🍃____

Vanca menghirup udara sejuk di pantai yang ia kunjungi pagi itu.
Ya. Disinilah ia berada. Mencoba melepaskan segala pikirannya yang hampir saja membuat kepalanya meledak.
Ia merentangkan tangannya dan medongakkan kepalanya ke atas, Vanca juga memejamkan matanya. Menghirup lagi secara perlahan udara pagi dengan angin sejuk yang merasuk ke dalam tubuh rampingnya.

Selama kegiatan healing itu, handphone Vanca tidak berhenti bergetar. Dua laki-laki yang berada di dekatnya bergantian menghubunginya dan mengirimkan beberapa pesan beruntun dengan isi yang sama. "Lu dimana?", dan "kau dimana?" Namun, Vanca sengaja mengabaikannya.

Ia duduk di bibir pantai dengan menggunakan kacamata hitamnya.
Vanca sedikit menjambak rambutnya, lagi-lagi, pikirannya tentang Biru kembali merangkak keluar dari kepalanya.
Ah, ia datang jauh-jauh ke pantai itu untuk healing. Tetap saja, kemanapun ia pergi, hati dan pikirannya akan selalu bersamanya.

Wanita itu tiba-tiba memikirkan sesuatu. Mungkin saja hal ini akan menjawab teori-teorinya tentang Biru. Hatinya mulai tak tenang. Namun, rasa penasarannya begitu besar.

Shit !

Ia ingat lagi, bahwa ia pergi ke pantai untuk menghindari Biru dan memberi ruang untuk Barra agar tidak melihatnya sejenak.
Terlalu jahat jika hari itu Vanca melihat Barra dengan wajah sedihnya.

Namun, itu bisa saja menjadi kesempatan Vanca untuk membuktikan jika Biru bukanlah manusia biasa seperti yang Barra katakan.

Ia melepas kacamatanya dan memasukkannya ke dalam tas.
Vanca mulai menutup kedua matanya,
Ia menarik nafas sangat dalam. Mencoba memantapkan hatinya.

"Aku sedang di pulau seribu"

Baru saja, Vanca mencoba memanggil Biru di dalam hatinya. Pada malam ketika Vanca berada di rumahnya, Biru sempat membuat pengakuan jika ia memang bisa mendengar suara hatinya. Namun pada saat itu, Vanca belum begitu yakin.

Kedua mata Vanca masih terpejam. Ada perasaan takut setelah ia mengatakan hal itu di dalam hatinya. Ia manarik lagi nafasnya dalam-dalam. Perlahan, ia membuka matanya. Tidak ada siapapun di hadapannya. Di samping kanan dan juga samping kirinya. Ia menghela nafas lega. Kecurigaannya kepada Biru adalah salah-pikirnya.

"Ah, apa yang sedang ku pikirkan tentangnya?"

Ia tersenyum kecil, menetralkan pikirannya.
Vanca mencoba menikmati kembali pemandangan indah di pantai itu.
Beberapa menit kemudian, kerongkongannya terasa sangat kering, ia berencana untuk membeli minuman. Wanita itu kemudian membalikkan tubuhnya.

My Genius Vampire || Cha Eun WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang